2D

324 17 0
                                    

“Ini..”

Aku membawakan Soo Hwa hot chocolate dan selimut.

“Gomawo…”

Aku tersenyum dan menyelimuti Soo Hwa.

“Kau sedang apa?”

“Membuat api..”

“Memangnya kau bisa?”

Aku menoleh.

“Kau meremehkanku?”

Soo Hwa tertawa.

“Aniya…”

Aku tersenyum.

“Akhirnya kau tertawa karena aku..”

Soo Hwa terdiam, dan tersenyum padaku.

“Nah, sudah menyala. Aku bisa kan..”

“Ne..”

Aku duduk di samping Soo Hwa.

“Mendekatlah..”

Aku menoleh.

“Hmm?”

Soo Hwa merapatkan dirinya denganku dan menyelimutiku.

“Kita berbagi selimut..”

Aku tersenyum. Dan aku rasa. Saat ini yang tepat untukku menjelaskan semuanya pada Soo Hwa.

“Soo Hwa~ah?”

“Ne?”

“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Tapi, kau janji kau tidak boleh memotong pembicaraanku dan meninggalkanku lagi..”

Soo Hwa terdiam sejenak lalu mengangguk.

“Saat aku mabuk…”

Soo Hwa membuang pandangannya dariku. Aku menangkap kedua pipinya.

“Aku mohon lihat aku saat aku menceritakan ini sayang. Aku ingin kau tau kalau aku tidak berbohong dengan apa yang aku katakan..”

“Arra..”

“Saat itu kau keluar untuk mencari udara segar. Lama aku menunggumu pulang. Aku mencoba menghubungimu tapi ponselmu tidak aktif. Aku benar-benar takut jika kau tidak pulang. Aku takut kau pergi meninggalkanku karena itulah aku minum. Saat aku ingin mencarimu, Hye Ra menghubungiku. Dia bilang jika aku dan kau tidak mau minta maaf dia akan meneror kita, sayang. Dia bilang target pertamanya adalah kau. Aku takut dia macam-macam padamu. Aku benar-benar tidak sadar dengan apa yang kau katakan..”

“Tapi… Bukankah yeoja itu benar.. Aku memang tidak bisa memuaskanmu. Buktinya sudah bertahun-tahun aku bersamamu, aku mencoba membuatmu untuk hanya melihatku selama itu juga usahaku sia-sia. Kau tetap pada kebiasaanmu itu. Lalu kata yeoja itu kau dan dia hampir melakukan hal yang lebih… apa itu benar?”

“Tidak, sayang. Aku tidak akan pernah berani melakukan itu. Percaya padaku..”

Soo Hwa terdiam dan menatapku. Aku membalas tatapan Soo Hwa dan menghapus air matanya.

“Jangan menangis, sayang..”

Soo Hwa memegang kedua pipiku.

“Kau juga menangis..”

“Jinjja?”

Aku memegang pipiku. Benar. Pipiku basah.

“Aku mencintaimu, Hyuk. Aku tidak mau kehilanganmu…”

Aku tersenyum. Perlahan kudekatkan wajahku dengan wajah Soo Hwa. saat hidung kami sudah bersentuhan Soo Hwa menutup matanya. Aku mencium bibir Soo Hwa. Aku begitu merindukan Soo Hwa. Tidak lama setelah itu aku melumat bibirnya, Soo Hwa membalas melumat bibirku. Aku merasakan rasa asin di bibirku yang aku yakin itu adalah air mata Soo Hwa dan juga air mataku. Soo Hwa melepaskan ciuman kami.

This Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang