Alirattar - 10

3.1K 143 5
                                        

Keesokan harinya, Alira sudah siap untuk latihan selepas pulang sekolah. Dari tadi malam, ia sudah berlatih sebaik mungkin untuk bisa menyanyi dengan baik dihadapan Attar. Kalau saja suara Alira tiba-tiba serak didepan Attar, pasti ia akan sangat malu.

Alira tidak tahu kenapa ia bisa se-semangat ini untuk latihan dengan Attar. Saat kejadian dikoridor sekolah, Attar membantunya berdiri, Attar mengantarnya pulang, bahkan Attar menyelamatkan hidupnya dari lemari yang oleng. Sejak saat itulah, Alira mulai memikirkan tentang Attar. Ia pernasaran dengan kehidupan Attar yang begitu tertutup. Walau semua orang juga pasti mempunyai rasa penasaran yang sama dengannya.

"Alira?" seketika buyaran Alira menghilang, saat seseorang memanggil namanya.

Orang tersebut sedikit membungkuk karena posisi Alira sekarang sedang duduk dibangku. "Eh iya?" tanya Alira.

"Gue minta maaf soal ini, tapi hari ini lo gak bisa latihan disekolah. Soalnya, padat banget jadwal anak-anak lain yang udah lebih dulu pesan pingin latihan di aula." ucap seseorang tersebut dengan perasaan menyesal. Seharusnya ia mengatakan ini dari awal pada adik kelasnya ini.

Alira menggeleng, "tidak apa kak. Lain waktu masih ada kok." jawab Alira tenang.

Orang tersebut keluar setelah berpamitan dan meminta maaf sekali lagi. Namun, Alira tidak berkecil hati. Karena ia juga tidak bisa menyalahkan siapapun disini. Ia juga tidak bisa membentak orang tadi, karena itu adalah Ketua Osis tahun ini yaitu Kak Ghavin.

"Ra, lo dipanggil sama Buk Manurung, tuh," ucap Safin yang baru saja muncul dari balik pintu kelas.

Alira mengikat rambutnya sambil berjalan keluar kelas mendatangi kantor bk. Buk Manurung adalah guru bk yang selalu ditakuti oleh semua murid disini.

Satu menit kemudian, Alira tiba di kantor bk dan langsung duduk dihadapan Buk Manurung.

"Kamu tahu kenapa kamu disini?" tanya Buk Manurung yang dijawab Alira dengan gelengan, "makanya harus tau!"

Alira terdiam tidak mengerti, membiarkan Buk Manurung melanjutkan ucapannya. "Kamu tahu Kepala Sekolah?" Alira mengangguk, maksudnya 'iya'. "Kamu tahu apa yang dikatakan Kepala Sekolah pada saya?" kembali Alira menggeleng.

Buk Manurung yang tadinya bersandar pada kursi, menegakkan badannya dan melipat tangannya diatas meja. Menatap Alira dengan tatapan datar namun membuat nyali Alira menciut, "dia mengatakan kamu...latihan dirumahnya." ucap Buk Manurung dengan nada pelan yang hanya bisa didengar oleh keduanya saja.

Mata coklat Alira membulat penuh, "ha?". Alira tidak mengerti, kenapa harus dirumah Kepala Sekolah? Padahal besok masih ada waktu untuk latihan disekolah.

"Ha, hu, ha, hu, kamu kira ini vokal? Dia nitip pesan ke saya bilang begitu ke kamu. Jadi nanti kamu pergi kerumah dia bareng Attar, karena Kepala Sekolah juga lagi ada urusan diluar." jelas Buk Manurung.

Alira mengangguk, mengerti. Mungkin ia rasa, Buk Manurung sudah tidak ada keperluan dengannya lagi. Saat Alira ingin beranjak, suara Buk Manurung menginterupsi. "Hati-hati Alira, Attar jahat." ucapnya. Alira berbalik, mengangguk disertai senyuman kaku.

•~•

"Teman-teman, jongkok--eh, maksudnya berdiri," teriak ketua kelas yang membuat seisi kelas tertawa dengan latahnya itu, "say good bye to our teacher."

"Good bye, mam." ucap seisi kelas sebelum Guru Bahasa Inggris mereka keluar meninggalkan kelas.

Alira kembali duduk dan merapihkan buku-bukunya yang masih berantakan diatas meja. Sama halnya dengan Safin, bedanya hanya Safin merapikan alat kosmetiknya yang ada didalam laci. "Ra, lo lihat liptint L'OREAL gue gak?" tanya Safin sambil mengeluarkan isi tas kecil yang berisi alat kosmetiknya.

"Gak, Saf. Mungkin jatuh, lihat dulu deh dibawah. Atau gak, keselip."

Safin mencari kebawah meja dan bangku teman-temannya, ia sampai berteriak kepada seluruh kelas apakah mereka melihat apa yang ia cari. Tetapi, dijawab dengan tidak ada. Safin menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "ih, dimana ya Ra? Mungkin keselip di tas lo kali? Coba lihat dulu deh, itu soalnya bokap gue beli Paris gak mungkin dong harus hilang." ucap Safin frustasi.

Alira melihat kedalam tasnya, tapi tidak ada juga. "Gak ada juga, Saf."

"Yahh, gimana dong? WOI SERIUSAN GAK ADA NGAMBIL KAN?!" Safin berteriak kembali, yang didapat jawaban dengan balasan teriakan pula.

"GAK ADA CURUT!"

"WAYO LO HILANG KAN WAYOOO!!"

"WOI BIASA AJA DONG!" balas Safin.

Safin merogoh kantong roknya dan saku bajunya, dan ternyata yang ia cari berada didalam saku bajunya. Alira yang melihat itu berdecak jengkel. Waktunya terbuang 15 menit untuk mencari barang yang padahal sudah ada pada pemiliknya. "Sabar, Ra, sabar. Ambil aja hikmahnya." ucap Safin tanpa dosa dan menyengir.

Alira menyadang tasnya bersiap untuk pulang, "aku balik dulu ya. Kamu hati-hati." pamit Alira dan beranjak dari sana. Saat ingin keluar dari pintu kelas, tiba-tiba ada saja yang menghalang langkahnya. Attar berdiri menghadap Alira, membuat gadis itu mundur beberapa langkah.

"Lama banget sih lo keluar! Gue dari tadi nungguin."
"Cepetan ikut gue." Attar berjalan lebih dulu meninggalkan Alira yang masih mematung.

Sesampainya di parkiran luar sekolah, Attar sudah menghidupkan mesin mobilnya namun yang ia temui tadi belum juga muncul. Attar berdecak, kalau bukan karena Ayahnya ia pasti tidak akan mau melakukan apa yang ia perintah. Baru saja, Attar ingin keluar mencari tetapi Alira sudah membuka pintu mobilnya.

"Pakai seatbelt, gue gak mau anak orang mati." ucapnya dingin ketika Alira sudah berada dikursi penumpang depan. Alira menurut saja, tanpa disuruhpun ia juga akan melakukannya.

Keheningan mendera keduanya, tidak ada percakapan, tidak ada lagu. Hanya suara klekson yang sesekali dibunyikan Attar. Pandangan Alira hanya tertuju kepada diluar jendela mobil. Sedangkan, Attar sangat fokus pada jalanan didepannya.

Tidak butuh waktu lama sekitar 20 menit, mobil mini berwarna black metallic sudah tiba dirumah yang cukup mewah. Kerutan dahi terlihat diwajah Attar saat mata hazelnya melihat ada mobil lain dihalaman rumah. Attar sendiri tidak tahu itu mobil siapa, karena ia memang suka sekali melupakan atau mungkin ia tidak pernah melihat mobil itu. Attar dan Alira keluar saat mesin mobil mati. Masuk kedalam rumah dan melihat dua orang sudah berada diruang tengah.

Attar memberikan tatapan datar ketika dua orang itu menatapnya balik. Orang yang sangat tidak diinginkan Attar ada dirumah. Mega dan Sonya.

"Alira?!" Mega berdiri saat mendapati Alira dan Attar masuk bersama. Sonya ikut berdiri saat anaknya berteriak keras. "Kok lo bisa barengan? Dan, dan, kenapa lo bisa disini?"

"Kepo banget deh lo!" Attar menarik pergelangan tangan Alira menuju lantai atas. Yang membuat Bi Ina, Mega dan Sonya terkejut. Pasalnya Attar tidak pernah sekalipun terlihat membawa seorang cewek bahkan memegang tangannya.

Mega membuka mulutnya lebar, "what?!"

• • •
tbc ol pipel.

btw baswey in the way, setelah capt ini aku bakal kasih visual2 dari pemain di cerita ini ya hehe:))

tapi bagian cewenya dulu.
soooooooo jangan lupa bacaaaaaa heheheheh❤️❤️❤️

Alira untuk AttarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang