Pagi ini aku bangun dengan perasaan yang lebih baik dari malam malam sebelumnya.
Entahlah, mungkin karna keberadaan Jimin Sekarang. Semalam dia menelfonku hanya untuk mendengarkan ku bercerita mengenai hubunganku dengan Taehyung, dulu. Ada perasaan yang entah bagaimana aku sendiri pun tidak bisa menjelaskannya. Oh bukan! Bukan perasaan seperti itu yang aku punya, mungkin karna aku hanya tidak perlu khawatir mengenai teman. Ya, kalian tau kalau aku tidak memiliki teman dekat sebelumnya, seharusnya memang sekarang aku biasa saja tapi semenjak dua bulan bersama Tae aku jadi tebiasa membicarakan semua masalahku, aku terbiasa dengannya yang selalu bersamaku. Karna itu, aku khawatir akan seperti dulu lagi, tidak memiliki siapa-siapa.
Aku segera membersihkan diri, bersiap siap untuk ke kampus. Tadi Jimin memberiku pesan, mengingatkan bahwa dia akan menjemputku jam 8 dan menyuruhku untuk segera mandi. Tau saja aku belum mandi.
Setelah selesai aku langsung keluar kamar, masih ada waktu lima belas menit untuk sarapan. Tapi karna aku tidak ingin membuatnya menunggu, aku hanya meminum susuku dan membuat sandwich dan memakannya sambil keluar apartemen.
Dan benar saja, saat aku keluar aku melihat mobil jimin baru saja terparkir di bahu jalan, jadi aku langsung menghampirinya. Jimin menurunkan kaca mobil nya, aku membungkuk sedikit agar bisa melihatnya. Jimin tersenyum manis dan menyapaku, "Selamat pagi nyonya, Park."
Aku tersipu mendengar ucapannya, "Pagi juga tuan, Park," jawabku.
"Ayo cepat masuk," setelahnya aku langsung memasuki mobilnya.
"Bagaimana tidur mu nyonya, Park? Nyenyak?" tanyanya, saat dia membawa mobilnya kembali ke jalan raya.
"Ya, ini lebih baik dari malam malam sebelumnya," jawabku,
"Bagaimana denganmu?" lanjutku,"Tidak buruk dan tidak baik," jawabnya, seperti biasa matanya tetap fokus kedepan biarpun aku menghadap arahnya. Aku memanggut-manggutkan kepalaku.
"Oh iya, ini aku kembalikan jaket juga kaos dan kemeja mu," kataku sambil memberikan jaket dan paper bag yang berisi kaos juga kemejanya. Dia mengambilnya dan menaruhnya di jok belakang.
Tidak ada ucapan terima kasih atau obrolan basa basi setelahnya. Dia hanya fokus saja kejalan. Semalam dia sudah menanyakan dimana kampus ku dan aku memberitahunya kalau aku kuliah di SU, dan mungkin dia masih mengingatnya, buktinya dia tidak bertanya lagi sekarang.
Selama diperjalanan kami tidak banyak bicara. Dia konsen menyetir dan aku fokus melihat gedung gedung yang kita lalui. Ini adalah kebiasaanku. Setiap kali naik bus atau mobil aku selalu duduk dipojok lalu membuang pandanganku keluar jendela, melihat kendaraan kendaraan lain yang berlalu-lalang dan gedung yang menjulang ke langit. Setiap hari aku melihatnya, tapi entah kenapa aku tidak pernah bosa dibuatnya. Selalu saja akan enak dipandang.
Tidak terlalu lama untuk sampai ke kampus ku. Tidak jika dihitung jarak dari apartemen ku. Mungkin hanya 20-30 menit, dan itu sudah dihitung dengan macetnya kota ini.
Jimin menepikan mobilnya diseberang kampus, sepertinya dia enggan untuk masuk kesana, "hanya sampai sini, tidak apa kan?" tanyanya, setelah menepikan mobilnya dengan sempurna.
Aku mengangguk dan tersenyum kearahnya, "tidak apa apa. Aku justru berterima kasih. Karna dapat tumpangan gratis," setelahnya aku tertawa, hambar.
Jimin pun ikut tertawa tapi tanpa suara, "ya,ya,ya, kalau begitu silahkan masuk ke kelasmu dan selamat belajar. Semoga harimu menyenangkan," ucap jimin disela tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED
FanfictionBahwa kenyataannya yang paling pahit adalah aku tetap sendiri. Tetap berdiri sendiri. Bernafas sendiri.