Aku menggeliat risih ketika cahaya matahari yang menusuk kelopak mataku. Membangunkanku dari mimpi indah yang belum sampai pada ending nya. Aku meregangkan otot otot ku dan membawa tubuhku bersandar pada headboard. Memgumpulkan semua nyawaku dan memperjelas pandanganku. Setelah nyawa ku terkumpul dan pandanganku mulai jelas, aku baru sadar jika ini bukanlah di apartemenku. Ini bukan kamar ku. Lalu dimana aku sekarang?
"Selamat pagi. Akhirnya kau bangun juga." menoleh, aku mendapati orang yang belakangan ini dekat denganku, Jimin. Dia berjalan ke arahku dengan segelas air mineral kemudian duduk ditepian kasur,
"Ini dimana?" tanyaku,
"Kamarku," jawabnya, kemudian memberikan gelas nya kepadaku, "minum dulu," lanjutnya.
"Terimasikasih,"
Aku langsung meneguknya hingga habis kemudian menaruh gelasnya di meja dekat kasur, "setauku kamarmu bercat warna abu abu," seingatku sih seperti itu. Saat malam dimana aku menginap di apartemen nya dan tidur dikamarnya juga. Apa dia sudah mengganti warna cat nya?
"Bukan, ini bukan di apartemen. Ini kamarku yang ada di basecamp," Oh. Ku pikir ini di apartemennya.
"Hm ... Bagaimana bisa aku disini? Seingatku kau sedang membawaku ke suatu tempat dengan naik ... Motor?" bibirku berkedut. Teringat kemarin malam Jimin menjemputku menggunakan motornya. Sialan, sekarang wajahku pasti seperti orang tolol karna membayangkan hal hal yang seharusnya tidak aku bayangkan.
"Yak! Apa yang lucu? Aku memang anak motor, kau harus tau itu," ucapnya tidak terima. "Dan ya, kau disini karna semalam kau mabuk. Kau sangat tak terkontrol jika sedang mabuk, sampai sampai aku kewalahan."
"Mabuk?" serius? Aku tidak ingat.
"Iya kau mabuk karna meminum wine milikku. Hah! Dasar yeoja pabo. Kau sangat merepotkan."
Serius semalam aku mabuk? Setauku aku tidak bisa minum. Tapi jika di ingat ingat, semalam memang jimin menjemputku, membawaku ketempat asing dan ada balap liar disana, kemudian kita ngobrol, lalu jimin memawari ku minum sebelum akhirnya seorang wanita datang ke kami. Oh, sial. Aku ingat sekarang. Aku terlalu geram karna merasa diasingkan dengan jimin dan sulbi yang asik mengobrol. Dan bodohnya bukannya menarik perhatian dari mereka aku malah menuangkan terus wine yang Jimin bawa ke dalam slooky ku dan akibat nya aku ada disini sekarang.
"Sepertinya kau harus membersihkan tubuhmu," jimin beranjak dari kasur, berjalan ke arah lemari. Tangannya sibuk membuka-buka tumpukkan baju sambil sesekali menggerutu tidak jelas. Aku terus memperhatikannya, mataku tidak bisa lepas darinya. Lihat punggungnya, Ra. Sepertinya sangat nyaman jika dipeluk dari belakang, bukan begitu? Gadis batinku memprovokasi.
"Nah, kau bisa pakai baju ini," jimin memperlihatkan baju nya yang sudah terlihat kecil membuatku kembali ke dunia nyata. "Aku tunggu kau dibawah," lanjutnya, memberikan baju nya tadi kepadaku.
***
"Hei, aku hanya meminjamnya sebentar. Kenapa kau pelit sekali,"
"Dia tidak akan kemana mana, hari ini dia akan bersamaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED
FanfictionBahwa kenyataannya yang paling pahit adalah aku tetap sendiri. Tetap berdiri sendiri. Bernafas sendiri.