27

3.7K 332 31
                                    


***

"Mm, Jio udah ganteng, udah wangi." ucap gue sehabis nyisirin rambutnya. Dia baru aja mandi.

"Sekarang sarapan ya." ajak gue dan dia cuma ngangguk. Setelahnya gue gandeng dia ke meja makan.

Untung tadi gue sempet nyelesein masak sebelum dia bangun. Walaupun cuma bisa nyiapin tumis brokoli wortel sama chicken katsu. Biasanya lebih komplit lagi menunya. Tapi tau kan tadi pagi-pagi hidup gue udah penuh drama. Jadi, waktu yang harusnya bisa gue pake buat masak kebuang percuma gara-gara tu 2 bayi raksasa.

"Jio mau makan sendiri?" tanya gue dan lagi-lagi dia nggak bersuara cuma ngangguk doang.
Gue maklumin lah kalau itu anak kecil, tapi kalau orang dewasa diajak ngobrol cuma ngangguk atau geleng doang itu jadinya ngeselin.

Pas gue ngambilin makanan, gue nangkep Jio toleh kanan kiri kaya lagi nyari sesuatu.

"Jio nyari apa?" heran gue.

"Om Mingyu mana? Kok nggak kelihatan?"

Owh ternyata Mingyu yang dicariin. "Om Mingyunya udah pulang sayang."

Jio masang wajah cemberut. "Kok pulang? Kan aku masih mau main sama Om Mingyu."

Mingyu bener-bener berhasil ngambil hatinya Jio, padahal baru sehari bersama dan cuma dengan main bareng. Harusnya Chanyeol juga bisa. Dan harusnya memang Chanyeol yang mengambil peran itu bukan orang lain.

Gue berjongkok di depan Jio. "Om Mingyu lagi ada keperluan sayang. Tadi perginya pagi-pagi banget dan Jio masih bobo nyenyak. Mungkin Om Mingyu nggak tega bangunin Jio. Kapan-kapan Om Mingyu pasti dateng kesini lagi." gue mencoba memberi pengertian biar dia nggak terlalu kecewa.
Tentunya gue nggak bisa berkata jujur atas apa yang udah terjadi sampai Mingyu pergi dari rumah ini.

Dia pergi kemana ya? Lukanya lumayan parah. Mudah-mudahan dia balik ke rumahnya dan dapet perawatan.

"Kalau Jio mau main kan bisa sama Bibi, bisa sama Papi juga. Papi juga bisa lho main mobil-mobilan."

"Nggak mau! Papi galak! Jio maunya Om Mingyu." tolaknya pake teriak.
Gue udah duga Jio bakal merespon seperti itu. Menurut gue wajar, soalnya Chanyeol emang nggak pernah menciptakan momen manis buatnya. Cuma kemarahan yang dia tunjukin. Jadi yang terekam di otaknya Jio ya keburukan Chanyeol.

Tantangan banget nih kerjaan gue. Tapi gue nggak akan nyerah buat menyatukan bapak dan anak ini.

"Sebenernya Papi sayang lho sama Jio. Kalau nggak sayang nggak mungkin Papi bolehin Jio tinggal disini, terus bikinin kamar yang bagus buat Jio, juga beliin mainan-mainan yang Jio suka." gue harus ngasih pengertian yang baik-baik tentang Chanyeol. Walaupun pada kenyataannya semua itu atas perintah Ny. Park.

Jio diem. Mungkin dia sedang mencerna ucapan gue.

Gue berdiri dan mengusap puncak kepalanya. "Sekarang Jio makan ya. Bibi udah bikinin chicken katsu kesukaan Jio."

Sementara Jio makan, gue nemenin di sebelahnya. Semua aman terkendali hingga Ny. Park datang. Kedatangannya selalu membuat gue deg deg gan takut. Takut bikin kesalahan.

Kali ini beliau datang nggak sendirian. Ada perempuan cantik, berkulit putih bersih yang menyertainya.

 Ada perempuan cantik, berkulit putih bersih yang menyertainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
giant baby (ChanSeo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang