Detak [2]

7.4K 762 18
                                    

Hari itu, ketika pelajaran sejarah setelah istirahat pertama, seperti biasa, Bu Ana mengajar di kelasku. Hari ini, tema pelajaran bukan lagi tentang kerajaan Hindu-Buddha atau Islam, melainkan tentang kedatangan Portugis dan Belanda ke Indonesia. Sejujrunya, ini sudah pertemuan ketiga dan setiap membahas tentang dua bangsa itu, entah kenapa Bu Ana seperti mendongengkan sebuah cerita dan membawaku ke alam bawah sadar. Padahal biasanya, aku sangat antusias jika pelajaran sejarah.

Aku tertidur di atas meja dengan menenggelamkan kepalaku ke dalam tangan. Lalu aku mulai bermimpi. Mimpi yang sama seperti seminggu yang lalu. Ketika Bu Ana pertama kali mengajar tentang kedatangan Portugis dan VOC. Hari itu, aku bermimpi jika aku sedang berada di dalam ruangan sebuah rumah yang sedang mengadakan pesta. Pesta perkawinan sepertinya tetapi diadakan dengan cara yang sederhana. Sayup-sayup aku mendengar suara deburan ombak. Aku menengok ke arah jendela. Benar saja, rumah itu berada di tepi pantai.

Aku berjalan keluar dari sana. Menyusup dari keramaian orang-orang yang sibuk menyiapkan makanan dan persiapan pernikahan seperti biasanya. Jemariku bisa merasakan tekstur dari pasir pantai yang ada di sana. Rasanya benar-benar aku berada di sana. Lalu aku berjalan menghampiri seorang laki-laki yang sedang duduk di tepi pantai, menikmati angin dan deburan ombak laut.

"Hai," sapaku sembari duduk di sampingnya.

Dia menolehkan wajahnya ke arahku. Sedikit lagi, tepat beberapa detik sebelum aku melihat wajahnya. Suara melengking Bu Ana beserta penggaris sepanjang satu meter yang mengetuk mejaku dengan cukup keras membuat mimpiku itu menjadi buyar. Selalu saja begitu, tapi mimpiku kali ini bertambah. Seperti ada sambungan episode dari cerita sebelumnya. Seperti mimpiku tiga hari yang lalu yang merupakan sambungan dengan review episode satu minggu yang lalu.

"Cataluna Renata!" seru Bu Ana disertai dengan suara pukulan di atas mejaku.

"Jenderal pertama VOC Pieter Both memerintah dari tahun 1610 sampai 1614," ucapku spontan dengan lantang seraya menegakkan tubuhku.


HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang