Detak [19]

3K 514 9
                                    

Sejak malam itu, 14 April 2013, Sekala-ku menghilang dan tidak pernah datang kembali hingga hari ini. Aku memikirkannya setiap malam, aku merindukannya setiap hari. Setiap hari aku menatap rumah kosong yang kini sudah dipasangi tulisan 'DIJUAL' di pagarnya. Aku pikir, dia akan datang lagi sebulan kemudian seperti saat itu tetapi nyatanya tidak.

Sebulan sejak Sekala menghilang, aku memberanikan diriku untuk memasuki rumah yang setahuku dihuni Sekala. Rumah itu benar-benar tidak terkunci, seperti ditinggal begitu saja tanpa jejak. Tak ada satupun lampu menyala di sana. Aku memasuki ruangan di rumah itu satu per satu dengan semua keberanian yang aku punya. Hingga akhirnya aku memasuki sebuah kamar. Kamar yang jendelanya menghadap langsung ke arah kamarku. Kamar yang aku yakini adalah kamar milik Sekala. Semuanya tertata rapi, pakaian Sekala masih berada di lemarinya. Sprei ranjangnya juga masih rapi. Tidak ada tanda kehidupan Sekala di sana, yang ada hanya sebuah buku usang dan sebuah pena yang tergeletak di atas ranjang.

Aku mendekati buku yang terbuka itu. Ada beberapa kata yang tertoreh di atas kertas kecokelatan itu. Goresannya tampak tidak rapi dan cenderung dipaksakan.

'Hari keduapuluhsatu di bulan keempat,

Mungkin ini akhirnya.

Aku tidak bisa bertahan lagi.

Rindunya tidak tersisa lagi untukku.

Tak ada ruang bagiku.

Aku menyerah.

Dia melepaskan genggamanku dan menerima uluran tangan orang lain.

Dia bukan Aluna-ku lagi.

Semoga kau bahagia, Cataluna.

Selamat tinggal,

Sekala Ajinegara."

Aku terpaku. Kubuka buku itu dari halaman awal, kubaca setiap goresan yang ia torehkan di sana. Kubaca tulisan yang ia buat di halaman pertama buku tua itu.

'Jika kamu, Gayatri kedua-ku, Cataluna Renata, membaca catatan ini. Itu tandanya, aku, Sekala Ajinegara, sudah kembali ke dalam masa penantian panjang. Menanti Gayatri-ku yang lain lagi. Walau sesungguhnya aku tak mau selain kamu.'

Aku menggelengkan kepalaku tak percaya. Sekala tidak boleh pergi meninggalkanku begitu saja. Sekala-ku tidak boleh pergi. Perlahan air mataku jatuh. Tanganku mendekap buku catatan milik Sekala itu.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang