A Little Thing Called Shit 3

3.4K 489 66
                                    

Mereka bilang ini dosa, tapi nikmatilah....

Typo di mana2

*
*

Hari ini tepat satu bulan Seungcheol mempunyai tetangga baru yang hidup tepat di depan kamar apartemennya. Tetangga yang selalu Seungcheol abaikan, tapi sialnya tetangga itu selalu mencari alasan untuk bisa mengganggu Seungcheol.

Namun, ada yang aneh belakangan ini, laki-laki cantik itu jarang menunjukkan dirinya. Biasanya Seungcheol bisa mendapati batang hidung laki-laki cantik itu berkeliaran di sekitar apartemen.

Entah dia sibuk mengobrol dengan seorang janda beranak dua yang tinggal di lantai bawah, atau dia yang tiba-tiba keluar dari apartemennya begitu Seungcheol baru pulang kuliah lalu mulai merusuh di apartemen Seungcheol.

Lalu, kegiatan merusuh laki-laki cantik itu akan berujung pada tingkahnya yang suka tertidur tiba-tiba. Jeonghan biasa tertidur di sofa ruang tamu milik Seungcheol hingga membuat si laki-laki tampan mendengus kesal karena pada akhirnya Seungcheol juga yang menggendong Jeonghan untuk kembali ke apartemennya sendiri.

Namun, sekitar empat hari ini Seungcheol tidak mendapati tetangga yang memiliki rambut pirang itu berulah. Tidak lagi mendapati Jeonghan yang tertidur pulas di sofa, serta tidak ada acara mengangkat tubuh kurus milik laki-laki cantik yang lebih tua darinya itu.

Seungcheol melirik pintu apartemen yang tertutup itu dengan alis bertaut, dia mengendikkan bahunya lalu melanjutkan niatnya yang ingin memasukkan kunci pintu apartemennya. Seungcheol tidak peduli dengan kelakuan tetangga cantik yang akhir-akhir terlihat diam.

Sungguh! Seungcheol tidak peduli...

*
*
*

Hanya dua orang yang pernah menggedor pintu apartemen milik Seungcheol selama ini. Janda tua beranak dua itu dan Jeonghan.

Seungcheol menutup laptopnya dan bangkit dari sofa yang ada di ruang tamu begitu mendengar gedoran ringan dari pintu apartemennya.

Dia melirik penampilannya, memastikan bahwa boxer hitam dan kaos tanpa lengan warna putih ini tidak akan menimbulkan hal buruk nantinya. Bahaya jika yang berada di balik pintu itu nantinya Jeonghan. Seungcheol bisa darah tinggi saat mendengar bibir tipis itu menyeringai menggoda.

Seungcheol bisa bernapas lega karena kekhawatirannya tidak terjadi, karena yang berada di balik pintu itu bukan Jeonghan, melainkan seorang janda tua yang sering mengobrol dengan Jeonghan.

"Ada yang bisa aku bantu, Bi?" Seungcheol bertanya bingung, pasalnya wanita tua itu  akan menemui Seungcheol setiap kali meminta bantuan.

"Berikan ini untuk Jeonghan, ya? Aku mencoba mengetuk pintunya tapi dia tidak keluar-keluar, katakan padanya ini adalah hadiah kecil untuk ulang tahunnya."

Seungcheol mengerjab pelan saat wanita itu berujar cepat dengan menyodorkan tas bekal kecil yang Seungcheol tidak tahu apa isinya. Belum sempat Seungcheol protes untuk menolak permintaan tolong wanita itu, beliau sudah buru-buru pergi dengan alasan bahwa dia sedang ditunggu anaknya.

Seungcheol mendengus, mengumpat dalam hati tentang begitu hebatnya Yoon Jeonghan karena selalu saja menyusahkan Seungcheol meski secara tidak langsung.

Laki-laki tampan itu berjalan ke arah pintu apartemen milik laki-laki cantik itu. Tangannya mengetuk pintu dengan malas, berseru memberitahu bahwa ia mendapat titipan dari teman mengobrolnya. Namun, tidak ada tanggapan sama sekali yang membuat Seungcheol mengernyit bingung.

Seungcheol yakin bahwa Jeonghan ada di dalam saat ini, karena mobil laki-laki cantik itu terpakir di bawah. Seungcheol sekali lagi memanggil nama laki-laki cantik itu, Namun hasilnya sama sekali tidak ada tanggapan.

Come to My HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang