Alirattar - 2

5K 200 2
                                        

Hari kedua bersekolah di Sma Nusantara.

Rasanya sangat berat mata ini untuk membuka lembaran baru di Sekolah barunya. Alira membuka selimut yang menutupi badan hingga kepalanya. Menegakkan tubuh lalu melihat jam diatas nakas. Alira mengucek matanya hingga ia benar-benar sadar bahwa sekarang telah jam 6.50 dimana ia akan masuk 25 menit lagi.

Alira segera membuka seluruh selimutnya dan berjalan tergesa-gesa kedalam kamar mandi. Butuh waktu 10 menit Alira untuk menyiapkan segela keperluan, untungnya Alira telah menyusun mata pelajaran tadi malam. Setelah menggunakan sepatu hitamnya, Alira keluar dari kamarnya dan segera turun. Didepan, mobil yang biasanya untuk mengantar-jemput Alira sudah bersiap. Alira langsung masuk kedalamnya tanpa mengucap sepata katapun pada Ibunya.

Jarak dari rumah hingga sekolah membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Jadi, mau tak mau Alira harus terlambat walaupun waktunya masih bisa dihitung dengan jari.

•AuA•

Sesampainya disekolah, gerbang sudah dikunci. Alira ingin merutuki siapapun dalam keadaan apapun. Ia benar-benar terlambat hari ini!

Jari jemari Alira mulai mengetuk-ngetuk gembok gerbang ke besi-besinya. Sehingga menimbulkan suara yang lumayan nyaring untuk membangunkan atau memanggil sang petugas gerbang. Sampai Alira melihat petugas itu datang dari dalam kantornya yang berada depan gerbang utama sekolah.

Petugas yang sudah hafal betul setiap anak murid disini karena keterlambatan ia hanya dapat membukakan kunci gerbang dan membiarkan anak murid itu masuk. "Sekali lagi jangan terlambat." ucap Petugas itu dengan Alira yang mengangguk cepat.

Didalam sekolah, Alira melihat guru-guru dan juga anak murid yang terlambat dilapangan sedang menjalankan hukuman. Ah! Cobaan apa lagi ini?

Tanpa diminta untuk datang kelapangan, Alira memberikan dirinya kepada guru-guru itu untuk menghukumnya sesuai dengan peraturan sekolah. Betapa polosnya gadis itu.

"Kamu kenapa terlambat?"

Alira hanya bergeming, menurutnya setiap kali kita menjawab pertanyaan guru, maka guru itu akan selalu membilang itu hanyalah sebuah alasan. Maka dari itu Alira hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.

"Terlambat bangun pak."

"Sekali lagi saya suruh Attar ini untuk bangunkan kamu ya!"

Attar?

Kedua alis Alira bertaut. Tidak mengerti arti ucapan guru didepannya itu. Alira menoleh kesamping, mendapati seorang anak laki-laki dengan baju yang compang camping tidak beraturan. Temannya kak Retno?

"Yasudah, kalian berdua kutipin daun-daun yang berjatuhan dilapangan ini. Setelahnya, boleh masuk kedalam kelas."

Alira mengangguk patuh, sebelum akhirnya ia mulai mencari kantong sampah untuk tempat dedaunan itu.

Sedangkan Attar, hanya mengikuti gadis itu dari belakang dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Memperhatikan cewek berambut coklat itu sibuk sendiri dengan hukuman.

Alira berjongkok didepannya, memunguti dedaun kering yang berjatuan bertimbun-timbun, kemudian memasukkannya kedalam kantong sampah yang sudah diambilnya sejak tadi.

Alira untuk AttarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang