It's Warm and Cold 1

2.9K 307 44
                                    

Typo berceceran.

Jeonghan dan papanya baru saja pindah rumah sekitar sebulan yang lalu. Mereka pindah karena sesuatu yang sulit dijelaskan. Oh tidak, sebenarnya bukan sulit dijelaskan, tapi sangat memalukan untuk diperjelas.

Baiklah, alasan mereka pindah rumah itu sebab Jeonghan jengah karena setiap hari dia menjadi sasaran wanita-wanita tua tak bersuami yang begitu bergairah untuk mengambil hati Jeonghan. Bukan karena mereka menyukai laki-laki cantik yang begitu polos itu, Namun para wanita tak bersuami itu mendekatinya karena ingin merebut perhatian papanya Jeonghan.

Jeonghan tahu papanya itu belum terlalu tua, karena Papa menikah dengan almarhum mamanya Jeonghan di umur dua puluh satu tahun. Dan sekarang Jeonghan baru saja berumur tujuh belas tahun. Jadi, bisa dibayangkan bahwa sang Papa masih muda, terlebih lagi dengan bentuk tubuh dan wajah tampannya.

Kadang kala Jeonghan merasa iri dengan apa yang terpahat di tubuh papanya. Kenapa papanya bisa sangat tampan layaknya aktor Hollywood kesukaan Jeonghan, sedangkan dirinya terlalu banyak mewarisi gen mamanya hingga tubuhnya kecil dan wajahnya manis sekali. Jeonghan sering menggerutu kesal karena ini, kenapa papanya tidak menurunkan gen pada dirinya?

Dan kepindahan mereka berawal saat Jeonghan merasa jengah setengah mati. Jadi, malam itu dengan wajah yang bersungut-sungut dia mengatakan pada papanya bahwa dia ingin pindah dari komplek perumahan yang ditinggalinya, dan berakhirlah mereka mendapatkan rumah baru di perumahan yang letaknya cukup jauh dari rumah sebelumnya.

"Han, besok hari Minggu, kamu tidak ada rencana keluar dengan teman-temanmu malam ini?" laki-laki berumur tiga puluhan yang mengenakan kaos hitam dan boxer biru tua itu bertanya kepada putra tunggalnya yang sibuk membaca buku di ruang tamu.

Jeonghan menoleh, matanya mengerjab beberapa kali dan sedetik kemudian dia mendengus. "Papa mengejekku, ya? Mereka mana mau berteman dengan laki-laki kutu buku sepertiku." laki-laki cantik itu menutup bukunya lantas mengambil remote TV yang ada di atas meja, jemarinya bergerak menekan tombol dan mencari channel yang menarik.

Sang Papa hanya meggelengkan kepalanya pelan, beliau tidak tahu harus merespon apalagi yang baru saja diucapkan oleh putra tunggalnya itu. Papa tahu bahwa Jeonghan adalah pribadi yang pendiam dan pemalu, tapi dia tidak tahu bahwa putranya sukar sekali bersosialisasi.

Selama ini Jeonghan menjadi anak yang tidak banyak tingkah, dia begitu menurut dengan apa yang Papa perintahkan. Meskipun sebenarnya Jeonghan sangat manja di saat-saat tertentu, tapi Papa tidak mempersalahkannya, karena Jeonghan terlihat begitu manis saat bersikap manja.

Diam saja Jeonghan terlihat begitu menggemaskan dengan wajah kecil yang terbingkai kaca mata bundar itu, apalagi saat bibir itu mengerucut dan matanya mengerjab polos? Jeonghan tentu terlihat lebih manis!

Dan wajahnya yang manis saat menginginkan sesuatu itu juga yang mampu meluluhkan hati sang Papa untuk pindah rumah. Memangnya siapa yang bisa menolak keinginan putra manisnya itu?

Oh.. Papa sungguh berharap teman-teman Jeonghan menyadari bahwa Jeonghan itu begitu menarik meski pendiam.

"Papa dengar Tuan Choi mempunyai anak yang satu sekolah denganmu. Kenapa tidak mencoba berkunjung ke rumahnya?" sang Papa kembali bersuara yang membuat Jeonghan menghembuskan napasnya pelan.

Jeonghan menggelengkan kepalanya, lalu mengangkat kakinya untuk bersila di atas sofa sambil memeluk bantal sofa. Papa mengernyit mendapati ekspresi anaknya yang cemberut itu, lantas beliau bertanya dan Jeonghan dengan enggan menjelaskannya.

Come to My HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang