***Besar harapan gue agar Chanyeol mau menerima kehadiran Jio sebagai anaknya dan gue nggak nyangka jika harapan gue terkabul beberapa menit lalu. Dari mulutnya sendiri, Chanyeol mengatakan akan berusaha menjadi Ayah untuk Jio. Jujur, itu kebahagiaan tersendiri buat gue. Bahkan gue nggak bisa menghentikan senyum gue sejak tadi saking senengnya.
"Lain kali jangan melakukan hal bodoh kaya tadi."
Chanyeol yang baru aja menebus obat buat gue bersuara.
"Lo denger sendiri kan apa kata dokter tadi? Selain gatal dan merah-merah di kulit, alergi kaya gini bisa menyebabkan gangguan pernafasan bahkan bisa sampai mengakibatkan kematian. Kalau kejadian apa-apa sama lo siapa yang repot? Gue juga kan? Apalagi gue yang ngasih makanan, bisa bisa gue urusan sama polisi."
Gue cuma nunduk sambil menggumam iya denger omongan Chanyeol yang lebih mirip omelan emak-emak. Gue baru tahu kalau dia bisa sebawel itu.
"Diminum obatnya sampai gatal dan merah-merahnya ilang." lanjutnya.
"Iya." gue menerima bungkusan obat yang di berikan Chanyeol. Sebenernya males minum obat, apalagi jumlahnya lebih dari satu.
"Makasih." ucap gue tulus dari hati. Bagaimanapun juga hari ini dia udah baik banget sama gue.
"Hmm."
Cuma gumaman yang gue dengar. Habis itu dia berjalan mendahului gue, hingga suara kerucuk-kerucuk yang berasal dari perut gue membuat dia berhenti mendadak. Hampir aja gue nabrak tubuh tiangnya. Dia memutar badannya menghadap gue.
"Masih laper?" tanyanya tanpa basa-basi bikin gue malu.
"Nggak apa-apa kok." jawab gue.
"Gue nggak nanya kenapa, gue nanya masih laper? Jawabannya cuma 2, iya atau nggak. Bukan nggak apa-apa kok. Nggak usah jaim, laper ya bilang laper aja."
Iiih,, sumpah ya dia berubah jadi bawel banget.
"Iya gue masih laper, tapi gue bisa ngurus sendiri."
"Ya udah sana cari makan sendiri." Chanyeol pergi gitu aja ninggalin gue.
Gue pikir setelah dia nerima Jio dia akan bersikap manis dan lembut, nyatanya dia masih aja ngeselin. Emang udah bawaan lahir kali tu bocah.
Oke, gue bisa cari makan sendiri. Tapi, gue nggak tahu kantin rumah sakitnya dimana? Dan sialnya gue nggak bawa uang sepeser pun. Mana gue juga nggak bawa Hp. Bener-bener sial.
Chanyeol pasti ngetawain gue nih kalau tahu gue nggak bisa beli makanan, mana gue udah ngotot bisa cari makan sendiri lagi.
Ck, ya udah lah gue balik aja ke kamar Jio.
Tunggu! Kamar Jio ada di lantai berapa tadi ya? Gue lupa.
Nengak-nengok mana nggak ada orang lewat lagi. Ni Rumah Sakit sepi amat ya, kaya nggak laku. Apa emang begini Rumah Sakitnya orang kaya?"Bingung kan lo?"
"ASTAGA!!"
Tahu-tahu Chanyeol muncul di belakang gue, dan itu bikin gue kaget setengah mati.
"Lo bikin gue jantungan tau?!" omel gue."Salah sendiri kaya orang bingung."
"Gue nggak bingung cuma lagi mikir." sanggah gue.
"Bedanya cuma tipis." ujar Chanyeol.
Oke gue kalah. Kenyataannya gue emang lagi kebingungan.
"Ngapain lo balik lagi?" tanya gue penasaran.
"Nggak usah gue jelasin harusnya lo tahu alasennya kenapa." telak banget jawabnya. Apa dia tahu gue nggak bawa uang?
Tapi, apapun alesannya gue lega dia balik lagi. Gue bisa anggep dia penyelamat gue saat ini.
Lagi, Chanyeol menunjukkan sisi baiknya. Dia membawa gue ke kantin Rumah Sakit. Bisa di bilang ini lebih mirip kafe daripada kantin. Emang beda ya fasilitasnya kalau buat orang berduit.
"Pesen makanan yang bisa bikin kenyang jangan yang bikin sakit." ucap Chanyeol saat gue lagi lihat daftar menu.
"Iya." gue juga tahu kali.
Setelah milih-milih, gue pesen makanan yang familiar buat gue, nasi goreng.
"Lo nggak makan?" tanya gue pada Chanyeol yang lagi fokus ke layar handphonenya. Dia cuma jawab gue pake gelengan.
Lihat Chanyeol mainan Hp begitu pikiran gue cuma satu, pasti dia lagi chatingan sama perempuan-perempuan jalang di luar sana. Kalau dia mau jadi Ayah yang baik harusnya dia mau meninggalkan dunia yang bebas nggak bertanggung jawab itu.
Dia harus bisa jadi contoh yang baik buat Jio."Apa?"
Gue buru-buru memalingkan muka waktu Chanyeol menangkap basah gue lagi ngeliatin dia.
"Nggak apa-apa." jawab gue kikuk.
Gue denger Chanyeol berdehem dan meletakkan Hpnya di meja.
"Gue mau ngomong serius sama lo.""Soal?" tanya gue ragu.
"Gue nggak yakin bisa jadi Ayah yang baik buat Jio. Gue nggak tahu gimana caranya?"
Gue bisa merasakan keraguannya. Menerima kehadiran seorang anak di luar pernikahan itu memang nggak mudah. Apalagi dengan latar belakang kehidupan Chanyeol yang lekat dengan kebebasan, dia pasti akan merasa terkekang kalau ada Jio.
"Sesuai janji, gue akan bantu lo sebisanya." ujar gue meyakinkan.
"Sejujurnya gue nggak suka anak kecil. Mereka itu berisik, mengganggu, juga merepotkan." jujurnya bikin gue mencebik.
"Lo juga pernah jadi anak kecil tahu. Bayangin aja kalau semasa lo kecil Ny. Park memperlakukan lo persis sama apa yang lo lakuin ke Jio, gimana perasaan lo?"
Chanyeol menghela, wajahnya berubah sendu. Baru kali ini gue lihat dia berekspresi seperti itu.
"Gue nggak pernah bener-bener ngerasain kasih sayang Mama."
"Maksudnya?" spontan gue bertanya.
"Hanya uang yang jadi prioritasnya. Dia sibuk dengan dunia bisnis dan melupakan anak-anaknya. Gue dan kakak gue tumbuh hanya di dampingi pengasuh. Seingat gue, gue belum pernah merasakan disuapin Mama atau tidur dipelukan Mama." Chanyeol menunduk di akhir kalimat.
Dada gue berdenyut nyeri mendengar penuturan Chanyeol. Gue nggak nyangka jika di balik kehidupan mewah dan liarnya dia mempunyai cerita hidup yang menyakitkan. Dia nggak dipedulikan orang tuanya dan kurang kasih sayang.
Itukah yang membuat Chanyeol menjadi seperti sekarang ini?
Itu jugakah yang membuat kakak Chanyeol jadi pecandu narkoba hingga akhirnya meninggal?Tanpa bisa gue cegah, gue menitikkan air mata. Gue buru-buru mengambil tisu di depan gue dan mengelap pipi gue yang basah sebelum Chanyeol melihat gue nangis.
"Dalam hati lo pasti ketawa tahu kalau hidup gue menyedihkan, iya kan?" tanya Chanyeol mengangkat kepalanya dan menatap gue.
Gue mengambil nafas panjang. "Gue nggak pernah diajarin mentertawakan kesedihan orang." jawab gue.
Chanyeol terdiam.
"Yeol, gue mohon jadilah Ayah yang baik untuk Jio, Ayah yang bisa dibanggakan buat Jio, Ayah yang bisa dijadikan contoh oleh Jio. Jangan sampai Jio merasakan apa yang lo rasakan. Gue berjanji akan bantu lo semampu gue, karena gue juga udah terlanjur sayang sama Jio."
Chanyeol nggak melepaskan pandangannya dari gue.
"Gue minta lo jangan pergi sampai gue bener-bener menjadi Ayah yang baik buat Jio."Gue mengangguk mantap.
***
Hai, aku kembali lagi :) siap berkarya lagi :)
Maaf udah buat kalian menunggu terlalu lama :(
Tapi tenang, aku udah siapkan Ff baru, judulnya
"I go crazy because of You"
Castnya masih Seohyun, Chanyeol, dan dedek gemes yang mencuri hatiku Park Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
giant baby (ChanSeo)
FanfictionNgurus Chanyeol itu lebih susah daripada ngurus anaknya. Sabar sabar..