Gue mengerjap pelan, beradaptasi dengan terangnya cahaya lampu. Samar-samar gue mengenali langit-langit kamar gue. Dan di saat kesadaran gue berangsur terkumpul wajah Mingyu lah yang gue dapati. Dia duduk di tepian ranjang, memandangi gue dan mengulas senyum saat mata gue terbuka sempurna."Syukurlah kamu udah sadar." tuturnya penuh kelegaan.
Gue mencoba bangun, meski kepala masih terasa berat. Entah berapa lama gue pingsan? Gue inget, gue pingsan setelah... ah! Gue nggak mau mengingat itu.
"Udah tiduran aja." Mingyu menahan pundak gue agar tetap terbaring.
"Nggak apa-apa, aku mau bangun."
Akhirnya dia bantuin gue buat duduk."Ini minum dulu." dia menyodorkan segelas air putih yang nggak terlalu hangat. Gue meminum seteguk, rasanya pait mulut gue.
"Jio dimana?" ingatan gue langsung tertuju padanya.
"Dia lagi nonton Cars di kamarnya. Tenang aja."
"Maaf ya, jadi ngrepotin."
"Nggak apa-apa selama aku bisa. Lagian dia kan keponakan aku juga."
Gue ngangguk. Beruntung ada Mingyu disini. Meski baru kenal tapi dia bisa diandalkan dan gue percaya sama dia.
"Pusing ya?" tanya Mingyu.
"Udah nggak kok." bohong gue. Nyut nyut-nya masih kerasa.
Sesaat kita terdiam hingga, "Mmm..." Mingyu kaya mau ngomong tapi tertahan.
"Ada apa?" pancing gue.
Dia menghela nafas. "Tadi aku denger semuanya." ucapnya serius tanpa melepas kontak mata dengan gue. Gue menelan ludah. Denger semuanya? Termasuk saat gue bilang suka sama dia? Ah, pasti akan ada kesalahpahaman.
"Juga lihat kamu sama Bang Chany..."
Gue tercekat.
"Please, jangan aduin itu ke Ny. Park ya?" mohon gue cemas sebelum kalimat Mingyu berakhir. Sebenarnya itu hanya pengalihan aja sih karena gue nggak mau denger lanjutannya."Aku bisa jaga rahasia kok. Tapi, bukan berarti aku melakukannya dengan cuma-cuma, ada imbalannya."
Perasaan gue nggak enak!
"Im-balan?" gue meragu.
Mingyu mengangguk mengangkat kedua sudut bibirnya.
"Aku minta kamu sebagai imbalannya." terang Mingyu tanpa basa-basi cukup membuat gue terperangah.
Gue pura-pura terkekeh. "Mau dijadiin pengasuh juga? Kalau itu nggak bisa, kan aku udah kerja disini. Nanti Jio gimana? Nggak mau ribet ah sama Ny. Park."
Bukan gue nggak ngerti maksud Mingyu tapi gue nggak mau terkesan sok tahu, ntar jatuhnya jadi keGRan. Jadi gue memberikan jawaban sepolos mungkin.
"Kalau dijadiin pacar?"
Tuuuu kan bener feeling gue! Ni anak tukang ngardus juga, sama kaya Chanyeol. Eghh, jadi inget sama Chanyeol kan. Ck! Kesel.
"Gimana?"
"Eng..." gue berfikir sejenak. Padahal dalam hati gue udah bilang 'nggak', tapi gimana ya cara nolaknya? Kalau gue nolak terus dia ngadu ke Ny. Park, habis riwayat gue sama Bibi. Gue nggak mau bikin Bibi dalam masalah lagi. Cukup insiden Jio masuk Rumah Sakit kemarin aja, nggak mau kejadian lagi.
Dan......jujur saat ini bayangan Chanyeol mengatakan 'Gue nggak suka lo deket sama Mingyu. Gue nggak suka lo deket sama cowok manapun!', terbayang jelas di kepala gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
giant baby (ChanSeo)
FanfictionNgurus Chanyeol itu lebih susah daripada ngurus anaknya. Sabar sabar..