We Called it 'Tuna Asmara' 2

2.8K 391 51
                                    

BEDA JUDUL BEDA CERITA YA KAK....
.
.

Yang berjanji untuk bertahan saja belum tentu akan bertahan, apalagi yang tidak pernah berjanji.

*

Kamu sendiri.....

Hanya omong kosong soal Seungcheol tengah menunggu Jeonghan. Jika memang benar menunggu, untuk apa Seungcheol pernah melabuhkan hatinya pada orang lain. Itu hanya alasan saja!

Alasan yang tiba-tiba keluar dari bibirnya. Muncul begitu saja diotaknya tanpa tersaring terlebih dahulu. Namun alasan yang sebenarnya adalah Seungcheol memang belum siap menikah. Belum ada yang membuatnya nyaman selama ini. Ah... Alasan seorang tuna asmara, bujangan tua pula selalu seperti itu. Klise sekali!

Berbicara mengenai Jeonghan. Sebenarnya Yoon Jeonghan itu adalah teman masa kecil Seungcheol. Mereka berteman hingga menginjak kelas tiga SMA, karena setelah mereka lulus dari SMA, Jeonghan sekeluarga pindah ke Thailand dan tinggal bersama neneknya. Sejak saat itu mereka lost contact sampai sekarang.

Seungcheol tidak tahu bagaimana kabar temannya itu. Sekarang berat badan Jeonghan sudah turun atau belum? Membahas mengenai berat badan membuat Seungcheol tersenyum geli mengingat masa lalunya.

Yang masih Seungcheol ingat soal Yoon Jeonghan itu adalah ukuran tubuhnya yang begitu gemuk. Bahkan saat mereka SMA, berat badan Jeonghan mencapai delapan puluh kilogram. Dan untuk ukuran laki-laki seperti Jeonghan itu terlihat seperti badut. Jadi wajar jika dia penasaran seperti apa dan bagaimana keadaan Jeonghan sekarang.

Apa dia sehat? Apa dia punya teman di Thailand sana? Kerap Seungcheol bertanya mengenai hal itu pada dirinya saat dia akan tidur. Karena bagaimanapun juga Jeonghan adalah temannya yang selalu ada di saat Seungcheol merasa terpuruk. Teman yang siap pasang badan jika ada orang yang ingin melukainya, karena dulu Seungcheol bukanlah orang yang pemberani, bukan remaja laki-laki yang suka bertengkar. Dia sangat pendiam. Dan hanya Jeonghan yang menjadi temannya.

Seungcheol tiba-tiba bergidik geli begitu bayangan masa lalunya di mana Jeonghan dengan badan gemuknya menari seperti beruang hanya untuk membuat Seungcheol tersenyum.

Ugh! Itu sudah lama sekali!

"Cheol, kita mau ke café baru milik temannya Seokmin. Ikut tidak?" Seungcheol mengangguk saja lalu mengikuti temannya yang sudah berjalan lebih dulu darinya.

Hanya karena Seungcheol bukan anak muda lagi di antara teman kantornya yang usianya baru dua puluh empat, bukan berarti dia harus menolak ajakan mereka untuk bersenang-senang dan mengobrol ringan di café ala anak muda jaman sekarang.

Setelah mengendarai mobilnya, mereka terdampar di café yang ternyata letaknya tidak jauh dari kantor Seungcheol berada. Sebenarnya Seungcheol sering melihat café ini beberapa kali, namun dia tidak tahu jika ini termasuk café yang baru saja dibangun.

Seungcheol mengamati interior yang terpasang di dalam café tersebut. Sangat simple namun menenangkan. Seungcheol mengernyitkan dahinya saat mendapati lukisan abstrak yang sepertinya cukup familiar di ingatannya. Lukisan itu membuatnya teringat akan lukisan yang pernah Jeonghan tunjukkan padanya. Seungcheol menggelengkan kepalanya, hanya melihat lukisan saja Seungcheol jadi teringat akan temannya itu dulu.

Apa Seungcheol begitu merindukan sahabatnya itu hingga dia menjadi mudah terbawa perasaan seperti ini? kenapa dia seperti seorang pria yang akan merasa panas dingin saat bertemu dengan mantan? dan yang lebih parahnya apa karena efek dia terlalu lama sendiri hingga halusinya menjadi lebih liar?

Seungcheol seperti melihat orang yang dikenalnya saat ini. Tetangga dan teman masa kecilnya yang gemuk itu, namun dalam versi yang berbeda kali ini.

"Seungcheol, apa itu kau?" imajinasi Seungcheol bagus sekali hingga dia seperti melihat Jeonghan yang sekarang dengan wajah menawan dan tubuh kurus tanpa lemak tengah berbicara ke arahnya.

"He called you, Cheol!" suara teman kantornya itu membuat Seungcheol mengerjab beberapa kali. Dia melihat ke arah Mingyu lalu ke arah laki-laki cantik yang tersenyum ke arahnya dari balik kasir. Seungcheol kembali mengerjab dan setelah menyadari sesuatu, jantungnya berdetak lebih cepat.

*

*

*

"Kamu apa kabar, Han?" Seungcheol bertanya setelah menyesap minuman yang Jeonghan bawakan tadi. Dia masih tidak percaya kalau yang ada di depannya ini adalah Jeonghan yang dulu dia kenal.

Laki-laki cantik yang terlihat jauh lebih menawan itu mengangguk kecil. Melempar senyum manisnya. "Baik. Kamu sendiri, Cheol?"

"Iya aku masih sendiri."

Apa karena kamu terlalu lama menjadi seorang tuna asmara hingga kamu menjawab seperti itu, Choi? Atau kamu hanya terlalu fokus memperhatikan wajah laki-laki cantik itu hingga kesadaran otakmu hilang? Astaga Choi Seungcheol! Kamu itu laki-laki dewasa yang mirisnya belum menikah, namun apa itu menjadi alasan hingga kamu tidak bisa menelaah maksud dari pertanyaan Jeonghan?

Lihat itu! teman masa kecilmu yang dulunya gemuk itu tengah menatapmu dengan raut bingung. Matanya mengerjab beberapa kali dengan mulut yang sedikit terbuka. Apa? Kamu juga berpikir untuk melesakkan lidahmu di mulut yang terbuka itu? Wake up, Choi!

"Maksudku, aku sendiri juga baik. Seperti yang kamu lihat." Seungcheol lekas meralat ucapannya sambil tersenyum canggung. Dia ingin sekali membenturkan kepalanya sendiri ke meja karena sudah bersikap memalukan!

"Aku senang mendengarnya." Jeonghan menanggapi dengan wajah yang berbinar senang. Seungcheol kali ini tersenyum manis sambil menganggukkan kepalanya.

Untuk beberapa saat keduanya kembali terdiam. "Mama sama Papa apa kabar, Cheol?" laki-laki cantik kembali membuka percakapan. Dia merasa gugup jika harus diam seperti tadi.

Hati Seungcheol menghangat mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir tipis menggoda teman masa kecilnya itu. Sejak kapan kata Mama dan Papa membuat Seungcheol sebahagia ini? Apa seperti ini rasanya calon menantu menanyakan kabar mertua mereka?

Itu hal biasa, Choi! Kenapa kamu jadi melankolis seperti ini?

"Mereka sehat. Bagaimana dengan orang tuamu?" Seungcheol balik bertanya.

"Ayah sama Ibu juga sehat. Tapi mereka masih ada di Thailand, Cheol." Jeonghan memberitahu dengan wajah yang sedikit tertekuk. Namun setelahnya laki-laki cantik itu kembali tersenyum dan sialnya jantung Seungcheol terlalu kurang kasih sayang hingga berdetak lebih cepat.

"Kamu waktu di Thailand gimana? Jujur aku kaget lihat kamu tadi, Han. Kamu beda banget dan lebih manis." Seungcheol berkata yang membuat laki-laki cantik di depannya itu menunduk dengan wajah malu.

Jeonghan, berhenti menunjukkan wajah merah meronamu itu. Apa kamu tidak tahu kalau laki-laki tampan di depanmu itu mudah sekali terbawa perasaan? Dia sudah lama sendiri hingga hanya melihat tingkah imutmu itu mampu membuatnya panas dingin.

Seungcheol percaya sekarang. Kalau persahabatan itu bisa jadi cinta.

Seungcheol sudah terlanjur jatuh hati. Hatinya jatuh hingga lupa kalau orang yang di depannya itu sudah ada yang punya atau belum.

Satu fakta penting yang terlupakan...

*
*
*
Hehe :D typo di mana2 yak :"( maaf :"
Terima kasih dan semoga kalian menikmatinya^^

Come to My HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang