Tubuhku meringkuk ketakutan disudut kamar. Tepat nya dibelakang lemari. Suara umpatan umpatan tidak mengenakan sangat mengganggu indra pendengaranku. Bukan sekali dua kali aku mendengar nya, aku hampir tiap hari selalu mendengar dan juga menyaksikan betapa hancurnya keluarga kecil yang aku punya.
"JIRAA!!! DIMANA KAU?!!" Suara pintu yang dibanting disusul dengan teriakan ibuku membuat tubuhku makin meringsut kearah tembok dibelakangku. Aku semakin mengeratkan pelukan ku terhadap tubuhku sendiri. Ibuku tidak seperti malaikat yang orang lain bilang. Dia monster.
Tubuhku bergetar dan juga kaku seketika. Melihat sebuah bayangan yang terbayang dilantai. Jangan mendekat. Rintihku dalam hati. Aku sudah tidak tahan lagi dengan siksaan yang dia berikan.
Bayangan itu menunjukan orang yang sedang mengangkat tinggi sebuah benda panjang. Tidak tau apa. Yang jelas keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhku. Kemudian bayangan itu menghentakkan benda panjang tesebut ke lantai dan disusul bunyi kaca pecah. Beberapa serpihan kaca mengenai tubuhku yang memang dekat dengan tempat cermin itu dibanting.
Perempuan itu kemudian berdiri dengan angkuh di hadapanku. Nafasnya memburu. Matanya memyorotkan kebencian terhadapku. Detik berikutnya dia menarikku dari ruang persembunyian. Aku menjerit sekeras mungkin. Hingga suaraku melengking.
"Eomma ... Tolong lepaskan ... Sakit ... "
Rengekan ku sepertinya tidak ada artinya lagi baginya. Dia tetap saja menginjak kaki ku dengan kencang sedangkan dimana kaki ku berpijak adalah serpihan serpihan kaca yang pecah. Membuat rasa sakit dan juga perih menjalar keseluruh tubuhku. Kakiku limbun namun tangan perempuan yang biasa aku panggil Eomma ini menjambak rambutku agar tetap berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED
FanfictionBahwa kenyataannya yang paling pahit adalah aku tetap sendiri. Tetap berdiri sendiri. Bernafas sendiri.