***Baru juga gue selesai mandiin Jio dan gantiin bajunya, Papinya udah nongol aja. Ni pasti mau bikin gara-gara.
"Gue ada perlu sama lo, sini!" omongnya nunjuk gue.
"Apa?" sinis gue. Gue jalan ke arahnya.
"Lo tau kan di luar itu ada temen-temen gue?" ujarnya pelan.
"Terus?"
"Bilangin sama tu bocah jangan manggil gue Papi di depan mereka. Kalau perlu habis ini lo kunciin dia di kamar sampai temen gue pada pulang!"
"Lo tega ya! Itu anak lo!!!" seru gue dengan keras. Tangan Chanyeol langsung bekap mulut gue.
"Jangan keras-keras ngomongnya!" Chanyeol melotot. Makin gede aja tu mata.
Dengan kasar gue nyingkirin tangannya dari mulut gue. "Iya, tapi nggak harus pake dikunciin segala!" ujar gue berbisik tegas.
"Terserah! Yang penting temen-temen gue jangan sampai tahu dia siapa dan jangan sampai tu bocah ngerusak kesenengan gue sama temen-temen gue! Atau..." Chanyeol memajukan kepalanya mendekat ke wajah gue, otomatis gue beringsut kaget.
"....lo yang nanggung akibatnya." jarinya nyentil dagu gue.Hihhhhh jijik!!! Gue ngusap-usap dagu gue kasar.
"Iya iya!"
Habis ngasih ultimatum, Chanyeol keluar dari kamar Jio sambil nyanyi-nyanyi nggak jelas.
Ck,, ada aja masalahnya!
Susah payah gue memberi pengertian ke Jio biar nggak keluar dari kamar untuk sementara waktu. Awalnya dia maksa pengen main mobil-mobilan di ruang keluarga kaya biasanya. Tapi akhirnya dia mau diem di kamar setelah gue puterin film kartun kesukaannya.
"Jio disini dulu ya, Bibi mau masak dulu. Inget pesen Bibi, tetep diem di kamar ya."
Jio ngangguk dengan pandangan tetap tertuju pada layar televisi. Untung dia punya TV sendiri di kamar.
Setelah itu gue keluar menuju dapur.
Sebenernya gue males banget masak buat makan malam kali ini. Bukannya apa-apa, tapi selama masih ada temen-temennya Chanyeol disini gue nggak nyaman aja. Gue juga masih kesel dengan kejadian tadi pas mereka ciuman bebas. Kaya nggak punya etika!Tapi, mau lagi kesel kek, males kek, nggak nyaman kek gue harus mengesampingkan itu semua karena gue punya tanggung jawab sama Jio.
"Lagi masak ya?" tahu-tahu temen Chanyeol yang cewek nyamperin gue.
"Iya." jawab gue seperlunya.
"Aku bantuin ya." tawarnya dengan ramah.
"Nggak usah." tolak gue.
"Ck, nggak apa-apa. Lagian bosen juga ngobrol sama cowok mulu." dia ketawa.
Gue udah bilang kan kalau dia cewek yang cantik? Ya dia emang cantik banget dan kayaknya juga baik. Di awal pertemuan tadi dia juga nyapa gue dengan ramah. Cuma sayang aja pergaulannya bebas. Coba kalau dia cewek rumahan kaya gue, udah pasti jadi istri idaman semua cowok nih.
"Kok bengong?" dia mengibas-ibaskan tangannya di depan muka gue.
"Eh!"
"Oh ya, aku Yoona."
KAMU SEDANG MEMBACA
giant baby (ChanSeo)
FanfictionNgurus Chanyeol itu lebih susah daripada ngurus anaknya. Sabar sabar..