Sore menuju malam pun tiba. Alira keluar dari toilet dengan rambut basah serta handuk yang berada diatas kepalanya. Segar. Itu adalah kata yang cocok untuk mendefenisikan keadaan Alira sekarang. Tidak ada yang lebih baik kecuali mandi sore.
Alira menuju kamarnya yang berada tidak jauh dari kamar mandi. Duduk didepan meja rias berwarna putihnya. Sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.
Ucapan Mega tadi masih muncul dipikiran Alira. Mega memanggil Attar dengan sebutan abang? Apa yang terjadi diantara Mega dan Attar? Bukannya Mega dan Attar tidak bersaudara? Alira memikirkan hal itu semua sambil mengacak-acak rambutnya. Apa ada kaitannya dengan ucapan Attar yang sempat terpotong tadi? Banyak sekali pertanyaan yang bergelantungan dibenak Alira. Tapi, dari mana ia bisa dapat jawabannya itu semua? Tidak mungkin ia menanyakannya langsung dengan Attar, pasti sangat lancang dan sangat mengurusi kehidupan orang lain.
"Mungkin Safin bisa bantu kali, ya?" gumam Alira pada dirinya yang berada dipantulan kaca.
Setelah memastikan rambutnya kering, Alira mengambil ponselnya diatas meja kecil samping tempat tidurnya. Sebaiknya ia menelfon langsung Safin dari pada bertanya lewat chat pasti akan lama.
Alira menekan kontak Safin. Sedetik kemudian gadis itu mengangkatnya.
"Kenapa, Ra?" tanya Safin yang berada diseberang sana.
"Aku mau tanya, Saf." jawab Alira.
"Mau tanya apa?"
"Tapi kamu lagi sibuk gak?"
"Enggak, gue lagi scroll-scroll instagram aja tadi."
"Oh, ini, aku mau tanya soal kak Attar."
"Loh, tumben? Lo bukan habis diapa-apain sama kak Attarkan? Makanya lo jadi bahas kak Attar?"
"Enggak ah. Kak Attar dan Kak Mega ada hubungan ya Saf?"
"Setau gue sih enggak, Ra. Kak Deral bilang, Attar itu gak pernah dekat sama cewek-cewek disekolah. Jadi, gak mungkinlah dia punya hubungan dengan kak Mega."
Alira mengangguk mengerti dengan jawaban Safin, padahal cewek itupun tidak dapat melihatnya menganggukan kepala. Apa sebaiknya Alira menceritakan ucapan Mega tadi siang pada Safin? Sepertinya tidak perlu. Bagaimana pun, pasti Attar tidak ingin hal itu diketahui oleh orang.
"Ra? Lo kok diem? Emang kenapa? Kok tiba-tiba? Kepikiran kak Attar ya?"
"Kamu ih, gak ada kok. Aku cuman lagi kepo aja tadi."
"Ah yakin? Ada lagi yang mau lo tanyain? Selagi gue baik nih, jadi gue jawabin ae."
"Kak Attar sifatnya memang pemarah ya?" entah dorongan dari mana, Alira menanyakan hal itu pada Safin. Bisa dikira ia menyukai Attar kalau begini ceritanya.
"Kak Dema bilang, sih, engga. Ya, kecuali kalau ada orang yang mencampuri urusannya dan ngancurin persahabatannya. Kak Attar anti banget kalo itu."
"Ngehancurin persahabatan?"
"Iya, besok deh gue cerita. Dipanggil nyokap nih."
Telfon tertutup. Alira kembali meletakkan ponselnya diatas meja kecil itu. Sebegitu pentingnya persahabatan untuk Attar?
•~•
![](https://img.wattpad.com/cover/124025576-288-k292695.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alira untuk Attar
Fiksi Remaja{{ Cover by : @waygraphic }} "Pernah terpikir untuk mengakhiri hidup ini, Ra. Dan lo hadir merubah pikiran gue. Terimakasih Ira, untuk semua ajaran yang lo berikan ke, aku." _______ Pemicu terberat Attar menjadi seorang yang berengsek adalah permasa...