Semua mata tertuju pada keempat cowok yang tengah berdiri didepan kelas X IPA 2. Attar, Deral, Dema dan Retno. Bagai melihat pangeran berandal tapi tampan disiang hari. Keempat orang itu sedang menunggu Alira keluar dari kelas, setelah yang ditunggu keluar barulah mereka berjalan kearah parkiran.
"Gue gak bawa mobil." ucap sambil memakai helm full face-nya.
"It's okay, gak apa-apa kok kak." ucap Alira diakhiri dengan senyuman manis khasnya.
Attar mendengus, bisa-bisanya cewek itu tersenyum, jadi adem'kan siang begini! Tanpa Alira tahu, Attar diam-diam tersenyum dibalik kaca helmnya. Seperti beban hilang begitu saja saat Alira tersenyum seperti itu. Attar jadi lebay!
Sesudahnya Alira naik keatas motor Attar melaju dengan cepat begitupula dengan ketiga temannya yang langsung mengekor dibelakang. Selang beberapa waktu, tepatnya juga belum terlalu jauh dari sekolah. Segerombolan motor menghadang mereka. Attar dan ketiga sahabatnya terpaksa berhenti ketika segerombolan motor itu mulai melingkari mereka.
Seseorang yang berada ditengah-tengah gerombolan itu lantas turun dari atas motornya menuju Attar. Begitu pula dengan Alira, Deral, Dema, dan Retno. Setelah membuka helmnya hanya Attar yang menghampiri orang itu dan ketiga sahabatnya langsung mengambil ancang-ancang mendekati Alira.
Dema, Deral dan Retno saling bertatap. Beberapa hari yang lalu, Attar pernah mengatakan--
'Alira harus dilindungi. Anak-anak kelompok Hasan lagi ngincar Alira.'
-dalam obrolan mereka berempat.
Dihadapan Attar adalah Hasan. Anak dari sekolah Harpa yang sudah lama menjadi musuh sekolah Nusantara. Sejak tahun senior-seniornya, Harpa dan Nusantara tidak pernah akur. Selalu ada keributan walaupun masalah kecil yang dibesar-besarkan oleh si provokator.
"Gue mau cewek yang ada sama lo." ucap Hasan enteng, sambil menaikkan dagunya setinggi yang ia bisa.
Rahang Attar mengeras, tatapannya menusuk, tapi sama sekali tak berpengaruh pada Hasan, "Lo kira dia barang?" tanyanya dingin.
Hasan tersenyum meremehkan, "dia emang barangkan? Makanya dia mau dibonceng sama cowok berengsek kaya lo!" jari telunjuk Hasan sedikit mendorong dada Attar.
Attar mengepalkan tangannya segera memberikan pukulan telak dipipi Hasan. Pukulan tersebut membuat semua kelompok Hasan berjaga-jaga, namun Hasan langsung mencegahnya dengan mengangkat jari telunjuknya keudara yang berubah menjadi kepalan keras dan berhasil ia layangkan ke pipi Attar. Membuat cowok itu sedikit terdorong kebelakang.
Dari tempatnya berdiri, mata Alira membulat. Ia panik, saat melihat Attar dan cowok yang tidak ia kenal bertarung dijalanan yang sepi. Lagi seribut ini kenapa jalanan harus sepi?! Umpatnya dalam hati.
"Kak! Itu Kak Attar kenapa gak ditolong?!" nada Alira terdengar takut. Takut juga ketika ia sudah melihat ada darah yang keluar dari sudut bibir kedua cowok itu.
"Kalau kita tolong, mereka semua bakal turun tangan." jawab Dema sambil memperhatikan sekitar. Cowok ini juga panik yang melebihi Alira. Tapi, Dema yakin Attar yang ia kenal tidak dapat dikalahkan.
Alira memandang langit, berniat mengalihkan pandangannya dari dua cowok itu. Ia tidak ingin sesak nafas ketika melihat darah tertumpah diatas tanah. Deral yang melihat Alira kebingungan. "Lo kenapa?!" Deral menyentuh pundak Alira.
"A—aku, t—takut, d—da-darah, kak," Alira menurunkan pandangannya menatap mata Deral. Suara getar Alira terdengar diketiga telinga cowok disisinya. Membuat mereka saling tatap, kebingungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alira untuk Attar
Teen Fiction{{ Cover by : @waygraphic }} "Pernah terpikir untuk mengakhiri hidup ini, Ra. Dan lo hadir merubah pikiran gue. Terimakasih Ira, untuk semua ajaran yang lo berikan ke, aku." _______ Pemicu terberat Attar menjadi seorang yang berengsek adalah permasa...