Take Your Time 1

1.8K 225 48
                                    


Typo hati-hati....

*

*

Ini natal kedua puluh enam yang Jeonghan rayakan di tanah kelahirannya. Dan ini juga natal ketiga Jeonghan mendapat kesialan terbesar setiap tahunnya.

Natal dua tahun yang lalu Jeonghan kehilangan laptopnya. Natal satu tahun setelahnya Jeonghan kehilangan pekerjaannya, dan natal tahun ini Jeonghan kehilangan kekasihnya.

Oh tidak, kekasihnya masih hidup, karena hari ini kekasihnya mengucapkan kalimat yang menurut Jeonghan mengerikan. Lebih mengerikan jika seorang wanita yang mengucapkan itu. Dan sialnya, Jeonghan adalah laki-laki normal.

Iya normal, setidaknya untuk sekarang ini.

"Tuhan membenciku. Tuhan hanya menyayangi temanku Jisoo!"

"Jangan bicara seperti itu pada Tuhan. Kau bisa menjadi lebih sial nantinya." tanggap Jisoo yang sibuk memasang mistletoe di pohon cemara yang dia beli, tapi Jeonghan yang memilih ukuran pohon juga hiasan untuk dipasangnya. Tapi tetap saja yang menghiasnya selalu Jisoo.

"Apa? Aku berbicara dengan sangat jujur kali ini! Biar saja aku lebih sial, memangnya kesialan apa lagi yang bisa Dia beri padaku?"

"Mungkin kau akan kehilangan pekerjaanmu di tahun baru ini. Atau yang lebih parahnya pacar sok cantikmu itu minta putus." Jisoo kembali menanggapi sambil melemparkan hiasan sepasang merpati putih kepada Jeonghan, berharap temannya itu untuk berdiri dari sofa dan ikut membantunya.

"Dia sudah memutuskanku." Jeonghan kembali melempar hiasan itu dan dengan tanggap Jisoo menangkapnya.

Jisoo kali ini menghentikan kesibukannya pada pohon natal, memilih untuk mendudukan dirinya di karpet dan melipat tangannya di atas meja. Meminta Jeonghan untuk menjelaskan kejadian yang lebih detail. Jisoo sebagai teman juga sahabat yang baik harus tahu kesedihan Jeonghan, setidaknya itu bisa dia jadikan bahan lelucon nantinya.

"Apa aku bilang, cinta pertama itu tidak pernah berhasil." Jisoo berkata bangga begitu teringat akan kata-katanya ketika Jeonghan menceritakan bahwa dia tengah menyukai seseorang.

Jeonghan merengut. Bergerak untuk mengikuti posisi Jisoo. Duduk dibawah dengan tangan yang di lipat di atas meja. "Aku harap itu juga berlaku padamu."

"Doa yang jelek akan kembali pada si pendoa."

Jeonghan melengos begitu melihat Jisoo yang tengah menengadahkan kedua tangannya dan menaruhnya di dada setelah itu. Kebiasannya saat berdoa di gereja.

"Ceritakan, kenapa kalian bisa putus? Apa alasannya?"

Jeonghan menghela napas berat. Mengambil toples yang berisi kue kering yang berlapiskan gula putih lembut. Jeonghan mengambilnya dan mengangkatnya tepat di depan wajah Jisoo. "Dia bilang aku terlalu manis untuk menjadi kekasihnya! Bahkan saat memutuskanku tadi dia mengomeliku habis-habisan. Dia bilang kenapa bibirku lebih cantik dari miliknya, kenapa kulitku lebih bagus darinya, kenapa wajahku lebih kecil darinya, dan kenapa rambutku harus panjang dan bagus darinya? dia mengatakan aku seperti roti ini. Putih manis dan kering. Serat di tenggorokan!"

Mendengar penjelasan menggelikan itu Jisoo menghela napas pelan. Mengambil kue kering yang ada di tangan Jeonghan dan memakannya. Mengunyah pelan dan menelannya.

"Apa aku bilang, dengan wajah seperti itu jangan menawarkan diri pada wanita."

"Tuhan membenciku, Shua-ya." Jeonghan mengusak kasar rambutnya.

Come to My HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang