Chapter 6

35 11 0
                                    

"Jimin-ah," aku memanggil nya sekali. Dia sudah lama melamun.


"Jimin-ah," dua kali, kali ini aku mencoba mendekatkan wajahku. Tapi dia sama sekali tidak sadar.


"Jimin-ah," tiga, aku menepuk bahunya.


"Ha? Wae?" yang aku panggil akhirnya menoleh. Wajahnya kaget dan badannya langsung terjaga.

"Tidak. Apa yang kau fikirkan?" tanyaku,

"Bukan apa apa," jawabnya, pelan,


"Aku tau ada apa apa. Kita memang baru kenal, dan apa salahnya kita saling mengenal dengan bercerita masalah yang kau atau aku alami," jelasku, sedikit memaksa. Jimin terdiam beberapa saat sampai akhirnya dia kembali meminum bir untuk yang ketiga kali, bukan, empat, eh? Lima? Atau enam? Ah, yang jelas dia sudah minum banyak.


Jimin menoleh kearahku. Menatapku dalam dan penuh arti, "Jira-ya," lirihnya, aku menaikan satu alisku sebagai jawaban.


"Dunia ini kenapa sempit sekali, aku heran. Aku selalu saja bertemu seseorang yang saling berhubungan dengan seseorang yang aku kenal. Aku tidak benci itu, yang aku benci kenapa aku selalu terlibat didalamnya.." aku mendengar kan setiap ucapannya, kemudian dia tertawa.

Apa yang lucu?

Kemudia dia melanjutkan ceritanya.

Dalam diam ku yang mendengar kan ceritanya, tiba tiba bayangan wajah jimin tertawa tadi muncul di otakku,Aku terpengarah. Kenapa bisa bayangan wajahnya muncul disaat aku fokus mendengarkan ceritanya? Dan disitu aku sadar akan sesuatu saat jimin tertawa,

dimana matanya?

Menampar diriku kedunia nyata. Aku kembali mendengarkan ceritanya, "... Aku melihatnya di kafe, bersama kekasih sialan mu.." tunggu,


"Taehyung?" tanyaku meyakinkan.

"Kau tau siapa yang aku maksud, Ra."

"Oh.. Baik, lanjutkan." sebenarnya aku tidak ingin mendengar nya lebih, karna aku yakin itu akan menyakiti diriku. Menyadari kenyataan bahwa Tae pernah bermain dibelakangnku.

"Bukan itu yang menyakitkan ..." jimin menarik nafasnya dalam.

" ... Yang menyakitkan adalah aku tidak tau apa apa tentang kedatangannya ke Seoul. Dan saat aku bertemu dengannya, dia malah berkencan dengan kekasih sialan mu."


Memalingkan wajahku dari nya. Aku tau perasaannya bagaimana, karna aku juga merasakannya sekarang. Sekarang setelah dia bercerita. Jika dia tidak bercerita juga mungkin aku  tidak akan tau.


Mendengus sekali, aku kembali menatap kearahnya yang kembali meminum bir, "setelahnya? Apa kau menemuinya dan langsung memutuskan hubungan kalian? Atau menghajar Tae terlebih dahulu?" suara ku mengecil saat mengucapkan pertanyaan terakhir, ada sedikit cemas jika jimin benar benar menghajar Tae.


"Tidak. Ini tidak seperti yang kau duga.." jimin menoleh kearahku, "aku pergi ke klub dan membawa seorang jalang ke sini." ucapnya, cepat


Butuh beberapa saat untuk aku memahami kalimatnya. Sebelum akhirnya aku mengerti apa maksudnya. Aku membelakkan mataku lebar, jimin melakukannya?


"Aku membawanya dalam keadaan mabuk. Ini diluar sadarku. Ini terjadi begitu cepat. Saat kami melakukannya -aku dan jalang sialan- itu , tiba tiba Soo Ra masuk kedalam dan melihat apa yang kami lakukan. Ada perasaan bersalah dan juga senang. Senang karna dia juga merasakan sakit yang sama," jelasnya,


CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang