38. Dingin

4.9K 229 3
                                    


2 tahun kemudian.

Dalvin berjalan melewati koridor kampusnya. Semenjak kepergian Nabila yang entah kemana sifat Dalvin yang tadinya petakilan dan ramah senyum kini menjadi sosok yang dingin, datar dan ketus. Tapi jika menyangkut dengan Nabila Dalvin akan menjadi sosok yang rapuh.

Tidak ada lagi senyuman yang dia tampakkan kepada orang meskipun orang itu sahabatnya sendiri.

"Dalvin" panggil seorang gadis.

Dalvin tak menggubris panggilan itu, dia terus berjalan menuju kelasnya. Meskipun banyak yang menatapnya kagum tapi Dalvin sama sekali mengabaikannya.

"Dalvin gue panggilin dari tadi lo diem mulu" ujar gadis itu yang kini sudah ada disampingnya.

"Dalvin lo denger gue gak sih ?" tanya gadis itu.

Dalvin tetaplah Dalvin, dia menulikan pendengarannya tanpa mau menjawab pertanyaan dari gadis yang sedari tadi mengajaknya bicara.

"Dalvin lo tau gak, gue tuh berharap banget bisa ngobrol sama lo, gue suka sama lo Vin" ujar gadis itu lagi.

"Dalvin gue jujur ya, pertama kali gue liat lo gue udah suka sama lo. Gue juga gak tau kenapa bisa suka sama orang kaya lo padahal lo gak pernah ngelakuin apa-apa ke gue" gadis itu tetap saja mengoceh, dia tak akan menyerah untuk membuat Dalvin bicara.

"Dalvin gu-" belum sempat dia menyelesaikan ucapannya Dalvin segera memotongnya.

"BERISIK" sentak Dalvin yang membuat gadis itu terlonjak kaget sambil mengelus dadanya.

"E busett Vin lo diem-diem sekalinya ngomong nyes gitu ya di hati. Potek hati ade bang" ujar gadis itu dramatis.

Meskipun itu sebuah sentakan tapi bagi gadis yang disampingnya ini itu bukanlah sentakan melainkan suara langka Dalvin yang begitu merdu di telinga nya.

Gadis itu membuang nafas lelahnya.

"Ternyata naklukin lo lebih susah daripada naklukin buaya darat" gumam gadis itu.

Gadis itu memberanikan diri untuk menyentuh tangan Dalvin namun Dalvin segera menepisnya dengan kasar hingga membuat gadis itu meringis.

"Jangan sentuh gue" ujar Dalvin dingin. Kemudian meninggalkan gadis itu sendiri.

Gadis itu menghela nafas panjang.

Kenapa gue bisa suka sama cowok kaya lo Vin. Batinnya sendu.

Namun detik berikutnya senyumnya sudah mengembang kembali.

"Tenang Al, Dalvin itu ibarat es cream yang dingin dan bikin sakit. Tapi es krim kalau di diemin pasti bakal meleleh. Begitupun Dalvin, kalau di sabarin pasti bakal meleleh" gumam gadis yang bernama Alma itu.

*****

Dalvin duduk termenung di rooftop. Matanya menatap kosong ke depan. Pikirannya terus memikirkan satu nama gadis yang sampai saat ini tak ada kabar.

"Sampe kapan gue harus nunggu lo Nab" gumam Dalvin sendu.

"Liat lah gue Nab, gue masih tetep nunggu lo tanpa lo suruh, gue yakin lo pasti bakal kembali kesini." gumamnya lagi.

"Banyak cewek yang berusaha buat gantiin posisi lo, tapi sampai kapanpun gue gak akan rela lo ada yang gantiin Nab, gue bakal tetep cinta sama lo." lirih Dalvin.

Dalvin mengusap wajahnya kasar, dia sangat merindukan sosok Nabila. Biasanya Dalvin selalu menggoda Nabila hingga blushing. Tapi kini tak ada yang bisa dia goda lagi.

"Nab gue rindu sama lo tapi gue juga kecewa sama lo karena lo udah pergi tanpa kabar Nab" lirih Dalvin.

Dalvin membuang nafasnya kasar dan memejamkan matanya untuk menenangkan pikirannya.

Dalvin merasakan sentuhan lembut dipundaknya. Dia mendongakkan kepalanya lalu menepis tangan itu dan kembali memejamkan matanya.

"Gue cariin kemana-mana ternyata lo disini Vin" ujar Alma namun Dalvin tak menggubrisnya.

"Lo lagi ngapain disini ?" tanya Alma dan tetap tidak ada jawaban dari Dalvin.

Tak mau menyerah Alma terus saja berbicara meskipun Dalvin belum tentu mendengarnya.

"Gue dihukum Vin, tadi gue cuma telat 5 menit eh kena hukumannya suruh nerjemahin ini ke bahasa indonesia dan gak boleh google translate" cerita Alma sambil menyodorkan sebuah buku bahasa inggris.

"Jujur ya gue itu paling bodoh di bahasa inggris. lo mau bantu gue gak Vin ?" tanya Alma yang memasang wajah puppy eyes nya.

Bukannya menjawab Dalvin malah bangkit dan pergi meninggalkan Alma. Namun baru selangkah tangannya di cekal oleh Alma namun Dalvin segera menepisnya.

"Lo mau kemana Vin ?" tanya Alma.

"Bukan urusan lo" ujar Dalvin dingin.

Alma mengerucutkan bibirnya.

"Dalvin kapan sih lo buka hati lo buat gue" ujar Alma penuh harap.

Dalvin menatap tajam Alma.

"Hati gue cuma buat Nabila, jadi jangan mimpi" desis Dalvin tajam kemudian pergi meninggalkan Alma yang merasa kesal.

"Nabila lagi Nabila lagi, sekali-kali Alma kek jangan Nabila. Secantik apasih Nabila itu. Pasti masih cantikan gue lah" gumam Alma kesal.

"Gue bakal bantu lo buat dapetin Dalvin" ujar seseorang.

Alma langsung menoleh ke sumber suara.

"Af-afiah" ujar Alma terkejut.

"Gimana ? Lo mau terima tawaran gue buat dapetin Dalvin ?" tawar Afiah lagi.

"Gak perlu gue mau berjuang sendiri, lagipula Nabila gak ada kabarnya. Siapa tau dia udah mati" ujar Alma.

Afiah tersenyum mengejek.

"Nabila masih hidup, dan sebentar lagi dia bakal balik ke sini" ujar Afiah.

"Lo serius ? Lo tau dari mana ?" tanya Alma tak percaya.

Afiah mengedikkan bahunya acuh.

"Jadi gimana ?" tanya Afiah lagi.

Alma berpikir sejenak kemudian mengangguk setuju dan membuat Afiah menyeringai.

Tunggu kejutan untuk ucapan selamat datang lo Nab. Batin Afiah.






TBC'
Jangan lupa Vommentnya yups.

Realzv.

DALVIN & NABILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang