Song for this chapt:
Rap monster ft wale - Change
**
Tepat jam 9 Jimin menepati janjinya kalau dia akan menjemput ku. Dia datang bukan dengan mobil yang biasa aku lihat, melainkan dengan motor gede nya yang berwarna hitam. Whoa. Aku terkejut sekaligus menahan tawa melihat tubuh Jimin yang kecil menaiki motor sebesar itu. Gadis batinku terjungkal jeungkal menertawainya.
"Kau siap?" jimin menaiki motornya dan memberikan helm kepadaku,
"Kau yakin?" aku menerima helmnya dengan ragu. Serius mau naik motor?
"Memang kenapa? Tidak percaya kalau aku bisa membawa motor?"
"Bukan, bukan begitu, tapi aku hanya.." aku tidak melanjutkan kalimatku. Memang bukan meragukan kemampuannya naik motor, hanya saja aku harus berbagi jok dengannya, dan itu pasti membuat tubuh depanku menempel dengan punggungnya. Oh, aku tidak bisa membayangkannya.
"Hanya apa?"
Aku tidak menjawab.
"Ayolah, Jira. Kita akan telat," ucapnya, tidak sabaran. Dia mengengkol motonya dan seketika suara brisik dari kenalpot motornya memekkaan telingaku.
Jimin menggoyangkan kepalanya kesamping, memberi instruksi agar aku cepat naik. Dengan gerakan ragu aku memakai helmnya dan langsung naik keatas motor. Sempat canggung mau memegang pundaknya atau tidak tapi tiba tiba jimin menarik kedua tanganku melingkar di pingganya, membuat posisiku kini seperti memeluknya dari belakang.
"Pegangan," ucapnya, dan aku mengangguk. Tubuhku menahan agar tidak terlalu menempel dengannya. Tapi memang dasar Jimin-ssi-alan, saat dalam perjalan dia menyadari tubuhku yang sedikit menahan agar tetap berjarak dengannya dan tiba tiba dia ngerem mendadak, membuat tubuhku menghantam punggungnya. Aku kaget, dan begitu tersadar aku langsung berniat menarik tubuhku namun dia menahan tangan ku yang melingkar dipinggangnya sambil berkata, "pegangan yang erat, Jira."
**
"Kita dimana?" tanyaku, setelah kurang lebih satu jam. Mungkin. Kita sampai ditempat yang begitu sepi dan juga asing bagiku. Aku belum pernah kesini sebelumnya, karna aktivitasku hanya -kuliah,kerja,pulang- dan jalan yang dilewati ya hanya itu itu saja.
"Seoul," jawabnya, santai. Dia melepas helmnya kemudian menyisir rambutnya kebelakang secara perlahan. Oh, lihat! He like Angel! Gadis batinku berseru.
Pun aku mengikutinya, melepas helm yang kugunakan dan kutaruh di atas motor, "ya, aku tau ini Seoul. Tapi, tepatnya dimana?"
"Masih di sekitaran sungai Han," kemudian dia berjalan mendahukuiku. Aku mengekor dibelakanhnya.
"Benarkah? Tapi aku tidak pernah kesini," aku menyamakan jalanku dengan Jimin. Mendongak kearhnya,
"Kau hanya tidak tau, Jira. Tapi sungguh ini masih di Seoul. Aku tidak membawamu pergi jauh,"
"Oh, baiklah. Lalu mau apa kita sekarang?"
"Melihat pertunjukan," Jimin menghentikan langkahnya, aku mengikutinya. Menoleh kedepan aku mengikuti kemana arah matanya memandang.
Ku fikir disini sepi, ternyata dugaanku salah. Disini justru sangat ramai dan aku tidak memikirkan apapun yang dimaksud 'pertunjukan' oleh Jimin.
"Ayo." Jimin menarik tanganku, membawa nya ke sekelompok orang yang sedang berkumpul di dekat mobil van berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED
FanfictionBahwa kenyataannya yang paling pahit adalah aku tetap sendiri. Tetap berdiri sendiri. Bernafas sendiri.