Gue sampai kesusahan nelen ludah gue sendiri. Kepala gue juga tambah nyut nyutan denger perintah Ny. Park. Liat dia setengah telanjang aja gue udah jantungan. Ni majikan satu ada-ada aja ngasih tugasnya.
"INI MASA DEPAN AKU MA, JANGAN SEMBARANGAN!!" Chanyeol udah mencak-mencak kaya orang kesetanan sambil nutupin anunya.
"Memangnya Mama peduli? Daripada kamu punya cuma dipakai buat celap-celup ke lubang milik perempuan nggak jelas mendingan nggak punya sekalian. Mama nggak mau kesalahan kamu dulu terulang lagi. Cukup Jio yang Mama akui sebagai cucu dari rahim perempuan yang nggak jelas asal-usulnya." omel Ny. Park panjang lebar dan Chanyeol cuma diem aja.
Makin lama gue makin penasaran soal Maminya Jio. Dimana Mami Jio? Kenapa Jio malah dikirim kesini buat tinggal sama Papinya? Sedangkan Papinya aja nggak mengakui Jio sebagai anaknya.
"Udah sekarang Mama mau pulang. Kerjaan Mama nggak cuma ngurusin kebobrokan kamu doang. Darah tinggi Mama suka kumat kalau ketemu sama kamu." Ny. Park berdiri.
"Ingat kata-kata Mama tadi, rawat Jio baik-baik. Bagaimana pun juga dia anak kamu. Kalau kamu masih nggak mau nerima Jio, Mama pastikan nama kamu Mama coret dari ahli waris. Mama nggak peduli biar kamu jadi gelandangan sekalipun. Mama nggak main-main sama ancaman Mama."
Oh jadi dia nerima Jio karena takut nggak dapet harta warisan?! Miris gue dengernya.
"Seohyun, kerjakan tugasmu dengan baik. Awasi putraku juga."
"Baik Nyonya." jawab gue ragu. Chanyeol udah ngelirik ke gue.
Setelah Ny. Park pergi kini gue cuma berdua sama Chanyeol. Gue berniat kembali ke kamar untuk melihat Jio. Lagian juga bahaya kalau gue berdua-duaan sama Papinya Jio. Tapi suara berat milik si manusia menyebalkan itu membuat gue urung melangkah.
"Mau kemana lo?" tanyanya nggak ada ramah-ramahnya.
"Mau ke kamar untuk melihat Jio." jawab gue dengan sopan. Sejengkel-jengkelnya gue sama dia gue masih punya etika, dia anak majikan gue jadi gue menunjukkan sedikit rasa hormat buatnya.
"Urusan gue sama lo belum kelar." tukasnya sewot.
"Apalagi yang mau dibicarakan? Bukankah semua sudah dijelaskan sama Ny. Park?" gue masih berusaha sopan meskipun hati gue udah gondok pake banget.
Dia berdiri dan mendekat ke gue. Kaki gue reflek mundur beberapa langkah saat jarak antara gue sama dia udah terlalu dekat. Sumpah gue gugup banget karena Chanyeol terus-terusan mepet gue hingga pergerakan gue terhenti karena udah mentok tembok. Seumur-umur gue baru ngalamin kejadian kaya begini. Kaya di drama-drama, tapi tetep aja drama horor..
"Ma-mmau apa?" gue jadi gagap.
Gue dengar dia mendecih dan melemparkan pandangannya ke gue dari kepala sampai ujung kaki.
"Baru gitu aja takut, mau sok sokan nurut perintah Mama motong burung gue. Bisa mati berdiri lo lihat burung gue."
Gue melotot. Wanjirrr!!! Ni orang mulutnya nggak ada saringannya apa ya ngomongin begituan sama cewek polos kaya gue. Jijik gue dengernya.
"Ah gue baru inget, bukannya tadi lo udah lihat ya?"
"Gue nggak lihat!" elak gue dengan lantang. Sumpah demi apapun gue nggak lihat, gue cuma liat tubuh belakangnya doang. Mungkin kalau gue liat, bener omongan dia gue bisa mati berdiri.
"Liat juga nggak apa-apa anggep aja bonus." ujarnya enteng.
Fix,, manusia satu ini otaknya geser.
Chanyeol memajukan wajahnya membuat gue memalingkan wajah gue.
"Atau lo pengen ngerasain juga? Sekali-kali maen sama pembantu nggak masalah." bisik Chanyeol di telinga gue dan itu bikin gue merinding takut.
Ya Tuhan selametin gue dari jeratan pria mesum di depan gue ini..
"Dengerin gue baik-baik. Lo disini statusnya sama aja kaya pembantu jadi jangan banyak tingkah. Gue yang berkuasa disini. Jadi kalau lo berani ganggu kesenengan gue, siap-siap aja lo yang habis di tangan gue. Paham?!"
Gue ngangguk cepat. Sumpah gue gemeteran banget. Telapak tangan gue sampai keringetan.
Puas ngancem gue Chanyeol langsung pergi dan gue ngacir ke kamar. Nafas gue sampai ngos-ngosan. Jantung gue berdebar kencang nggak karuan.
Ya Tuhan kenapa jadi begini jalan hidup gue? Mendingan gue nganggur kalau begini mah. Tapi kalau gue mundur gimana nasib Jio?
Gue tahu dia cuma gertak sambel doang. Tapi ngeri juga kalau sampai kejadian beneran.
Gue jadi dilema, mau nurutin emaknya atau anaknya. Nurutin anaknya takut dipecat emaknya, nurutin emaknya takut dihabisin anaknya.
Emaknya atau anaknya???
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kenalin ni majikan gue, emaknya Chanyeol, Omanya Jio..
