Detak [10]

3K 527 2
                                    

Beberapa saat kemudian, aku membuka mataku. Menegakkan tubuhku lalu duduk di tepi ranjang. Mataku menjelajahi isi kamar. Biasanya, dia muncul ketika aku memikirkannya. Aku kecewa. Dia tidak datang. Aku kemudian memutuskan untuk pergi ke atap rumah. Duduk di atas genting seraya menatap bintang malam-malam begini sepertinya menyenangkan. Namun aku jadi teringat pada Gideon. Aku teringat ketika dia menyatakan cintanya kepadaku. Saat itu aku duduk di kelas X. Saat itu adalah api unggun kemah bakti dan langit juga penuh dengan bintang. Saat itu dia datang sebagai alumnus SMA tempat aku bersekolah.

Aku menghela napasku berat. Rasanya sesak mengenang mereka berdua. Gideon yang pergi dan tidak bisa kutemui untuk selamanya dan Sekala yang menghilang tanpa jejak.

"Sekala, kamu dimana sih?" gumamku pelan seraya menatap langit hitam bertabur bintang itu.

"Saya disini," sahut seseorang dari arah belakang. Membuatku bangkit dan terperanjat hingga nyaris terjatuh dari atap. Namun beruntung, dengan sigap tangannya meraih tanganku sehingga aku tidak terjatuh.

Mataku masih tidak percaya melihat siapa yang mengenggam tanganku saat ini. Sekala ada di hadapanku. Benar-benar nyata dan menggenggam tanganku dengan erat. Jantungku berdegup kencang dan tubuhku berdesir hebat. Entah karena nyaris jatuh dari atap atau karena Sekala. Mungkin keduanya. Aku tidak tahu.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang