Baru saja sampai di depan perusahaan, Zaki sudah berbuat ulah. Ingin rasanya Ella menjauh dari Zaki. Apa perlu dia keluar dari perusahaan ini agar bisa menjauh dari Zaki? Ella sudah memikirkan soal ini, tapi dia butuh pekerjaan. Apa boleh niat menikah karena tidak ingin bekerja lagi? Pikiran Ella sudah mulai kemana-mana.
Oke Ella, ingatlah bahwa niat menikah harus benar. Menikahlah karena Allah agar mendapat keberkahan. Namun zaman sekarang, banyak yang menikah karena ikut-ikutan padahal mental mereka belum siap. Ada juga yang menikah karena omongan orang lain sehingga tidak selektif memilih pasangan.
Ella tidak ingin salah dalam memilih, tentu saja setiap orang menginginkan pasangan terbaik diantara yang baik. Bagaimana mungkin Ella memilih sembarang orang, jika seumur hidup ia akan bersama pilihannya itu.
Memikirkan soal menikah, lebih baik Ella menghilangkan perasaan kepada Hendra lebih dulu. Ia tidak ingin menyakiti pasangannya ke depan karena masih terjebak dengan masa lalu. Ella harus benar-benar melupakan Hendra. Namun semua butuh waktu, apalagi Hendra pergi begitu saja tanpa pamit. Seharusnya jika dia memang laki-laki bertanggung jawab, maka dia akan mengatakan dengan baik-baik.
Ella tidak masalah jika Hendra jatuh hati dengan perempuan lain. Meskipun Ella akan sedih tapi itu tidak akan lama karena mereka menyelesaikan dengan baik. Tapi masalahnya sekarang, Hendra pergi begitu saja. Dia pergi tanpa pamit atau mengatakan sesuatu yang bisa menjelaskan semuanya.
Apa dia sangat sibuk sampai tidak sempat membalas pesan atau mengangkat panggilan Ella?
Padahal dia sering membuat instastory, Ella sering melihat dengan akun abal-abal. Lucunya story yang dibuat oleh Hendra tidak muncul di akun real milik Ella. Lucu bukan? Lucu sekali, Ella bahkan sampai tertawa saking tidak percayanya.
Apa tujuan Hendra melakukan itu? Apa terlalu sulit menjelaskan kepada Ella? Entahlah, Ella bahkan tidak bisa memahami pola pikir Hendra.
"Tumben diam aja," ujar Zaki karena tidak mendapat respon heboh atau balasan dari sang teman.
"Umur kita bukan 5 tahun lagi Ki, please dewasa sedikit." Ella berkata dengan ketus.
"Siapa juga yang bilang umur kita 5 tahun?" Perasaan, Zaki tidak pernah mengira atau mengatakan jika dia masih berusia 5 tahun.
"Kamu kalau nggak ganggu aku sehari bisa nggak?" Mata Ella hampir keluar karena tatapannya amat tajam.
"Enggak, ganggu kamu adalah kesenangan tersendiri buat aku." Zaki menjawab dengan jujur. Meskipun Zaki mendapat beban kerja dan tekanan yang luar biasa, setidaknya ada satu hal yang membuat dia semangat untuk datang ke kantor. Mengganggu Ella adalah kesenangan tersendiri. Apalagi jika Ella sudah marah dan ngomel tidak jelas. Zaki akan terhibur dengan setiap respon yang Ella berikan.
"Kamu kapan dewasa si, Ki?" Ella geram sendiri. Apa mengganggunya sangat menyenangkan? Lihat saja, Ella akan membalas Zaki nanti.
"Emang kenapa tanya-tanya kapan aku dewasa?" Zaki bertanya dengan menaikkan sebelah alis matanya.
"Umur doang yang 28 tahun, tapi tingkah kayak bocah." Bukannya menjawab pertanyaan Zaki, Ella malah menggerutu tidak jelas. Meskipun begitu, Zaki dapat mendengar setiap kata yang keluar dan mulut Ella.
"Kamu mau lihat aku dengan versi apa? Badboy gitu?"
Ella tertawa terbahak-bahak. Bad Boy katanya? Apa Zaki sadar apa yang keluar dari mulutnya itu? Sepertinya tidak, bagaimana mungkin ia bisa terlihat seperti bad boy dalam drama ataupun cerita. Jika di dunia fiksi badboy sangat dikagumi banyak orang, maka di dunia nyata malah sebaliknya. Setidaknya manusia masih cukup normal untuk menjadi orang yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me! [END]
Novela JuvenilTAHAP REVISI Satu jurusan dan satu kelas dimasa kuliah membuat Ella dan Zaki saling mengenal satu sama lain. Bahkan mereka berteman sebagaimana orang-orang pada umumnya. Tidak hanya sampai disitu, setelah lulus kuliah mereka ditakdirkan bekerja dipe...