Detak [5]

4K 591 4
                                    

Beberapa hari berikutnya, dia tidak muncul lagi. Aku pikir itu hanya khayalanku saja atau mungkin bagian dari mimpi berepisode yang sekarang tidak pernah lagi datang ke tidurku. Kali ini, aku berjalan di trotoar seraya mendorong sepedaku keluar dari area sekolah. Sendirian saja, tak ada teman searah. Arah rumah Nadia berlawanan arah denganku.

"Hai, Gayatri."

Suara itu segera membuatku diam membeku di depan gerbang sekolah. Perlahan kuputar kepalaku ke arah sumber suara. Laki-laki itu muncul lagi. Senyum sudah terukir di wajahnya. Dia tampak begitu bahagia melihatku, tetapi aku masih takut. Aku cubit tanganku berulang kali dan rasanya sakit. Ini bukan bagian dari mimpi berepisodeku.

"Gayatri, kamu kenapa?" tanyanya ketika melihat diriku meringis kesakitan sambil mengusap punggung tanganku.

Aku menggeleng lalu berlalu begitu saja tanpa menghiraukannya tapi dia mengejarku. Mengikuti langkahku dan mencoba mensejajarkannya.

"Gayatri, kamu berjanji akan menunggu saya, tapi kenapa kamu justru membuat saya yang menunggu kamu?" ucapnya seraya mencoba menatap mataku.

"Bisa nggak sih kamu berhenti ngikutin aku?!" pekikku kesal karena merasa tak nyaman dengan tingkahnya itu. "Lagian namaku bukan Gayatri!"

Dahinya tampak berkerut tipis. "Lalu nama kamu siapa? Saya yakin kamu Gayatri."

"Namaku Aluna! Cataluna!" seruku penuh penekanan. "Jadi stop panggil aku Gayatri dan jangan ikutin aku lagi!"

"Baik, saya ngikutin kamu tapi nggak sepenuhnya," sahutnya membela diri.

Aku yang menatapnya heran kali ini.

"Ini tempat tinggal saya," ucapnya seraya menunjuk sebuah rumah di sisi kanan kami berdua. Rumah yang tak jauh dari rumahku. Ralat, rumah yang berada tepat di samping rumahku.

"Kamu tetanggaku?"

Dia mengangguk. "Jadi kamu bukan Gayatri melainkan Aluna, tapi saya akan tetap memanggil kamu Gayatri. Saya yakin kamu Gayatri, Gayatri saya."

Aku memutar bola mataku kesal. Biar saja dia mau memanggilku siapa, aku juga tidak ingin menganggapnya saat itu. Biar dia tetanggaku atau bukan, tapi kedatangannya membuatku tak nyaman.

Hari itu.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang