Spring Breeze in Winter-END

568 40 0
                                    


Repost.

---

Di balik jendela kaca hotel Wales yang hampir membeku, Seungcheol menilik ke luar. Mengamati pemuda di seberang hotel dengan coat tebal biru muda yang menjuntai menutupi setengah pahanya. Surai sewarna maple syrup mengintip malu-malu dari beanie hat yang dipakainya. Sungguh, tak perlu mendekat untuk mengatakan kalau pemuda di seberang sana terlihat begitu manis.

Jeonghan Yoon, nama itu terpahat sempurna di kepala Seungcheol sejak pertemuannya pada musim panas lalu di atas kapal Maid of the Mist. Kapal wisata yang memberinya kesempatan untuk melihat indahnya Niagara Falls dari dekat. Kala itu, saat dahsyatnya percikan air terjun Niagara menggemparkan penumpang kapal, detik itu Jeonghan tanpa malu menjadikan dada Seungcheol sebagai tameng wajahnya.

"What kind of mist it is! Aduh! Aku peluk kamu bentar ya? Takut wajah aku basah kalau lihat depan!." begitu kalimat yang terucap kala itu.

Tak lama kemudian, begitu kapal sedikit menjauh dari air terjun, kepala di balik jas hujan bewarna merah itu mendogak pelan. Alih-alih merasa malu karena memeluk orang asing, pemuda itu memberi senyum hingga matanya melengkung indah, hidungnya mengerut lucu. "You know... this rain coat covers everything but my face. So, thanks! You saved my make up."

Seungcheol tergelak mendengar celetukan pemuda di depannya itu."Most welcome Mr...?"

"Jeonghan Yoon. Call me Jeonghan."

"Sure...Jeonghan it is. And I'm glad that my chest could protect your pretty face." ujar Seungcheol dan tidak menyesal dengan kalimat cheesy-nya. Siapa pula yang menyesal jika dia mampu melihat cantiknya warna bunga sakura merebah di pipi Jeonghan. Pemuda itu bersemu, terlihat begitu indah.

Ditarik oleh waktu sekarang, Seungcheol tak kuasa menyembunyikan kekehannya. Mengingat pertemuan pertama selalu menggelikan. Melirik cangkir earl grey tea-nya kosong, hembusan napas dia hembuskan. Sungguh, afternoon tea kali ini terasa semakin menyenangkan berkat Jeonghan yang tidak tahu malu menginvasi otaknya.

Haruskah Seungcheol membuat musim dingin kali ini lebih menyenangkan? Tentu, dia memang harus mengambil langkah maju. Lebih berani dari sebelumnya.

Jadi, siang itu... tepat di bawah langit salah satu kota selatan Ontario, Kanada. Seungcheol berjalan dengan menenteng biolanya, menghampiri Jeonghan yang sedari tadi terduduk di kursi di depan salah satu dessert shop. Entah apa yang dipikirkan pemuda itu duduk di luar; dengan anjing di pangkuannya, saat salju mengambil alih hampir semua permukaan kota.

"Mau ikut denganku? I could offer you a cup of tea and show you how I play my violin." Kalimat itu mungkin tak terucap dengan sempurna saat tubuhnya berdiri tepat di depan Jeonghan. Mengulas senyum, menanti jawaban dari pemuda yang mendongakkan kepalanya untuk membalas tatapannya. Hatinya membuncah penuh harap.

Jeonghan berdiri dari duduknya. Jemarinya bergerak memainkan bulu anjing yang kini berada di dekapannya. Lantas, sebuah senyum memukau perlahan muncul di sudut bibirnya. Dan bibir tipis itu bergerak, menguntai kata membentuk kalimat yang membuat Seugcheol terkejut.

"It took you ten weeks to see me through that hotel window and finally you are here, huh?"

"You know?!"

Bukannya menjawab, pemuda penuh candu di senyumnya itu mengendikkan bahunya. "Please lead the way, Sir. I badly wanna taste a cup of tea and see your live performance."

Seungcheol terkekeh, tidak ingin membuang waktu lebih lama. Tangan yang terbalut sarung tangan berbahan rajut itu meraih jemari Jeonghan. "Sure, Pretty. Hold my hand tightly or else you may lost." katanya sambil menautkan jemarinya di sela jemari Jeonghan. Tersenyum begitu lebar saat tautannya terbalas.

Sungguh, siapa yang menyangka bahwa musim dingin yang mampu membekukan kota Niagara on-the Lake, bisa terasa begitu hangat? Tentu, hanya manusia kasmaran saja yang mampu melihat hamparan salju yang menyelimuti jalan bagaikan hamparan kelopak bunga sakura di musim semi. Just they who fall in love can feel such euphoria.

THE END

Come to My HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang