Terkadang aku berpikir, bagaimana bisa aku jatuh terlalu dalam padamu di saat kau mencintai yang lain?
Pernahkah aku masuk ke dalam pikiranmu barang sedetik saja?
-Kim Tae Hyung***
Ada pepatah mengatakan bahwa daun yang jatuh tidak pernah membenci angin. Begitu pula dengan pemuda yang tengah duduk melamun di atas bangkar rumah sakit. Jung Kook tak ingin menyalahkan takdir yang mempertemukannya dengan Sin Bi. Takdir juga yang membuat ia jatuh hati pada pesona gadis itu. Dan takdir pula yang menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping.
Bukan hanya Sin Bi yang merasa terluka, namun Jung Kook juga merasakan pedih yang sama. Bahkan mungkin rasa sakit Jung Kook lebih perih dari luka yang ia torehkan pada Sin Bi. Sampai kapan pun cinta Jung Kook terhadap Sin Bi tak akan pernah padam.
Jung Kook memilih pura-pura kehilangan ingatan bukan tanpa alasan. Kebahagiaan Sin Bi adalah yang utama bagi seorang Jeon Jung Kook. Setelah tak sengaja mendengar pembicaraan Tae Hyung dan Ha Na tempo hari, kini Jung Kook sadar, Sin Bi tak akan bahagia bila berada di sisinya. Ia hanya terus memberikan luka pada gadis itu.
Mereka mungkin masih saling mencintai. Tapi Jung Kook berpikir, untuk apa tetap mempertahankan hubungan jika salah satunya terus merasa tersakiti? Biarlah Jung Kook mencintai Sin Bi dalam diam. Dengan caranya sendiri. Jung Kook tak ingin lagi mengekang Sin Bi untuk tetap berada dalam jangkauannya. Ia ingin gadis itu bebas dan bahagia, meski bukan bersama dirinya.
Takdir pula yang menghantarkan dirinya pada kenyataan paling menyakitkan. Ternyata Tae Hyung yang notabene sahabatnya sendiri, yang sudah dia anggap seperti saudara, merupakan teman masa kecil Sin Bi. Itu berarti Tae Hyung merupakan sepotong kenangan masa lalu gadis yang ia cintai. Jung Kook juga berpikir, mungkin Tae Hyung memang serius mencintai Sin Bi. Bahkan Tae Hyung memendam rasa cinta itu selama belasan tahun. Jauh sebelum dirinya mengenal gadis itu.
Ada masanya di mana seseorang harus istirahat. Istirahat dari segala hal yang membuatnya terpuruk. Termasuk mencintai seseorang misalnya. Jauh di lubuk hati Jung Kook paling dalam, ia tak ingin berpura-pura seperti ini. Apalagi Sin Bi adalah kelemahan baginya. Sungguh, kala melihat Sin Bi ada di dalam ruang inapnya, Jung Kook sangat ingin merengkuh gadis itu. Tapi gejolak dalam dirinya menahan Jung Kook untuk melakukan hal tersebut.
Seperti saat ini, Seok Jin masuk ke bangsal Jung Kook dengan raut cemas. Ji Min lantas mengalihkan pandang dari ponselnya setelah Seok Jin berdiri di sampingnya.
"Ada apa?" tanya Ji Min kemudian.
"Sin Bi... Tadi gadis itu nyaris saja kehabisan napas setelah keluar dari sini. Efek dari kecelakaan," sahut Seok Jin seraya memandang Jung Kook yang tengah tidur berbaring membelakangi dirinya dan Ji Min. Kala nama Sin Bi disebut, Jung Kook spontan membuka mata, namun ia tetap pada posisinya.
Ji Min dan Seok Jin sama-sama memperhatikan Jung Kook yang tidak bereaksi apa-apa, kemudian mereka saling pandang. Ji Min mengedikkan bahu begitu tersirat Seok Jin yang seolah menuntut penjelasan mengenai Jung Kook yang sama sekali tidak mengingat Sin Bi.
"Bocah itu benar-benar amnesia? Tapi kenapa hanya Sin Bi yang dia lupakan?" tanya Seok Jin tak habis pikir.
Sekali lagi Ji Min mengedikkan bahu sebelum menjawab, "Pasti ada sesuatu yang kita tidak tahu."
***
Kabar yang Soo Jung dapat dari Ha Na beberapa saat lalu membuatnya tenang sekaligus khawatir secara bersamaan. Soo Jung tak bisa ada di sisi Sin Bi kala adiknya bangun dari koma, lantaran dia harus menghadiri sidang kasus penikaman dirinya dan Sehun. Dia datang sebagai saksi, didampingi oleh paman Hwang selaku walinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears (COMPLETED)
FanfictionATTENTION KHUSUS 17+(!!!) Jung Kook-laki-laki dingin yang suka mengintimidasi orang lain. Dia seorang badboy. Anak orang kaya dan populer di sekolah. Bagi pria berumur 18 tahun itu, bergonta-ganti pasangan adalah hal yang biasa baginya. Bahkan kebut...