BAB IV: One Step Closer

5K 430 29
                                    

"Ambillah, keringkan tubuhmu dengan ini!" Sin Bi melempar sebuah handuk berwarna cokelat pada Jung Kook. Jung Kook yang tengah melihat-lihat pigura yang terpajang di meja--menjadi sedikit terkejut dengan lemparan handuk yang tiba-tiba itu. Untung saja Jung Kook sigap menangkap handuk itu sebelum mengenai kepalanya.

Setelah handuk itu ada di tangan Jung Kook lantas laki-laki itu bertanya dengan tampang penasaran. "Wanita ini siapa? Lalu, di mana foto orang tuamu?"

"Bukan urusanmu!" balas Sin Bi jutek.  Detik berikutnya Sin Bi telah masuk ke dalam kamarnya sendiri. Bukan hanya Jung Kook saja yang bajunya basah, Sin Bi juga harus mengeringkan bajunya. Kalau tidak, mungkin demam akan menyerangnya malam ini. Dan bisa dipastikan Soo Jung akan menyerangnya dengan ribuan pertanyaan besok mengenai penyebab dirinya jatuh sakit. Jangan sampai! Memikirkannya saja sudah membuat Sin Bi bergidik. Dan juga--ia benci sakit demam.

Lalu sesaat kemudian gadis itu tersadar. Kamar mandi di rumahnya hanya ada satu! Dan itu ada di luar, menyatu dengan dapur. Di mana dia akan mengganti baju?! Sin Bi menepuk jidatnya. Sial, manusia laknat ini benar-benar membuatnya pusing tujuh keliling! Belum lagi, besok hari Senin. Jangan bilang kalau Jung Kook akan menginap malam ini di rumahnya....

Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin berpikiran macam-macam. Pokoknya, setelah hujan reda, bocah itu harus segera pulang. Bisa tamat riwayatnya kalau sampai Soo Jung tahu jika ada seorang laki-laki yang menginap di rumahnya. Hanya berduaan pula! Sudah dibilang--Soo Jung adalah kakak yang protective. Sebab Soo Jung tidak ingin adiknya mengalami nasib yang sama dengannya. Hanya menjadi pemuas nafsu bagi kaum lelaki.

Otaknya berpikir keras. Memikirkan bagaimana cara mengusir manusia laknat itu dari rumahnya. Sin Bi melihat ke jendela. Hujan di luar masih setia turun dengan derasnya. Seakan tak peduli pada Sin Bi yang kalang kabut karena ada Jung Kook di rumahnya.

Ia menghela napas panjang. Dibukanya lemari pakaian, tangan mungilnya mengambil sepasang baju tidur di tumpukan paling atas. Lalu ia mengganti bajunya yang basah dengan baju tidur yang hangat. Sin Bi tak peduli dengan lantai kamarnya yang basah. Yang terpenting ia harus menghangatkan tubuhnya. Dan gara-gara Jung Kook, Sin Bi jadi tidak bisa mandi air hangat sebelum tidur. Karena biasanya--setelah kehujanan, ia terbiasa mandi dengan air hangat.

"Hwang, aku pinjam bajumu!" terdengar suara Jung Kook menggema di ruang tamu. Kali ini, Sin Bi harus mengelus dada. Mengucapkan kalimat andalannya "Orang sabar disayang Tuhan".

Tak ada sahutan dari Sin Bi membuat Jung Kook kembali memekik dari luar. "Kau tak dengar? Bajuku basah! Aku kedinginan! Cepat bawakan aku bajumu!"

Semenit kemudian Sin Bi keluar dari kamarnya. Sebuah kaos putih dan celana training berwarna merah mendarat halus di kepala Jung Kook.

"Kecilkan suaramu bodoh!" ujar Sin Bi sebal setelah melempar baju dan celana pada Jung Kook.

Jung Kook berdecak sebal. Lalu detik berikutnya ia terkekeh. "Aku kira kau sudah tidur,"

Sin Bi tak menyahut. Ia sibuk memasukkan baju basahnya di mesin cuci. Lalu mengambil kain pel untuk mengelap lantai kamarnya yang basah karena air yang menetes dari bajunya--yang sangat basah.

"Hmm... Hwang? Di mana aku bisa ganti baju?"

Celetuk Jung Kook tatkala Sin Bi hampir selesai mengepel. Gadis itu sampai menjatuhkan gagang kain pel karena gemas dengan tingkah laki-laki itu. Dia ini bodoh atau apa sih? Jangan-jangan otaknya sudah dipenuhi micin!

"Kau tidak tahu ada sebuah ruangan yang disebut kamar mandi?!" balas Sin Bi dengan bola mata hampir keluar dari tempatnya. Gadis itu juga berkacak pinggang. Mirip seperti ibu-ibu yang sedang mengomeli anaknya.

Tears (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang