Menyuruh Zaki adalah hal yang paling Ella tidak suka. Apa yang ia katakan pasti tidak akan didengar oleh sang teman. Lihat sekarang, dia masih berada di perusahaan padahal Ella sudah menyuruhnya untuk pulang. Sekarang sudah pukul lima lewat lima belas menit. Karyawan perusahaan sudah mulai meninggalkan perusahaan, namun Zaki masih berada diperusahaan. Entah apa yang sedang ia lakukan, tampaknya ia tidak mengerjakan sesuatu yang penting.
"Terserah deh, mau pulang atau enggak." Ella memilih menyerah. Ia tidak mau membuang tenaga untuk hal seperti ini.
Zaki mengerutkan kening. Ia tidak berada di satu ruangan dengan Ella. Di depan ruangan mereka memang ada kursi sehingga Zaki memilih untuk duduk di sana. Jika kondisi seperti ini, ia menyempatkan diri untuk mempelajari sesuatu. Walaupun Zaki tidak berniat untuk menggantikan posisi sang ayah, tapi tetap saja Pak Abraham menyuruh dirinya untuk belajar. Begitu banyak dokumen yang harus Zaki pelajari. Terkadang ia berpikir, apa gunanya ia belajar hal tersebut? Dia merasa lelah dan tidak ingin mempunyai beban tanggung jawab yang lain.
Berbeda dengan Zaki, Ella malah bermain games yang memang sudah diinstall di komputer miliknya. Game tersebut adalah zuma, jika tidak ada kerjaan atau sedang istirahat ia menyempatkan untuk bermain. Namun hal ini tidak sering Ella lakukan, hanya pada waktu-waktu tertentu saja
Keadaan hening, Ella dan Zaki tidak ngobrol sama sekali. Mereka seakan sibuk dengan dunia masing-masing.
Pukul lima lewat, Zaki menutup file yang ada di layar ponselnya. Ia mengintip sedikit ke dalam ruangan. Zaki masih menemukan hal yang sama. Apa itu? Lihat saja sekarang, Ella masih fokus menatap layar komputer. Jika orang tidak tahu apa yang Ella lakukan, maka orang akan mengira jika Ella mengerjakan sesuatu yang begitu penting.
"Pulang woi! Udah jam lima lewat," ujar Zaki.
Ella menatap ke arah sumber suara. Ia tahu jika Zaki belum beranjak untuk pulang sehingga ia tidak begitu kaget. Ella melihat jam dari layar ponsel. Ternyata memang sudah pukul lima lewat dua pulih lima menit. Ella memasukkan beberapa barang-barang penting ke dalam ransel termasuk botol minuman. Jika tertinggal atau hilang, bisa-bisa ibu negara akan marah. Jika botol tersebut hanyalah botol minuman biasa maka tidak masalah, namun botol minuman itu bermerek Tupperware. Pokoknya jangan sampai hilang jika ingin disambut dengan wajah senyum dari orang rumah.
Ella keluar dari ruangan. Komputer dan sejenisnya sudah mati. AC dan lampu ruangan juga demikian. Hal ini dilakukan agar menghemat energi karena ruangan tidak lagi digunakan.
"Kamua sengaja nunggu aku ya?" tanya Ella tanpa basa basi.
Zaki tidak mengelak. Ia memang sengaja menunggu Ella sehingga tidak pulang. "Iya, bahaya sendiri-sendiri di perusahan."
Zaki hanya berusaha menghindari hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi. Bagaimana jika ada orang jahat yang masuk ke perusahaan? Tentu sangat berbahaya, apalagi kondisi perusahaan sudah lumayan sepi. Palingan hanya ada beberapa orang di lantai yang berbeda dengan ruangan mereka.
"Siapa yang bakal berbuat jahat?" Ella tertawa kecil. Sejak perusahaan ini berdiri, Ella tidak pernah mendengar berita buruk yang dialami oleh karyawan-karyawan yang bekerja.
"Jangan banyak berpikir negatif," lanjut Ella lagi. Ia berjalan lebih dulu ke arah lift.
Zaki menghela nafas panjang. "Terserah aku," balasnya. Mata Zaki tidak sengaja menatap bagian belakang Ella yang terdapat noda berwarna merah. Ella memang menggunakan rok berwarna hitam, namun ia menggunakan kemeja panjang berwarna biru muda.
Zaki sudah mengerti dengan situasi yang terjadi. Sayangnya hidup tidak seperti drama yang mana ada jas atau jaket. Zaki hanya menggunakan kemeja biasa. Dia ingin tidak peduli dan pura-pura tidak tahu. Namun nyatanya Zaki tidak bisa untuk itu.
Zaki melihat kemeja yang ia gunakan. Berhubung di dalam kemeja ia memakai kaos sehingga tidak masalah jika dirinya melepas kemeja.
"Pakai," ujar Zaki sambil memberikan kemeja.
Ella mengerutkan kening. "Kamu sehat?" ujarnya.
"Kamu bocor!"
Ella langsung melihat bagian belakang kemeja. Ternyata benar, noda merah terlihat jelas dan tersebar sangat banyak. Kenapa darahnya bisa seramai ini? Ella baru saja dapat dan di hari pertama biasanya tidak akan banyak. Apa karena stress sehingga darah lebih banyak keluar meskipun di hari pertama? Ella benar-benar malu. Untung hanya Zaki yang melihat. Berhubung Zaki sudah pernah melihat dirinya atau Abel yang bocor seperti ini maka Ella tidak terlalu malu.
"Makasih," ujar Ella.
Ya Zaki masih sama seperti dulu, ia selalu melindungi teman-teman atau orang terdekat dengan caranya sendiri.
Zaki hanya memberi respon deheman saja. Ella langsung menggunakan kemeja Zaki untuk menutupi tubuh bagian belakang agar noda merah yang memenuhi kemeja bagian belakang tidak terlihat oleh orang lain.
Keduanya sudah berada di depan lift. Pintu lift terbuka dan ternyata masih ada dua orang di dalam lift. Ella dan Zaki sama-sama menyapa karyawan lain dengan sopan. Meskipun mereka sama-sama karyawan, tapi Ella dan Zaki tidak mengenal mereka. Wajar bukan karena karyawan di perusahaan ini tidak hanya satu atau dua orang saja. Namun banyak karyawan yang tersebar di berbagai lantai. Paling-paling mereka hanya pernah melihat wajah tanpa mengetahui nama jika tidak ada name tag yang menggantung di leher.
Tentu saja pandangan orang-orang di dalam lift sedikit aneh. Mungkin karena Zaki hanya memakai kaos saja dan sebuah kemeja malah terikat di pinggang Ella. Meskipun begitu, Ella dan Zaki tidak peduli. Mereka juga tidak mengganggu siapapun.
Pintu lift terbuka. Zaki dan Ella langsung keluar. "Kamu pulang naik apa?" tanya Zaki.
"Aku bawa motor kok. Tenang aja, duit kamu nggak bakal habis buat Grab aku " Ella tertawa kecil.
"Baguslah," balas Zaki.
"Jangan ngebut, nyawa nggak ada cadangannya."
Ella mengerucutkan bibir. "Iya, Pak," ujar Ella.
Zaki langsung berjalan ke parkiran mobil sedangkan Ella bergerak ke parkiran motor. Ella naik ke atas motor kesayangan yang sudah menemani dirinya sejak kuliah. Saatnya pulang ke rumah, Ella membawa motor dengan kecepatan normal.
Begitupun dengan Zaki, namun Zaki tidak langsung menuju ke rumah. Ia malah mengikuti Ella dari belakang. Apa yang Zaki lakukan mungkin terlihat aneh, namun ia hanya ingin memastikan Ella pulang dengan aman.
Apa yang Zaki lakukan sama sekali tidak diketahui oleh Ella. Sebenarnya Zaki sering melakukan hal ini, bahkan dulu saat kuliah juga demikian. Jika mereka pulang kemalaman karena ada tugas yang harus diselesaikan, maka Zaki atau Ridho akan mengikuti Ella atau Abel dari belakang.
Zaki geleng-geleng kepala melihat Ella yang tidak langsung pulang. Bayangkan saja, dia melihat Ella berhenti 2 sampai 3 kali. Pemberhentian pertama, Ella mengisi bensin lebih dulu. Sedangkan pemberhentian kedua, ia berada di minimarket. Pemberhentian terakhir, Ella malah membeli martabak. Zaki hanya melihat dari mobil saja, ia tidak berniat untuk turun sama sekali.
Pantas saja, Ella sampai di rumah pukul enam sore. Dia tidak langsung pulang dan memilih berhenti di berbagai tempat. Ada-ada saja memang tingkah Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Look At Me! [END]
Teen FictionTAHAP REVISI Satu jurusan dan satu kelas dimasa kuliah membuat Ella dan Zaki saling mengenal satu sama lain. Bahkan mereka berteman sebagaimana orang-orang pada umumnya. Tidak hanya sampai disitu, setelah lulus kuliah mereka ditakdirkan bekerja dipe...