A Little Thing Called Shit

8.5K 644 53
                                    

Selamat datang di dunia pelangi milik Dwi. Nikmatilah kenikmatan yang berasal dari kekhilafan.

*
*
*

"Siapa?" Seungcheol mengeryit bingung ketika mendapati seorang lelaki dengan rambut pendek bewarna pirang tengah berdiri di depan pintu apartemennya. Bibir laki-laki yang terlihat manis itu tersenyum, matanya yang besar berbinar penuh harap. Seungcheol curiga mengamati ekspresi seperti itu.

"Jeonghan, your new neighbor ." laki-laki manis itu mengulurkan tangannya. Seungcheol memandangnya dengan malas.

Jujur saja Seungcheol hafal sekali dengan skenario seperti ini. Jangan menyambut uluran tangan tetangga baru atau kau akan dimintai bantuan. Kalimat itu sampai berakar di otak Seungcheol.

"Oh. Selamat datang kalau begitu. Semoga betah di sini." laki-laki tampan itu tidak menyambut uluran si tetangga baru yang cantik itu. Dia hanya berucap datar lalu berbalik dan berniat untuk menutup pintu apartemennya lagi.

Namun kaki yang berbalut sepatu boots itu terlanjur berhasil menahan pintu yang akan tertutup. Seungcheol memutar bola matanya malas, menyuruh si pemilik kaki agar menjauhkan kakinya dari pintu apartemennya. Namun si laki-laki cantik menggelengkan kepalanya kencang. Bibirnya mengerucut.

"Aku butuh bantuanmu. Jadi sebagai tetangga yang saling membutuhkan nantinya, kita harus saling menolong."

"Tidak. Terima kasih. Kau urus sendiri masalahmu." lagi-lagi Seungcheol berujar cepat, menendang kaki yang menghalangi pintu apartemennya itu. Namun laki-laki cantik itu malah melesakkan tubuhnya di celah kecil itu.

Seungcheol berdecak kesal, akhirnya dia membuka pintunya lebih lebar dan berkacak pinggang memandang tajam laki-laki cantik yang Seungcheol baru sadar hanya memakai hoodie over size  bewarna coklat.

"I never asked your help before. So I don't have to help you. Just get out from here or I'll kick your ass!" Seungcheol mendorong laki-laki cantik itu agar menyingkir dari pintu pintu apartemennya. Bukannya menyingkir, kelakuan laki-laki cantik itu malah membuat Seungcheol tersentak kaget.

Jeonghan memeluknya. Tetangga barunya itu melingkarkan tangannya di pinggang Seungcheol dan menempelkan pipinya di bahu Seungcheol.

"We're just met, why are you talking about my ass, babe?" suara itu berbisik lembut, jemari kurus itu menarik-narik ujung kaos yang dipakai Seungcheol.

Hell! Babe? Sejak kapan tetangga barunya ini menjadi kekasih Seungcheol? Dia ingin sekali membenturkan kepala laki-laki cantik itu.

Dan oh! Seungcheol mendelik ganas saat melihat laki-laki cantik itu menyeringai. Yang benar saja! Tetangga barunya baru saja menggigit bahunya.

"Barang-barangku ada di mobil. Ayo aku tunjukkan."

Shit!

*
*
*

"Bisa kau masukkan koper itu ke kamarku?" Jeonghan mengarahkan dagunya ke arah pintu bewarna putih pucat.

Seungcheol mendengus kesal. Menggerakkan kakinya dan mengangkat koper hitam besar yang sangat berat itu menuju kamar si laki-laki cantik. Sial sekali karena roda koper itu rusak.

Begitulah, akhirnya Seungcheol terdampar di apartemen tetangganya itu sebagai buruh angkat barang. Laki-laki cantik itu benar-benar tidak tahu malu, setelah mengacamnya tidak akan melepaskan pelukan jika Seungcheol tidak membantunya, sekarang dia membuat Seungcheol kewalahan karena harus memindahkan barang-barang dari mobil ke apartemen. Dan itu tidak sedikit!

"Wow! your sexy body isn't useless, babe." Jeonghan berkata setelah melihat laki-laki tampan itu keluar dari kamarnya. Mengamati otot lengan Seungcheol yang tercetak dari kaos tipis yang dikenakannya.

Seungcheol mengabaikan pujian laki-laki cantik itu. Mata tajamnya memandang Jeonghan malas, namun laki-laki cantik itu malah membalasnya dengan senyuman lebar.

"Ini terakhir kali aku membantumu. Jangan sok akrab denganku. Aku benci orang yang mendekatiku karena meminta bantuan."

"What's your name?  I need to thank  you mr...hmmm sexy?" Jeonghan mengabaikan ucapan laki-laki tampan itu.

"Seungcheol. And can you stop speaking with English?"

"But you did, babe."

"Ugh whatever!"

*
*
*
Opo sih? Dwi nggeh mboten ngertos. Menawi enten sing kliru, monggo kaliyan benerne.

Come to My HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang