Jika pada akhirnya aku memilih menjauh dan pergi, apakah kau akan melakukan hal yang sama?
Karena kau adalah salam perpisahan terberatku***
Kedua insan itu masih saling menghindar satu sama lain. Berpura-pura layaknya orang tak kenal. Mereka mungkin satu kelas. Tapi mereka kembali ke saat di mana mereka belum saling mengenal. Diam di tempat mungkin lebih baik dari pada bersama tapi hanya menorehkan luka.
Andai saja waktu itu Sin Bi tidak menumpahkan kopi di seragam Jung Kook, maka Jung Kook tidak perlu menandai Sin Bi sebagai rivalnya. Jung Kook tidak akan mengganggu Sin Bi hanya untuk membalas dendam hingga berujung menyukai gadis itu. Dan Jung Kook tidak akan mendekati Sin Bi hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta.
Kini Jung Kook mengerti. Dari awal kisah mereka merupakan sebuah kesalahan. Seharusnya Jung Kook tetap menjadi laki-laki yang terkenal brengsek di sekolah. Seharusnya ia tak mencampuri kehidupan Sin Bi dan menjahili gadis itu. Seharusnya ia tidak jatuh cinta pada Sin Bi dan membiarkan perasaannya tumbuh berkali lipat. Dengan begitu; ia tak akan merasakan rasa sakit yang demikian hebat.
Ada banyak kata seharusnya dalam penyesalan Jung Kook. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi begitu saja. Tanpa bisa dicegah. Cerita dia dengan Sin Bi mengalir begitu saja. Seperti aliran sungai yang mengikuti arus.
Dan kini Jung Kook hanya bisa memandangi Sin Bi dari kejauhan. Tanpa bisa memegang gadis itu, berada di sisinya, tertawa bersamanya atau memberikan pelukan hangat.
Mulanya Jung Kook berpikiran untuk menyerah pada keadaan. Segigih apa pun usahanya untuk mendapatkan Sin Bi kembali, gadis itu tak akan kembali ke sisinya. Tapi, perkataan Min Gyu tempo hari terus mengusiknya.
"Jadi, kau rela melepaskan Sin Bi begitu saja kepada orang lain? Ayolah, Kook-ah, kau hanya belum mencobanya untuk berbicara dengan gadis itu."
Dan pikiran Jung Kook berubah. Mau tak mau ia harus mengajak Sin Bi bicara. Hubungan mereka masih belum berakhir--karena tidak ada dari salah satunya mengakhiri hubungan. Mereka hanya saling menjauh karena sebuah masalah yang belum teraba dengan jelas dan mengambang.
***
Jarum jam terus bergerak pada sumbunya. Tak berhenti dan tak mengenal lelah. Sin Bi melirik arloji di pergelangan kirinya. Pukul 12 siang. Sudah hampir satu jam sejak ia mendudukkan dirinya di bangku kafe, memesan secangkir cokelat panas, dan mengerjakan tugas papernya.
Di depannya, Tae Hyung setia menemani. Tak ada gerutuan yang keluar dari mulutnya. Walau selama satu jam Sin Bi hanya asik dengan laptopnya dan tidak mengajaknya bicara, justru Tae Hyung memanfaatkan waktu untuk berlama-lama menatap wajah gadis itu. Merekam setiap lekukan wajah Sin Bi.
Sin Bi melirik Tae Hyung sekilas sebelum memfokuskan pandangannya kembali ke layar laptop.
"Aku sudah bilang, kan? Kau pasti bosan di sini," ujar Sin Bi seraya kedua tangannya mengetik sesuatu di keyboard laptop.
Tak ada lagi kata formal yang Sin Bi keluarkan. Ia juga tak memanggil Tae Hyung dengan sebutan sunbae lagi sejak beberapa hari lalu. Sebab Tae Hyung sendiri yang meminta Sin Bi agar tidak merasa canggung dengannya. Dan Sin Bi pun menuruti.
Sebelum menjawab, Tae Hyung terlebih dahulu mengacak gemas puncak kepala Sin Bi. Lantas membuat Sin Bi terpaku dan mengerjapkan matanya.
"Meski aku harus menunggumu selama seharian pun aku rela. Karena dengan begitu, aku bisa terus melihat wajah cantikmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears (COMPLETED)
FanfictionATTENTION KHUSUS 17+(!!!) Jung Kook-laki-laki dingin yang suka mengintimidasi orang lain. Dia seorang badboy. Anak orang kaya dan populer di sekolah. Bagi pria berumur 18 tahun itu, bergonta-ganti pasangan adalah hal yang biasa baginya. Bahkan kebut...