A Little Thing Called Shit 4-END

3.6K 448 66
                                    

Typo dan segala error hati-hati.

"Ranjang sebesar ini sayang kalau tidak kita gunakan untuk bermain." Jeonghan berucap sambil mengusap-usap bantal putih Seungcheol yang ada di samping kepalanya.

Seungcheol memilih diam, berusaha fokus dengan bab baru di skripsinya.

"Pasti sangat indah saat melihat tubuh topless-mu di pagi hari, Babe."

Seungcheol masih diam.

"Jadi, bolehkah aku menjadi penghuni di sarangmu ini?"

Seungcheol menutup laptopnya cepat dan berjalan menghampiri Jeonghan yang tengah berbaring di ranjang milik laki- laki tampan itu. Dia mendengus malas saat mendapati Jeonghan mengerjabkan matanya polos dengan kepala yang berpangku pada sebelah tangannya.

Tanpa mengatakan apapun, Seungcheol menarik kaki Jeonghan hingga laki-laki cantik itu jatuh dari atas ranjang Seungcheol.

Jeonghan mengerang kesal saat merasakan pantatnya bersentuhan dengan lantai yang begitu keras. Dia memperbaiki kacamatanya yang merosot dari hidungya. Bibir tipis itu mengerecut lucu saat melihat Seungcheol mengabaikannya dan memilih untuk memperbaiki tatanan selimut di ranjang.

Jeonghan memang perjaka tua yang manis yang sialnya mulutnya itu sangat terbuka. Suka sekali menggoda laki-laki tampan yang sedang berjuang dengan skripsinya itu .
Seungcheol sampai menyerah menghadapi laki-laki cantik itu.

Seungcheol benar-benar menyerah hingga membiarkan laki-laki cantik itu bebas mengunjunginya, masuk ke dalam kamar Seungcheol dan mengamati laki-laki tampan yang sibuk mengerjakan tugas itu.

Sejak kejadian dua hari yang lalu di apartemen laki-laki cantik berambut pirang itu, Seungcheol merasa bahwa dirinya benar-benar gila.

Pasalnya kala itu Seungcheol hampir saja menjerumuskan dirinya ke dalam pesona Jeonghan malam itu. Dia hampir mencium laki-laki cantik itu kalau saja ponsel Jeonghan tidak berbunyi menganggu momen intim mereka.

Baiklah, Seungcheol mengakui bahwa laki-laki cantik berkacamata yang suka menggodanya itu begitu menarik.

Jeonghan punya segala kriteria seorang kekasih yang diinginkan Seungcheol. Lebih tua secara umur, kurus, putih, cantik dari sisi manapun, sudah bekerja, dan juga Jeonghan memiliki sesuatu yang membuat Seungcheol berusaha keras agar tidak jatuh dalam pesona laki-laki cantik itu.

Jeonghan selain pintar menggunakan mulutnya itu untuk menggoda Seungcheol, tapi Jeonghan juga pandai menggunakan mulutnya itu berbicara dan menenangkan seorang anak kecil yang sedang menangis.

Jeonghan menyayangi anak kecil, Seungcheol mengetahuinya saat dia pulang kuliah dan mendapati Jeonghan yang berjongkok di depan seorang balita yang menangis. Laki-laki tampan itu mendengar bagaimana Jeonghan membujuk balita yang kehilangan ibunya itu agar mau ikut dengannya dibawa ke kantor polisi untuk dilaporkan.

Bibir tipis itu dengan sabar membujuk balita itu hingga si balita berjaket kuning itu mengangguk, bahkan balita itu juga mau Jeonghan gendong.

"Babe, did you listen me?"

Jeonghan memandang Seungcheol dengan raut bingung saat melihat laki-laki tampan itu diam saja.

"I'll kiss you if you don't answer me."

"Shut up! I listened you, bitch!" decak Seungcheol yang medapat kekehen geli dari Jeonghan.

"Yeah I'm your bitch. So wanna sleep me?"

Seungcheol rasa dia benar-benar bisa gila jika berhubungan lebih lanjut dengan tetangga gilanya ini.

*
*
*

Jeonghan mengulurkan segelas kopi yang baru saja dia buat dari mesin pembuat kopi otomatisnya itu ke arah Seungcheol.

Mereka berdua tengah berada di apartemen Jeonghan kali ini. Laki-laki cantik itu menyeret Seungcheol agar mau berkunjung ke apartemennya. Tentu saja Seungcheol awalnya menolak, tapi laki-laki cantik itu mengancam akan tidur di kamar Seungcheol dan memeluk tubuhnya kalau Seungcheol tidak mau berkunjung di apartemennya.

Ini kedua kalinya Seungcheol berkunjung  di apartemen Jeonghan sejak dua hari lalu.

"Suka webtoon?" tanya Jeonghan membuka obrolan saat mengetahui Seungcheol mengarahkan matanya mengamati komputer Jeonghan.

Laki-laki tampan itu menggeleng, meletakkan gelas kopi yang baru saja dia sesap.

Jeonghan mendengus, "Tapi itu cara calon istrimu ini mendapat uang, jadi kau harus menyukainya mulai sekarang."

Seungcheol mengangkat alisnya hingga dahinya juga ikut mengernyit. Dia memilih untuk menggelengkan kepalanya menanggapi ocehan laki-laki cantik itu.

Jeonghan melepas kacamata bundarnya, dia ingin mengatakan sesuatu yang serius kali ini.

"Babe, kalau aku benar-benar menyukaimu bagaimana?"

"Aku tidak suka yang lebih tua dariku." jawab Seungcheol yang tentu saja berbohong.

THE END

Inikah namanya nggantung... Oh inikah nggantung~ *nyanyi
Wkwkwk

Maaf dan terima kasih, kakak :*

Come to My HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang