Detak [11]

3K 521 6
                                    

Sekala tersenyum lalu menarikku naik agar tidak terjatuh. Ah, aku benci senyuman itu. Dia membuatku bingung dan khawatir selama satu bulan lebih tapi sekarang dia justru tersenyum.

"Kenapa kamu cari saya?" tanya Sekala sambil menatap wajahku tanpa melepaskan senyumannya itu. Aku yakin, wajahku sudah memerah saat itu.

"Kemana kamu sebulan ini?" Aku balik bertanya dengan segala gengsi yang akhirnya aku buang jauh-jauh malam itu.

"Kenapa? Biasanya kamu ngusir-ngusir saya. Suruh saya pergi jauh-jauh dari hidup kamu." Sekala tersenyum jahil. Sepertinya dia sedang menggodaku. "Tapi sekarang kamu cari saya."

Aku menundukkan kepalaku. Aku malu. Berusaha menyembunyikan wajahku darinya. Ah, dasar Sekala sialan!

"Sekarang keadaannya beda," ucapku begitu saja. Membuat mta Sekala segera berkeliaran mencoba melihat wajahku.

"Beda? Dulu kamu benci saya, berarti sekarang enggak? Sekarang kamu cinta sama saya?" tembak Sekala. Ah, kenapa aku mengatakan hal itu tadi. Aku menyesal sendiri jadinya.

"Emangnya kalo aku enggak benci kamu, berarti aku suka sama kamu?" ketusku. Berusaha menjaga image-ku agar tidak hancur di hadapannya. Walaupun hatiku seolah berseru, 'Iya, aku suka sama kamu Sekala!'.

"Ya, menurut hukum antonim seperti itu. Benci lawan katanya cinta. Kamu bilang keadaannya beda sekarang, jadi saya simpulkan begitu," jelas Sekala tanpa melepaskan pandangannya dariku. Aku tidak berani menatapnya. Takut-takut aku akan mengatakan segalanya nanti.

Aku mendengus. "Ngeselin banget sih kamu?! Pergi sana!"

Dahi Sekala berkerut tipis. Menatapku dengan tatapan bingung. Bibirnya juga berkerut sejenak sebelum akhirnya berkata, "Baiklah, saya pergi lagi kalau begitu."

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang