Chapter 4

53 9 0
                                    

Mengerjapkan mata beberapa kali, aku meresa terganggu akibat cahaya matahari yang masuk dari celah jendela dan memaksaku agar cepat bangun dari tempat tidur. Tapi karena tak ingin bangun sekarang, aku menarik selimutku sampai menutupi seluruh tubuhku dan membalikan badan membelakangi jendela.



Aku ingat semalam jimin memintaku untuk menginap disini, dia membiarkan ku tidur dikamarnya sedang kan dia tidur disofa depan karena apartemennya yang hanya memiliki satu kamar tidur saja.




Tidak enak sebenarnya lantaran kurang dari 24jam aku sudah banyak merepotkannya dan membuatnya kesal. Tapi mau diapakan lagi, aku butuh pengalihan perhatian dari Kim Taehyung. Aku butuh teman bicara. Mengingat selama ini aku tidak memiliki banyak teman. Satu satunya orang yang dekat denganku adalah Kim Taehyung. Hanya dia teman sekaligus -mantan pacar- yang pernah aku ajak bicara. Dia satu satunya orang yang mau menyapa ku bahkan menjadikan ku sebagai kekasihnya.



Oh sial! Tiba tiba muncul bayangan Taehyung di dalam otakku dengan senyumannya yang lebar dan matanya yang nakal. Aku membuka mataku lebar lebar, menarik punggungku dari kasur hingga aku terduduk sekarang. Sial, karna bayangan Taehyung seperti mimpi buruk untukku, dan membuat kantuk ku hilang.




Aku melirik jam dinding, masih jam 7. Segera aku bangkit dari tempat tidur dan langsung keruang tv, dimana jimin tidur semalam. Tapi setelah sampai diruang tv aku tidak melihat ada Jimin disini. Dengan langkah yang cepat aku menuju ruang tamu mungkin semalam dia tidur disana, tapi, disini juga tidak ada jimin. Kemana dia?




"Park jimin-ssi!!!" aku berteriak ketika sampai diruang tv lagi dan membanting tubuhku ke atas sofa.



"Aku disini nyonya,park."
Aku menoleh ke sumber suara,dapur!



Apa yang dilakukan seorang laki laki di dapur sepagi ini dan kenapa aku tidak berfikir bahwa jimin ada di dapur? Tanpa menunggu lama aku  menghampirinya di dapur. Aku  berjalan kearahnya yang sedang memasukan bumbu kedalam panci,




"Apa yang sedang kau buat?" dia menoleh kearah ku sekilas,



"Apa tidurmu nyenyak?"  bukannya menjawab dia malah balik bertanya.



aku mengintip sedikit ke arah panci yang sedari tadi isinya terus diaduk-aduk, "Ya, aku tidur sangat nyenyak. Dan apa kau membuat bubur?"




"Kau tidak suka bubur?" jimin bertanya tanpa menoleh kearahku, jimin tetap mengaduk makanannya agar tidak lengket dibagian bawahnya.



"Biasanya aku makan bubur jika sedang sakit saja," aku berjalan kearah lemari pendingin untuk mencari apa saja yang bisa diminum, tenggorokanku rasanya kering sekali seperti habis lari maraton, kemudian aku menemukan satu kotak susu strawberry dan aku langsung mengambilnya untum diminum.




"Kau bahkan tidak izin dulu kepada pemilik susu itu," jimin memergoki ku yang sedang meminum susunya. Aku menarik satu kursi dekat meja makan lalu duduk menghadap jimin yang masih memasak,



"Aku mendengar tuan rumah selalu berkata 'anggap saja rumah sendiri' kepada tamunya," aku membuang muka kesamping saat jimin menoleh kearahku,




"Tapi aku tidak bilang seperti itu," jimin berjalan kearah rak piring kemudian mengambil dua buah mangkuk.




"Kurasa ucapanmu semalam 'tidur saja dikamarku' sudah mewakili kalimat 'anggap saja rumah sendiri'." jimin kembali merjalan kearah kompor, menuangkan bubur yang dia buat kedalam mangkuk. Dia sama sekali tidak membalas ucapanku.




CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang