BAB XXIII: Say Goodbye

4.1K 327 90
                                    

Hal paling menyakitkan dari jatuh cinta adalah bukan perihal meninggalkan dan ditinggalkan.
Tapi tentang bagaimana dua insan saling merelakan meski mereka tak ingin saling melepaskan

***

Di dunia yang fana ini, ada beberapa macam tipe manusia dalam menghadapi masalah kehidupan masing-masing. Ada yang tidak terlalu memikirkan masalah, ada yang menjadi frustasi karena mental yang tidak cukup kuat, ada juga yang menyerahkan segala urusannya kepada Tuhan. Dan di antara tipe-tipe itu, Sin Bi termasuk ke dalam poin terakhir.

Sesungguhnya bohong jika dirinya tidak merasa frustasi sama sekali. Sebab masalah yang datang ke kehidupan gadis itu seperti tidak berkesudahan. Datang secara beruntun tanpa terduga. Dan pada akhirnya, masalah-masalah itu membuat Sin Bi bertahan hingga detik ini. Luka yang diperoleh dari masalah itu pula yang mendewasakan dirinya secara tidak langsung.

Sin Bi yakin, Tuhan selalu mendengarkan segala doa-doanya. Dan akhirnya tanpa diminta pun, Tuhan menyelesaikan satu perkara dengan tidak terduga. Sepertinya hari itu menjadi hari paling bahagia bagi keluarga Hwang. Bagaimana tidak, tanpa bersusah payah, hakim memutuskan menjatuhi hukuman kepada Park Sang Joo.

Sepertinya Sin Bi harus berterima kasih kepada Na Na yang sudah membantunya. Ralat, bukan membantu, tapi secara tak langsung Na Na menambah bukti kuat dalam persidangan. Sin Bi juga tidak menyangka bahwa Sang Joo adalah kakak Na Na. Pantas saja marga mereka sama. Mengapa Sin Bi tak menyadari hal itu?

Keluarga Hwang merayakan hari bahagia mereka di kafe tempat Soo Jung bekerja. Ditambah dengan Se Hun dan Tae Hyung yang ikut dalam pesta. Tak lupa paman Hwang turut mengajak jaksa Jung dan tunangannya--Nam Hong Joo. Namun jaksa Jung dan Hong Joo tak bisa berlama-lama lantaran harus mengunjungi toko gaun pernikahan.

Senda gurau terdengar membahana di kafe tersebut. Hanya mereka pelanggan yang ada di kafe. Khusus hari itu, paman Hwang sengaja menyewa kafe untuk merayakan kemenangan sidang. Tanpa mereka tahu, sang pemilik kafe sedang bergabung bersama mereka.

Sin Bi dan yang lainnya tertawa mendengar celotehan lucu Tae Hyung. Entah sejak kapan, Tae Hyung berubah menjadi pria dengan selera humor tinggi. Biasanya jika di sekolah, pemuda itu selalu menampilkan wajah datar tanpa ekspresinya.

Sesekali Sin Bi terlihat termenung. Diam menatap jendela. Di tengah kebahagiaan yang ia rasakan, mengapa seperti ada sesuatu yang mengganjal? Ada yang kurang dalam dirinya. Kosong menyelimuti hati Sin Bi.

Seharusnya dia bisa sepenuhnya fokus pada kebahagiaan ini. Tapi, mengapa dia justru merasa sedih? Setengah dirinya dipaksa menuju dimensi lain. Di mana rindu tercipta, memercikan gelisah tak menentu. Ketika dia bertanya mengapa, maka laki-laki itu lah jawaban pertama yang tercetus di otaknya.

Jeon Jung Kook. Laki-laki itu merenggut setengah kesadarannnya. Memaksa Sin Bi untuk selalu mengingat segala hal yang berkaitan dengan nama itu.

"Bi-ya?" suara Tae Hyung terdengar memanggil nama gadis itu. Tapi sepertinya itu tak berhasil menarik Sin Bi dari bayang-bayang Jung Kook.

"Hwang Sin Bi! Kau melamun?!" tanpa tahu diri, Ha Na memekik keras tepat di telinganya. Sejenak Sin Bi terlonjak. Detik selanjutnya Ha Na meringis akibat dari cubitan kecil yang Sin Bi layangkan pada lengan Ha Na.

Bisa dirasakan tatapan rasa ingin tahu dari paman dan tantenya, Soo Jung, Se Hun, dan Tae Hyung. Secara bergantian Sin Bi memperhatikan mereka yang tengah melihat ke arah dirinya.

Tears (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang