A Little Thing Called Shit 2

4.6K 582 78
                                    

Jangan terlalu lama berselancar di dunia semu. Seindah apapun cerita yang kalian baca, kalau kalian masih sendiri, ya...yaudah itu nasib!


*
*
*

Seungcheol bukan orang yang suka memasang tampang sok baik hanya untuk mencari perhatian. Dia juga enggan melibatkan dirinya ke dalam urusan orang lain.

Intinya dia tidak suka menganggu dan diganggu.

Tapi entah dosanya sudah sangat banyak atau apa hingga laki-laki cantik yang notabenenya tetangga baru itu gemar sekali menyeret Seungcheol di setiap permasalahannya.

Sesuatu yang tidak penting. Sungguh!

Seperti sekarang ini....

Seungcheol baru saja pulang kuliah. Iya, dia itu masih mahasiswa semester akhir yang sibuk dengan skripsi yang kurang ajarnya selalu ada aja yang harus direvisi. Laki-laki tampan itu baru saja membersihkan tubuhnya dan berniat untuk membuat minuman hangat untuk menemaninya melanjutkan tugas laknat itu.

Tapi bunyi bel apartemen yang disertai gedoran tidak sabaran itu membuat Seungcheol menggeram kesal. Sudahlah abaikan saja manusia di luar sana itu! Abaikan saja, abaikan!

"Apa?!" tapi nyatanya Seungcheol tidak bisa mengabaikannya. Bukan karena Seungcheol tertarik dengan laki-laki cantik itu! Oh enyahkan itu harapan kalian mengenai cinta di antara tetangga! Laki-laki cantik berambut pirang itu tidak bisa diabaikan, dia akan semakin menggila.

Seungcheol is just playing save.

"Wow... You look sexier and hmmm your smell is really nice, babe!" Seungcheol memutar bola matanya malas. Dia menyesal keluar hanya dengan boxer hitam dan kaos tanpa lengan dan sialnya rambutnya juga masih basah.

Seungcheol tidak suka saat mata laki-laki cantik itu menatapnya seperti itu. Ugh! Mesum sekali!

"Apa lagi kali ini? Kau butuh aku untuk memban-- shit! What are you doing?!" Seungcheol berseru kesal saat laki-laki cantik itu menerobos masuk dan berlari ke arah dapurnya.

*
*
*

"Don't touch anything!" Seungcheol mendesis tajam saat tangan Jeonghan mulai menjalar ke arah dinding di mana lukisan yang Seungcheol dapatkan di pasar barang bekas itu terpajang.

Jeonghan mengerucutkan bibirnya. Dia lalu menghampiri Seungcheol yang sibuk membuatkan kopi untuknya. Tentu saja dengan bumbu paksaan.

"Babe, how long have you been here?" Jeonghan bertanya dengan mata yang menelusur keadaan apartemen Seungcheol. Dia merasa sangat nyaman di sini, seperti berada di rumah sendiri.

"Don't call me babe! And why are you so curious with someone's life?" Seungcheol mendecak kesal sambil mengulurkan secangkir french vanilla pada Jeonghan. Dia ikut duduk di kursi bar kecil yang ada di dapur Seungcheol. Dapur itu berdampingan dengan raung tamu yang sempit itu.

Jeonghan mengendikkan bahunya. Dia tidak tertarik lagi dengan pertanyaan tadi. Jadi dia lebih memlilih untuk berdiri dan berkeliling di apartemen milik Seungcheol. Tidak peduli dengan si tuan rumah yang memaki kesal karena sikap kurang ajarnya.

Sebenarnya apartemen Seungcheol sama saja dengan miliknya, namun yang beda hanya meja bar kecil di dapur itu. Selebihnya sama saja.

"Siapa yang mengijinkanmu buat masuk ke kamarku seenaknya?" Seungcheol langsung manarik bagian belakang hoodie yang laki-laki cantik itu kenakan. Dia manarik Jeonghan agar menjauh dari kamarnya dan kembali ke ruang tamu.

Laki-laki tampam itu baru sadar. Tetangganya itu suka memakai hoodie over size. Dan sialnya itu menggemaskan sekali!

*
*

Seungcheol tidak habis pikir dengan tetangga barunya itu. Kenapa suka sekali menganggunya? Apa untungnya melakukan hal aneh seperti ini?!

"Berapa umurmu?" Jeonghan bertanya dengan memasang wajah polosnya itu.

Untuk kali ini Seungcheol menyeringai. Dia yakin laki-laki cantik itu pasti lebih muda darinya. Dengan begitu mungkin ada kesempatan baginya untuk mengontrol Jeonghan. Setidaknya mengatasnamakan sopan santun agar Jeonghan sungkan mengganggunya.

"Dua puluh lima." untuk pertama kalinya Seungcheol bangga menjadi tua.

"Dua puluh lima masih kuliah? Itu karena tidak lulus atau gimana?" Jeonghan terkekeh geli. Seungcheol sudah menahan emosinya sekarang ini. Ugh! Mahasiswa tingkat akhir sangat sensitif jika membahas kelulusan!

"Aku telat masuk kuliah, dulu lebih milih kerja dulu."

"Oh..it's okay better late than never." Jeonghan merasa geli mengucapkan itu. "fyi i'm older than you, babe."

Seungcheol mendecak malas. Dia hanya memandang Jeonghan datar seolah mengatakan bahwa ucapan Jeonghan hanyalah omong kosong.

Laki-laki cantik itu mengerucutkan bibirnya saat Seungcheol tidak mempercayainya.

Jeonghan berpindah untuk duduk di atas pangkuan Seungcheol. Dan tentu saja laki-laki tampan itu melotot tajam bahkan tangannya sudah mendorong bahu Jeonghan agar laki-laki cantik itu jatuh. Tapi Jeonghan dengan cepat mengeratkan lengannya di leher Seungcheol.

Beberapa saat mereka berada dalam posisi itu. Seungcheol yang tetap berusaha menjauhkan Jeonghan, dan laki-laki cantik itu yang bertahan di pangkuannya.

Seungcheol menyerah! Dia menyandarkan tubuhnya di punggung sofa dan membiarkan Jeonghan yang duduk di pangkuannya.

Laki-laki cantik itu tersenyum menang. Dia sedikit melonggarkan pegangannya pada leher Seungcheol dan melirik laki-laki tampan itu dengan mata besarnya yang mengerjab lucu.

Sok polos sekali! Dasar jalang!

"I know i'm cute and look younger than you. But I will be thirty in October!"

Seungcheol melotot tidak percaya...

*
*
*

Kata sepupuku, kabanyakan anak semester akhir itu sensitif ya?

Hei..heii.. Monggo ingkang enten sing pingin benerne grammar Dwi. Duh malu Dwi!

Terima kasih sudah mampir^^ *peyyuukk!

Come to My HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang