"Mau keluar nggak?" tanya Fikri yang sudah berada di samping Ella. Ia tengah berada di sofa ruang keluarga.
Ella menatap Fikri. "Kemana?"
"Tadi kan Mas janji mau ngajak beli es krim. Tapi mau kemana aja terserah kamu, Mas ngikut." Ella tersenyum penuh arti. "Kalau gitu, kita ke mall ya?"
Fikri mengangguk sambil tersenyum. "Siap siap sana, Mas tunggu di depan."
Ella langsung berlari ke dalam kamar. Dia tidak terlalu sibuk kalau urusan beres-beres. Paling hanya memakai pakaian santai dan nyaman saja. Saatnya untuk menghabiskan uang kakak ketiganya itu. Ella sangat bersemangat kalau soal ini. Kakak-kakaknya tidak ada yang pelit kalau masalah keuangan. Mereka sering kali mengirim uang kepada Ella. Jadi jangan heran jika uang Ella selalu bertambah di dalam rekening. Mereka mengirim secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ella.
"Ibu... Ayah...," Panggil Ella.
"Di teras rumah," ujar Ibu.
Ella langsung ke teras samping. Di sana sudah ada Ibu, Ayah, Baizhan. "Aku sama Mas Fikri mau keluar," ujar Ella.
Ibu dan Ayah mengangguk. "Jangan pulang kemalaman," ucap Ayah.
Ella mengangguk. Ia segera menyusul Fikri yang sudah menunggu di depan rumah. "Ayo Mas," ajak Ella.
"Lah kok pakai mobil Bang Baiz?" Tanya Ella ketika melihat Fikri masuk ke dalam mobil Baizhan.
"Nggak apa-apa, Mas udah izin kok."
Ella mengerutkan kening. Tumben kakak keduanya itu mau untuk meminjamkan mobil. Ella memang tidak pernah meminjam mobil milik Baizhan, hanya saja mobil itu baru. Ella pikir kakak keduanya tidak akan mau meminjamkan mobil kepada orang lain. Ella membuang jauh-jauh pikiran buruk tentang Baizhan dari dalam otaknya. Bagaimana mungkin dia bisa berpikir buruk tentang saudaranya sendiri? Ella tertawa kecil.
"Kenapa, Dek?" tanya Fikri karena sempat melihat Ella tertawa.
Tentu saja Ella langsung menyengir polos. "Maafin aku Bang karena udah berpikir buruk," ucap hati Ella tulus. Ia segera masuk ke dalam mobil.
Apa mereka berdua terlihat seperti pasangan? Sepertinya begitu karena umur Fikri dan Ella tidak terpaut jauh. Ella sangat beruntung memiliki kakak-kakak seperti ketiga saudaranya. Mereka sangat menjaga Ella dengan baik tanpa ada niat untuk membatasi kegiatan-kegiatan Ella.
"Ke Mall mana, Dek?"
Di kota ini terdapat 4 sampai 5 mall. Ada yang berdekatan dan ada lokasinya lumayan jauh. Tentu saja Ella memilih mall yang lokasinya dekat agar tidak membuang-buang waktu. Dia bukan ingin jalan-jalan mencari angin. Tapi ia ingin membeli sesuatu yang bisa saja menarik perhatiannya nanti.
Ella lantas menyebutkan nama Mall yang ingin mereka kunjungi. Fikri mengikuti kemauan sang adik, ia tidak menolak sama sekali. "Gimana kerjaannya kamu?" tanya Fikri.
Wajah Ella yang awalnya berseri langsung murung. "Pengen nikah sama anak orang kaya biar nggak perlu kerja lagi," balas Ella terkesan tidak nyambung.
Fikri tertawa kecil. "Hidup ini nggak seindah drama Korea ya." Fikri mengingatkan sang adik.
"I know, tapi tetap aja kerja itu nggak enak." Ella hanya akan menyampaikan keluhan itu kepada saudara-saudaranya saja. Namun jika orang tuanya bertanya, Ella akan memberi jawaban yang sedikit berbeda. Apa Ella terkesan seperti manusia yang tidak pandai bersyukur? Mungkin saja. Disaat banyak orang di luar sana berusaha mati-matian untuk mencari kerja, tapi Ella malah mengeluh tidak jelas seperti sekarang. "Ya Allah, ampuni dosa aku," ucap Ella membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me! [END]
Teen FictionTAHAP REVISI Satu jurusan dan satu kelas dimasa kuliah membuat Ella dan Zaki saling mengenal satu sama lain. Bahkan mereka berteman sebagaimana orang-orang pada umumnya. Tidak hanya sampai disitu, setelah lulus kuliah mereka ditakdirkan bekerja dipe...