37. Hilang

4.9K 245 6
                                    

Typo bertebaran ya guys.
Jangan lupa vote sebelum baca.

Dalvin berjalan dengan gontai mendekati Mita, air matanya kini sudah dia hapus.

"Tante Nabila kenapa ?" tanya Dalvin.

Mita menggeleng masih menangis.

"Tante juga gak tau Vin, tadi tante pergi sebentar tapi pas masuk Nabila gak sadarin diri" jelas Mita.

"Tapi Nabila bisa sembuh kan tan ?" tanya Dalvin lagi.

"Semoga aja Vin, kita terus berdoa aja supaya Nabila kuat dan bisa sembuh" jawab Mita.

Dalvin memperhatikan Nabila dari balik kaca, hatinya ikut sakit melihat Nabila lemah tak berdaya dengan banyak alat di tubuhnya.

*****

Keesokan harinya, sepulang sekolah Dalvin akan kerumah sakit untuk menjenguk Nabila.

Sampai dirumah sakit Dalvin segera menuju ruangan Nabila, namun ketika Dalvin memasuki ruangan itu Nabila tidak ada, bahkan barang-barang nya pun tidak ada.

Dalvin berlari keluar untuk bertanya pada dokter yang merawat Nabila.

"Dok saya mau tanya, Nabila kemana ya kok gak ada di ruangan nya ?" tanya Dalvin cemas.

"Saudari Nabila sudah dibawa pulang oleh ibunya kemarin" jawab dokter.

Dalvin mengernyit bingung.

"Tapi kemaren keadaan Nabila drop dok, kenapa boleh pulang" ujar Dalvin lagi.

"Kalau masalah itu saya tidak bisa memberitahukannya, silahkan anda tanya langsung pada keluarganya" ujar dokter kemudian pergi meninggalkan Dalvin yang masih mematung.

"Nabila pulang, apa dia udah sembuh ?" gumam Dalvin.

Kemudian Dalvin pergi meninggalkan rumah sakit menuju rumah Nabila. Tak membutuhkan waktu lama Dalvin sudah sampai ditempat itu.

Rumah Nabila terlihat sangat sepi seperti tak berpenghuni. Dalvin mengetuk pintu rumah itu beberapa kali namun tidak ada sahutan sama sekali.

Dalvin menghubungi semua teman dekat Nabila tapi mereka tak ada yang tahu kemana Nabila bahkan Gentapun ikut menghilang entah kemana.

Dalvin mengacak rambutnya frustasi. Tubuhnya merosot kebawah bersandar di pintu rumah Nabila. Entah kenapa air mata Dalvin kini lolos dari pelupuk matanya di barengi dengan turunnya hujan yang sangat lebat.

"Nab lo dimana ?" gumam Dalvin.

"Kemana lo pergi Nab, lo bilang ke gue kalau gue gak boleh ninggalin lo tapi malah lo yang ninggalin gue Nab." lirih Dalvin.

Dalvin mengusap wajahnya kasar, hatinya sakit karena ditinggal oleh orang yang dia sayangi tanpa kabar.

"Kenapa lo lakuin ini ke gue Nab ? Apa salah gue. Gue bakal nerima lo Nab, kenapa lo gak percaya sama gue" lirih Dalvin lagi.

Dalvin bangkit menuju mobilnya dan melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Hari sudah berganti dengan malam dan hujanpun semakin deras.

"Bahkan hujanpun ikut jatuh Nab ngeliat lo ninggalin gue. Kenapa lo lakuin ini Nab. Gue sayang sama lo" gumam Dalvin lirih sambil terus mengemudi dengan sangat kencang.

Dalvin memarkirkan mobilnya didepan sebuah club malam.

"Cuma tempat ini yang bikin gue tenang" ujar Dalvin kemudian memasuki club itu dan masih menggunakan seragam sekolah. Meskipun sudah dilarang memasuki karena masih berseragam namun bukan Dalvin namanya jika hal kecil ini tak bisa dia selesaikan.

Dalvin duduk didepan meja bar dan mulai memesan beberapa gelas vodka lalu meminumnya dengan sekali tenggak.

Pikirannya tentang Nabila kini masih menguasainya. Bahkan meskipun dia sudah mabuk dia tetap ngelantur tentang Nabila.

"Gue sayang lo Nab, gue cinta lo. tapi kenapa lo ninggalin gue anjing" lantur Dalvin penuh emosi.

Dalvin berjalan sempoyongan keluar dari club itu. Namun belum sampai dimobilnya tubuhnya sudah ambruk terlebih dahulu.

*****

Dalvin mengerjapkan matanya untuk memyesuaikan cahaya matahari yang masuk. Dalvin menyadari sesuatu bahwa ini bukanlah kamarnya. Lalu dimana dia, seingatnya dia semalam keluar dari club tapi kenapa dia bisa ada disini.

Dalvin memijat pelipisnya karena sangat pening akibat terlalu banyak minum sekarang. Suara pintu kamar terbuka menampakkan seorang gadis cantik sambil membawakan sebuah nampan berisi nasi untuk Dalvin.

"Baru aja gue mau bangunin lo, tapi lo udah bangun duluan" ujar gadis itu.

"Kenapa gue bisa ada di sini ?" tanya Dalvin.

"Lo semalem pinsan di depan club, dan gue yang nolongin lo, gue bawa lo kesini karna gue gak tau alamat rumah lo" jawab gadis itu.

"Lo gak macem-macem sama gue kan ?" tanya Dalvin lagi.

Gadis itu berdecak kesal.

"Yakali gue macem-macemin lo, yang ada lo yang bakal macem-macemin gue" ujar gadis itu kesal.

"Gue gak nafsu sama tubuh lo, sorry ya gue sukanya sama body yang kaya gitar spanyol lah lo body kaya papan triplek datar gitu" ujar Dalvin enteng.

"Heh harusnya lo ttuh berterima kasih sama gue karena udah gue tolongin, bukan malah ngatain gue" ujarnya kesal.

"Gue gak minta tolong ke lo ya, lo nya aja yang sok baik nolongin gue" ujar Dalvin yang semakin membuat gadis itu kesal.

Sabar Afiah. Ini salah satu rencana lo buat Dalvin benci sama Nabila. Batin gadis yang bernama Afiah itu.

Dalvin beranjak dari kamar itu dan melenggang pergi untuk pulang.

"Sebentar lagi gue bakal bikin lo benci sama Nabila" gumam Afiah sambil tersenyum licik.

*****

Dalvin menghempaskan tubuhnya diatas ranjangnya. Matanya menatap nyalang langit-langit. Pikirannya kembali memikirkan keberadaan Nabila.

"Lo pergi kemana Nab ?" gumam Dalvin.

"Ternyata dari awal lo udah ada niatan buat ninggalin gue. Kenapa lo kasih kesempatan ke gue kalau bahagianya hanya sementara ? Apa lo mau balas dendam ke gue karena gue udah nyakitin lo ?" gumam Dalvin lagi.

"Lo menang Nab, lo udah bikin gue tau gimana rasanya kehilangan seseorang yang disayang dan sebuah penyesalan" lirih Dalvin.

TBC'

Hai hai hai
Ada yang kangen Dalvin dan Nabila ?
Atau kangen author ? *plakabaikan.

Oke part ini udah muncul konflik baru.
Ada yang tau Nabila kemana ? Kayanya Nabila lagi cari doi baru dehh *ehhcandadenghehee.
Penasaran gak ? Lanjut gak ?.
banyak yang koment nanti aku next secepatnya.

Selamat membaca,
Salam manis dari Realzv.

DALVIN & NABILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang