BAB VII: First Confess

4.8K 412 22
                                    

"Dari mana kau dapatkan baju ini?" tanya Sin Bi setelah keluar dari kamar ganti. Jung Kook melihat penampilan gadis itu dari atas hingga bawah. Sin Bi kini mengenakan kaos putih dengan celana hitam dipadu dengan jaket berwarna senada. Kepala pemuda itu manggut-manggut.

"Cocok. Dari pada kau memakai dress mu yang basah. Bukan begitu?"

Sin Bi menggeleng kecil. Pertanda tidak setuju. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada. Ditatapnya tajam pemuda di hadapannya itu.

"Bukan itu masalahnya, Kook-ah. Aku hanya tidak ingin memakai baju hasil curian!"

Bola mata Jung Kook membulat sempurna. "Hasil curian?! Ck," Jung Kook berdecak kesal lalu mengacak rambutnya frustasi. "Dengarkan aku, Hwang. Baju yang kau pakai ini aku beli sendiri dengan uangku, mengerti? Dan juga--" Jung Kook terlihat menimbang-nimbang penampilan Sin Bi. Kemudian ia berkata lagi, "Kau lebih cocok memakai pakaian kasual seperti ini dari pada memakai gaun itu." dagu Jung Kook menunjuk sebuah goodie bag berisikan gaun Sin Bi yang basah.

"Benarkah? Aku pikir aku terlihat cantik mengenakan apa saja." sahut gadis itu polos. Hal itu membuat Jung Kook tak tahan lagi untuk tidak mencubit kedua pipi Sin Bi.

"Kau cantik, Hwang." kedua telapak tangan Jung Kook yang besar bertangkup pada wajah Sin Bi.

Selama beberapa saat gadis itu tercenung. Lalu secara tiba-tiba ia menendang kecil kaki Jung Kook. Jung Kook tampak meringis kesakitan.

"Kau ingin mati ya, Jeon?!"

Setelah berkata seperti itu Sin Bi menjadi kikuk. Kemudian gadis itu bergegas meninggalkan Jung Kook yang masih merasakan sakit di dengkulnya. Padahal--pukulan Sin Bi tidak terlalu keras. Pemuda itu hanya berpura-pura kesakitan. Berharap supaya Sin Bi cemas padanya. Tapi nyatanya--Sin Bi justru berlalu begitu saja. Tak mempedulikan Jung Kook yang sudah memasang wajah pura-pura sakitnya. Dasar gadis tidak peka! Rutuk Jung Kook dalam hati.

Sesampainya di luar sauna, hari sudah gelap. Lampu-lampu bangunan telah menghiasi seluruh pelosok kota. Hujan juga sudah reda. Yang tersisa hanya bau tanah basah setelah hujan.

Gadis cantik itu mendongak. Memandang langit yang indah berhiaskan bintang-bintang yang berkerlap kerlip. Dan bulan juga nampak di atas sana. Berdampingan dengan para bintang. Andai saja ini bukan malam, pasti Sin Bi bisa melihat pelangi. Sesuatu yang suka dilakukannya setelah hujan adalah melihat pelangi.

"Kau lihat apa?" suara Jung Kook membuyarkan lamunanya. Gadis itu menoleh dan mendapati Jung Kook telah ada di sampingnya. Lelaki itu mengikuti hal yang sama dengan Sin Bi--mendongak ke langit.

Sin Bi mendengus malas. "Bukan apa-apa. Kook-ah, aku pulang dulu." kemudian gadis itu melangkahkan kakinya menuju halte.

"Ya, ini sudah larut bodoh! Aku yang akan mengantarmu pulang!"

"Aku bisa pulang sendiri, Jeon. Jangan khawatir!"

Saat Sin Bi hendak balik badan dan berjalan lagi, Jung Kook menarik lengannya secara paksa. Manik hazel milik Jung Kook menatap lembut netra cokelat gadis itu. "Aku tidak khawatir. Aku hanya ingin memastikan kau pulang dengan selamat, Bi-ya,"

Sin Bi mengerjapkan kedua matanya. Sejak kapan Jung Kook bisa bersikap sebaik ini pada Sin Bi? Biasanya lelaki itu selalu saja mencari masalah dengannya. Namun, beberapa detik yang lalu, Jung Kook berkata bahwa ia ingin memastikannya pulang dengan selamat? Tidak mungkin! Pasti ini hanya lah akal-akalan kelinci bodoh itu saja!

"Kau tidak percaya padaku?" tanya Jung Kook seolah dapat membaca isi pikiran gadis itu. Segurat kerutan tercetak jelas di kening Sin Bi. Bisakah pemuda itu dipercaya?

Tears (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang