Song for this chapter : BTS - Best Of Me***
Sepertinya ini adalah hari yang paling menegangkan untukku. Atas taruhan dengan jimin semalam, aku Jadi merasa sangat sangat gugup walaupun hanya menyebutkan namanya. Dia benar-benar mengajakku berkencan, bahkan saat dia mengantarku pulang, dia mengulangi kalimatnya lagi, 'besok kencan pertama kita."
Astaga, astaga, astaga.
Aku harus berdandan seperti apa hari ini? Apa aku harus menelpon sulbi? Haruskah aku pergi ke salon? Atau beli baju baru? Tidak, tidak. Aku harus berpenampilan seperti Jira 'biasa'. Tanpa embel-embel apapun. Aku harus jadi diriku sendiri saja.
Oke, sekarang kita mulai. Aku membuka pintu lemari ku lebar lebar sehingga menampakkan semua baju yang berada didalamnya. Mengetuk-ngetukkan telunjukku di dagu, memilih mana kiranya baju yang cocok untuk aku gunakan. Ah, sial. Seandainya Jimin memberi tahu akan kemana kita hari ini mungkin aku tidak akan kesulitan memilih baju.
Akhirnya, aku memilih sebuah baju rajut berwarna putih yang di padukan dengan rok span kulit berwarna hitam diatas lutut. Karna sekarang bulan november dan cuacanya yang sedikit dingin, jadi, aku berlapis dengan celana panjang berwarna abu-abu dan juga jaket tebal berwarna senada. Penampilan ku sempurna ditambah dengan pouch bag berwarna hitam. Sekarang tinggal memberi riasan pada wajahku. Sebelum nya aku melirik jam, masih pukul 12.30 siang, ini berarti aku masih punya waktu 30 menit sebelum Jimin datang menjemputku. Aku duduk di kursi meja rias. Sebenarnya aku tidak pandai berdandan, tapi juga bukam berarti tidak bisa berdandan. Biasanya aku hanya akan memakai bedak tabur, lipbalm, dan juga maskara. Tapi, lagi lagi, aku dilanda kebingungan. Aku harus berdandan seperti apa? Oh, Tuhan, saat kencan pertama ku dengan Tae tidak se gugup ini, sungguh. Kenapa sekarang aku sangat gugup? Bahkan untuk merias wajah pun aku sangat bingung, takut-takut jika make up ku terlalu tebal atau bahkan terlalu tipis hingga wajahku terlihat pucat. Astaga, Jira. Tenangkan dirimu. Mari berdandan seperti biasanya saja.
Pun aku langsung meraih semua alat make up ku. Mengapply kan bedak dan juga sedikit blush on. Memakai eyeliner juga mascara secukupnya. Dan terakhir aku memakai lipbalm berwarna peach yang membuat bibirku tidak terlihat pucat. Aku berjalan ke arah cermin besar yang berada di pintu lemariku, memperhatikan penampilan ku dari atas hingga bawah. Huh, sepertinya sudah cukup. Aku tidak perlu menguncir rambutku.
Aku keluar dari kamar menuju ruang depan. Meraih sepatu boots ku dan memakainya. Tidak lama setelah aku selesai memakai sepatu, bel apartemen ku berbunyi. Tidak perlu ditebak siapa yang datang. Aku bergegas berjalan ke arah pintu. Oh, rasa gugup itu datang lagi. Bahkan, hingga membuat kaki ku sedikit bergetar dan berkeringat di telapak tangan. Aku menarik napas sekali dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan lewat mulut. Tenang, tenang, tenang. Aku terus mengucapkan kata itu dalam hati bak sebuah mantra yang akan menangkan ku. Aku meraih knop pintu memutarnya, membuat bunyi nyaring yang justru membuat jantung dipacu sangat cepat. Menarik pintu nya kedalam, seketika Jimin dan senyum yang menghias wajahnya langsung tertangkap di indra penghlihatanku. Aku pun membalas senyumannya.
"Hai," sapanya, yang membuat aku tersentak sadar dari lamunanku.
"H-hai. Hm ... Mau masuk dulu?" Astaga, Jira. Kenapa masih gugup? Okey, tenang, tarik napas dan hembuskan.
"Kalau kau sudah siap kita langsung pergi saja. Aku tidak ingin membuang waktu kencan kita,"
"Baiklah, ayo kita berangkat." aku berbalik dan menarik pintunya dari luar. Menguncinya kemudian keluar dari gedung apartemen. Bersama dengan Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED
FanfictionBahwa kenyataannya yang paling pahit adalah aku tetap sendiri. Tetap berdiri sendiri. Bernafas sendiri.