10

1.3K 125 17
                                    

Tap tap tap

"Appa"

Bruk

Namja itu menapakkan kaki jenjangnya ke arah sang appa yang tengah duduk nyaman di rerumputan hijau yang sangat indah. Tanpa permisi, ia membaringkan tubuhnya dan menjatuhkan kepalanya tepat dipaha sang appa.

"Appa~~"

Sang appa hanya tersenyum untuk membalas sapaan putranya.

"Bogosipeoyo~"

"Hn. Arrasseo. Nado Bogosipeoyo, chagi"

"Appa~~"

"Hn"

"Ajak Jaeyie bersamamu"

Sang appa terdiam mendengar penuturan putra bungsunya. Sang appa tersenyum sembari mengelus puncak kepala putranya lembut.

"Ani, chagi. Bukan waktunya. Sekarang, kamu masih harus menyelesaikan suatu hal didunia" jelas sang appa, Yook Inguk, sukses membuat putranya mendudukkan dirinya menatap appanya.

"Tapi, appa. Aku suka disini"

"Andwae, chagi. Apa kau tak kasihan pada eomma dan hyungmu? Mereka masih membutuhkanmu, chagi" jelas Inguk.

"Tapi,... Ap... "

"Ssttt, appa tak menerima penolakanmu" potong Inguk.

"Hhh, baiklah. Tapi, bolehkah aku disini? Sebentaaar saja. Aku sangat merindukan appa" pinta Sungjae.

"Baiklah. Hanya sebentar saja. Setelah itu kembalilah" ujar Inguk.

Sungjae mengangguk lucu, membuat sang appa gemas lalu mengacak rambut putranya.

"Apa appa tahu kalau eomma akan menikah lagi? " tanya Sungjae.

"Hn, appa tahu. Bukankah setiap malam kau menceritakan itu pada appa? " ujar Inguk.

"Ah, matta"

Sungjae menundukkan kepalanya, membuat tanda tanya besar hinggap dikepala Inguk.

"Appa... " panggil Sungjae lirih.

"..., aku tak ingin mengubah margaku... "

Inguk membulatkan matanya.

"Chagi, jangan seperti itu. Kamu harus bisa menerima appa barumu. Kalau kamu tak ingin mengubah margamu, itu artinya kamu tidak menerima bahkan menghargai appa barumu" jelas Inguk.

"Tapi, appa... "

"Chagi, tuan Kim itu sahabat appa. Appa sudah mempercayainya sejak kami masih SMA. Jika kau tidak menerimanya, itu sama saja kau tidak menghargai appa"

"Appa alasannya bukan itu saja. Tapi,... "

"Yang menyiksa mu akan sekeluarga denganmu" tebak Inguk tepat sasaran.

Sungjae menundukkan kepalanya.

"Hhh, chagi. Sabarlah terhadap semua perlakuannya kepadamu. Anggaplah itu cara dia menunjukkan kasih sayangnya padamu. Appa punya alasan tersendiri untuk hal itu" jelas Inguk.

"Appa... "

"Jebal, chagi. Turuti permintaan appa sekali ini saja. Jebal, Uri adeulie" pinta Inguk.

"Baiklah, appa. Aku akan menuruti permintaan appa. Tapi, bolehkah kali ini aku memohon pada appa? " tanya Sungjae.

"Apa itu, chagi? "

"Datanglah terus kemimpiku setiap malam. Walau hanya sebentar. Jebal appa"

"Hn, tapi untuk itu appa tidak janji. Tapi, akan appa usahakan chagi" ujar Inguk sembari tersenyum.

"Hn"

"Eungh"

Inguk menatap heran kearah putra bungsunya yang tampak mengerjapkan matanya. Sesekali mengucek matanya.

"Waeyo, chagi? " tanya Inguk.

"Aku mengantuk appa. Bolehkah aku tidur di pahamu? " tanya Sungjae sambil sesekali menguap kecil.

"Baiklah, kemarilah chagi"

Sungjae membaringkan dirinya didekat sang appa. Kepalanya di baringkannya di paha sang appa.

"Appa, pahamu empuk sekali~"

"Hn, jinja? Baru kali ini kau mengatakan paha appa empuk. Biasanya kau akan mengatakan kalau paha appa keras" canda Inguk.

"Itu bohong"

"Jaljala appa~"

"Hn, selamat tidur big baby appa. Tunggulah, suatu hari nanti appa akan menjemputmu"

Matanya tertutup perlahan.

🌟

"Eungh~"

"Eoh? Kau sudah sadar chagi? " tanya Sora pada putra bungsunya yang baru saja sadar.

"Ehm, "

"Istirahatlah kembali. Kau barusaja membuat jantung eomma hampir melompat keluar dari tempatnya. Jangan buat jantung eomma benar-benar keluar dari tempatnya kalau kau drop lagi" nasihat Sora panjang x lebar.

"Euhm"

Apa kau bertemu appa, chagi? Kalau iya, eomma mohon jangan menyusul appamu lagi nde? Yook appa, jangan mengambil Uri Jaeyie terlalu cepat.




TBC

Really? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang