"ITU BUKAN MIMPI!! ITU KENYATAAN!!! LOUDAHNGAMBILCIUMANPERTAMAGUE!!!! LOEMANGBRENGSEK!!!!!"
Chanyeol melotot nggak percaya menatap gue setelah gue puas mengeluarkan makian. Persetan gue lagi ngomong sama siapa? Nggak peduli lagi dia anak majikan ataupun bapak dari anak yang gue asuh. Di mata gue sekarang dia adalah cowok brengsek yang nggak harus di perlakukan dengan sopan.
Tanpa permisi gue menerobos jalan menabrak sisi kiri badan Chanyeol. Tapi dia narik tangan gue kasar, sampai keranjang berisi baju kotor yang gue bawa jatuh kelantai. Gue mendesah kesal.
"Jadi gue nggak mimpi?" tanyanya dengan wajah nggak berdosa.
"Pikir aja sendiri!" sewot gue.
"Tunggu tungu...." dia kaya mikir sesuatu. "Gue pulang dari club di anterin Jongin, sampai apartemen gue lihat cewek cantik, dan...." dia nepok jidatnya sendiri.
"Udah inget sekarang?" tanya gue masih dengan nada tinggi. Sumpah gue marah banget.
"Berarti lo juga yang nendang punya gue? Pantesan kerasanya sampai bangun tidur. Gue kirain itu juga mimpi." ujaran Chanyeol bikin emosi gue makin jadi. Yang dia besar-besarkan cuma bagian itu doang? Lo itu udah nyuri salah satu yang berharga dari gue, nggak ada niat minta maaf gitu???
"Itu balasan setimpal buat lo! Harusnya selain itu lo pantes dapet tamparan juga." ucap gue sambil mungutin pakaiannya yang tercecer di lantai.
"Alah cuma ciuman doang. Nggak ada ruginya." nadanya enteng banget???? Ini bukan masalah untung rugi. Lo kira gue lagi buka warung??
"Harusnya lo seneng ciuman pertama lo sama gue. Di luaran sana banyak cewek yang ngantri buat sekedar ciuman sama gue biarpun mereka barang second."
Gue menatapnya tajam. "Jangan samain gue sama cewek diluaran sana yang biasa lo gauli. Gue adalah cewek yang menjaga kehormatan dan kesucian. Apapun itu akan gue jaga untuk suami gue nanti."
"Ck, jangan sok munafik deh. Coba kalau semalem gue nggak lagi mabuk lo pasti juga ketagihan."
Astaga!!!! Kuping sama hati gue makin panas denger omongannya. Mendingan gue segera pergi dari sini. Percuma aja ngomong sama orang yang saraf otaknya udah rusak.
"Minggir gue mau nyuci."
Chanyeol tetep nggak mau minggir, dia memblokir jalan menuju tangga.
"Atau, lo mau gue laporin ke Ny. Park kalau lo selalu menghambat kerjaan gue?!" ancam gue nggak main-main. Mulai sekarang gue nggak akan berpura-pura sopan lagi sama dia.
"Coba aja kalau berani! Yang ada, lo yang gue laporin ke Mama kalau kerjaan lo disini cuma menggoda gue. Udah pasti lo akan hengkang dari rumah ini. Pikirin baik-baik, lo butuh uang kan? Ah salah, lo kasihan sama anak sialan itu kan? Jadi jangan berani macem-macem sama gue!!!" Chanyeol menepuk-nepuk pipi gue dan kembali ke kamar dengan tawa lantang.
Hehhhh,,, sial!!!!!! Gue menyengkeram pinggiran keranjang dengan keras hingga jari gue yang terluka tadi kerasa perih banget.
"Gue sumpahin...."
"Bibi Seo....." Belum kelar gue ngeluarin sumpah serapah buat Chanyeol gue denger suara Jio memanggil gue dari lantai bawah. Mungkin dia baru bangun tidur.
Huhh,, gue ngambil nafas dalam untuk menetralkan amarah gue. Jio memanggil itu artinya harus senyum mode on.
Harusnya gue dapet piala oscar untuk kategori pemeran pembantu wanita terbaik.
"Iya sayang, Bibi datang..."
Selesai mandiin Jio, gue ngajakin dia sarapan. Ternyata Papinya udah ngejogrok di meja makan dengan tampilan lebih rapi, kali dia udah mandi. Dia lagi makan tapi dia nggak makan masakan gue, dia makan roti selai. Terserah! Gue masak juga buat Jio.
"Jio,, sapa Papi dulu ya. Bilang selamat pagi Papi." ajar gue ke Jio. Biarpun gue benci Bapaknya tapi gue tetep harus ngajarin hal yang baik pada Jio. Janji gue di awal kan emang gue akan berusaha biar Jio diterima dan disayangi Papinya, biarpun nyawa gue dipertaruhkan.
Jio ngangguk dan berjalan ke arah Chanyeol.
"Selamat pagi Papi.." sapa ramah Jio ke Chanyeol.
Chanyeol cuma ngelirik tanpa jawab.
Ya ampun apa susahnya sih jawab sapaan. Nggak bayar juga. Kasihan Jio. Gue mendekati Jio.
"Nggak apa-apa sayang." gue mengusap kepala Jio dan mengajaknya duduk. "Jio tahu apa balasan buat orang yang kalau disapa tapi nggak jawab?" tanya gue sengaja keras-keras.
Jio menggeleng.
Gue tersenyum lalu memandang Chanyeol. "TUHAN AKAN MEMOTONG LIDAH DAN TELINGA ORANG ITU!!" ucap gue penuh penekanan di setiap kata.
Chanyeol membalas tatapan gue dengan aura kebrengsekannya. Gue senyum lagi ke Jio.
"Makanya Jio kalau disapa siapapun itu harus jawab ya sayang, biar Tuhan sayang sama kita." nasehat gue yang sebenernya buat Papinya.
Chanyeol bangkit dari kursi. Panas kali kupingnya. "Gue mau kuliah. Lo awasin tu anak bener-bener! Jangan sampai bikin rumah gue ancur. Dan satu lagi tu ruangan sebelah kamar gue kuncinya lagi rusak jangan sampai tu anak masuk kesana atau lo yang akan nanggung hukumannya!
Hah, kuliah? S2? Gue jamin S1 aja belum lulus!
"Hm." jawab gue singkat padat jelas.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
