BAB XIII: What Are We?

4K 391 33
                                    

Idiot is calling...

Sin Bi terkesiap tatkala ponselnya berdering nyaring. Buru-buru ia mengambil ponselnya sebelum Soo Jung masuk dan menginterogasi dirinya mengenai siapa yang menelpon gadis itu di tengah malam begini. Ia memang telah menyimpan nomor Jung Kook. Dengan nama idiot tentunya. Kenapa? Karena Jung Kook yang memaksa Sin Bi menyimpan nomornya di ponsel gadis itu. Bahkan, saat Sin Bi membalas pesan singkat pemuda itu dengan kalimat "Ini siapa?", Jung Kook langsung menelpon gadis itu dan mengirimkan belasan pesan masuk yang hanya berisikan, "Ini Jung Kook, kekasihmu". 

Oh, tentunya Jung Kook juga sudah menambahkan Sin Bi sebagai teman KakaoTalk-nya. Entah dari mana pemuda itu berhasil menemukan nomor ponsel Sin Bi. Ia sendiri heran, mengapa sepertinya Jung Kook sangat terobsesi padanya? Sementara Sin Bi hanyalah gadis biasa saja. Dia juga bukan termasuk gadis populer. Di sekolah pun, gadis itu hanya mempunyai segelintir teman. Umji adalah salah satu teman terbaiknya.

Dengan wajah setengah menahan kantuk, tubuhnya yang bergelut di dalam selimut tebal, dengan malas Sin Bi mengambil ponselnya. Ibu jarinya menekan tombol hijau pada layar ponsel, lalu diletakkan benda layar sentuh berukuran lima inch itu ke telinga kanannya. 

"Halo?" Sin Bi membuka suara yang terdengar sangat pelan.

Di seberang sana, terdengar kekehan Jung Kook. "Sudah tidur?"

Hanya gumaman tidak jelas yang keluar dari mulut Sin Bi. 

Lagi, dari ujung telepon, Jung Kook terkekeh samar. "Yasudah kalau begitu, selamat tidur, Hwang Beagle-ku."

"..." 

Yap, dengan bodohnya Sin Bi tertidur saat Jung Kook menelponnya. Ponsel gadis itu masih tertempel di telinganya. Sambungan telepon masih terhubung. Memang sebelumnya Sin Bi sempat tidur selama setengah jam, namun ia terbangun dan mengecek ponselnya. Membalas beberapa chat yang masuk di aplikasi KakaoTalk, lalu membuka akun instagramnya. Efek mengantuk menjadi penyebab dirinya tak sengaja menekan tombol love  pada foto Jung Kook. Dan baru saja Sin Bi ingin kembali tidur, pemuda itu menelponnya.

"Hwang, kau mendengarkanku?"

"..." tidak ada jawaban dari Sin Bi. Suara helaan nafas gadis itu lah yang terdengar di ponsel.

"Rupanya kau sudah tidur ya." di seberang, Jung Kook menghembuskan napas kasar. Gadis kesayangannya ini memang benar-benar berbeda. Biasanya, para perempuan lah yang selalu lebih dulu menelpon Jung Kook di tengah malam. Menyepam chat di KakaoTalk hingga membuat ponsel Jung Kook rusak. 

"Hwang, kau tahu? Ada sebuah kata di mana aku tak bisa mendefinisikan rasa yang aku miliki padamu. Kau... Benar-benar memenuhi isi kepalaku. Yang aku tahu, rasa ini tulus benar adanya. Aku harap kau bisa segera membuka hatimu untukku. Aku akan menunggumu, Hwang Beagle-ku." lanjut Jung Kook lagi. Lalu pemuda itu memutuskan sambungan telepon. 

Beberapa saat kemudian mata Sin Bi yang tadinya telah terpejam, kembali terbuka. Gadis itu belum sepenuhnya pulas. Setiap kata yang diucapkan Jung Kook, ia mendengarnya. Membuat Sin Bi membisu. Tak tahu harus membalas apa. 

***

Keesokan paginya Sin Bi berangkat sekolah seperti biasa. Soo Jung tidak ada di rumah. Mungkin ia tidak pulang sejak semalam. Secarik kertas tertempel di pintu kamar Sin Bi. Kertas itu berisikan pesan; Kau bisa makan roti dan selai kacang di atas meja sebagai sarapanmu. Aku tidak akan pulang. -soojungie

Sin Bi tersenyum kecut setelah membaca kertas itu. Alhasil, sebelum berangkat sekolah, dengan cepat ia melahap dua lapis roti yang telah dilapisi selai kacang dan meneguk susu yang telah ia buat sendiri. Tak lupa ia mengunci pintu rumah sebelum pergi. 

Tears (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang