16. Pertolongan.

6.1K 326 13
                                    

Happy Reading.

Fitra celingukan mencari sosok Nabila yang sedari tadi tidak muncul saat mendirikan tenda.

Perasaan Fitra tidak enak, dia sangat khawatir kepada Nabila. Fitra berjalan mendekati Firda dan Dalvin yang sedang duduk dibawah pohon rindang.

"Fir Vin kalian liat Nabila gak ?" tanya Fitra.

"Gak tuhh" ujar Firda.

"Emang Nabila kemana ?" tanya Dalvin.

"Kalau gue tau gak mungkin gue nanya sama kalian ogeb" kesal Fitra.

Dalvin yang tadinya senang kini wajahnya menjadi datar tak berekspresi. Dalvin pergi begitu saja membuat Firda dan Fitra menatap bingung ke arahnya.

Sedangkan ditempat lain, Nabila mengerjap-ngerjapkan matanya, kepalanya sangat pusing, dia menatap sekitarnya, dia berada disebuah gubuk kecil, dahinya diperban, dan badannya ditutupi jacket kulit entah milik siapa.

Dari wangi parfumnya jacket itu seperti jacket cowok, Nabila mencoba bangkit untuk duduk. Kepalanya masih terasa pusing, seingatnya terakhir kali dia sadar, dia tergelincir dan masuk kedalam jurang setelahnya dia sudah tak ingat apa-apa lagi.

"Siapa yang nolongin gue ?" gumam Nabila.

"Sadar juga lo" ujar suara dingin.

Nabila menoleh kearah sumber suara tersebut, terlihatlah pahatan wajah pria yang tampan, alis tebal, hidung mancung, sungguh sempurna. Namun wajahnya sangat datar dan tatapan mata yang tajam.

"Lo siapa ?" tanya Nabila.

Pria itu diam tak menyahut, dia mendekati Nabila dan memberikan roti kepada Nabila dengan melemparnya.

"Makan" ujarnya sangat tegas.

Nabila hanya menurut saja dan mulai memakan roti itu. Nabila sangat penasaran dengan pria dihadapannya.

"Lo siapa sih ?" tanya Nabila namun pria itu tetap diam.

"Lo denger gue ngomong gak sih ?" tanya Nabila kesal namun pria itu tetap saja diam.

Nabila mulai emosi.

"Lo budeg ya, gue nanya sama lo, lo siapa ? Jangan diem aja, atau jangan-jangan lo penjahat yang bakal ngapa-ngapain gue, gu-" ucapan Nabila terpotong dengan suara dingin pria itu.

"Berisik, gue gak nafsu sama lo" bentaknya sangat dingin.

Nabila meneguk salivanya, bentakan pria itu membuat mata Nabila berkaca-kaca. Nabila menundukkan kepalanya.
Pria itu melihat Nabila yang menundukkan kepalanya sambil sesekali mengusap matanya yang berair.

"Cengeng" ujarnya yang membuat Nabila mengeraskan tangisnya.

Menghela nafas berat, pria itu menghampiri Nabila, kemudian mengangkat wajah Nabila dan mengusap air mata Nabila dengan ibu jarinya.

Nabila terkesiap, dia merasa dejavu, Dalvin pernah melakukan ini padanya. Untuk sesaat manik mata mereka saling bertemu dan memandang satu sama lain.

"Jangan nangis" ujar pria itu dengan lembut.

"Lo gak bakalan macem-macemin gue kan ? Lo gak bakal bunuh gue kan ?" tanya Nabila ketakutan.

Pria itu berdecak kesal sambil memutar bola matanya.

"Kalau gue mau bunuh dan macem-macem sama lo, pasti dari tadi udah gue lakuin kali" ujarnya.

Nabila memamerkan senyum manisnya yang membuat pria itu terpesona akan senyumannya.

Ternyata lo cantik juga kalau senyum. Batin pria itu.

DALVIN & NABILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang