Alirattar - 15

3K 138 2
                                        

Bel tanda istirahat baru saja berbunyi. Memberikan kesan ramai disepanjang koridor SMA Nusantara. Jam lenggang seperti ini pasti tidak akan disia-siakan biarpun hanya 15 menit.

Begitu pula dengan keempat cowok yang tengah menjadi pusat perhatian ditengah lapangan. Empat cowok yang selalu berhasil mencuri pandangan para cewek-cewek sekolah. Bukan-nya ingin mencari perhatian, hanya saja hari ini adalah hari sial mereka.

Mereka terpaksa dijemur oleh Bu Indah karena gagal bolos mata pelajarannya. Padahal keempat cowok itu sudah wanti-wanti saat Bu Indah sedang menulis dipapan. Namun apa daya, mata bak CCTV dari Bu Indah memang selalu tidak bisa dikalahkan. Hukumanpun diberikan, berjemur ditengah lapangan sambil menjewer kuping; Deral menjewer Attar, Attar menjewer Dema, Dema menjewer Retno, dan Retno yang menjewer Deral.

"Gara-gara lo nih, Ema! Setan lo emang." tuduh Retno pada Dema.

Dema yang tidak terima dipanggil begitu memijak kaki Retno. "Lo kira gue Ema Watson?!" hardik Dema.

Retno dan Deral tergelak, "eh, udah aman belom? Bu Indah udah keluar'kan?" tanya Retno sambil melirik arah kelas untuk
memastikan. Setelah merasa aman, keempat cowok itu melepaskan jeweran satu sama lain. Merasa lega karena hukuman ini berakhir juga.

Attar berjalan mengambil tepi lapangan berteduh. Begitu pula dengan Dema. Hanya Deral dan Retno yang tiba-tiba sudah ada bola basket ditangannya. "Gila, panas banget! Mending kerjain soal bu Indah ketimbang begini anjir," ujar Dema sambil mengibas-ngibaskan kerah bajunya memberikan semburan angin pada wajahnya.

Attar tidak mengidahkan ucapan Dema mata coklatnya tertuju pada Alira yang berada didepan koperasi dengan seorang cowok yang tak ia kenal. Karena posisi cowok itupun membelakanginya.

Dema yang merasa dihiraukan sedikit bingung, "ck! Gue ngomong kaga ada didengarin!" Dema melihat kearah Attar, nyatanya cowok itu juga tidak menyahut lagi. Dema mengikuti arah pandang Attar yang tepat pada Alira dan Ketua Osis. Dema terkekeh, "hmm, pantes aja gak didengarin. LO CEMBURU YA!" teriak Dema ditelinga Attar pada kalimat terakhir.

Suara Dema mengusik pendengaran Attar, "Apaan sih lo?" celutuk Attar.

"Cemburu kan lo?"

"Sama siapa?" Attar berpura-pura tidak tahu siapa yang dimaksud Dema. Dengan secepat kilat Attar memalingkan pandangannya kepada bola basket yang sedang dimainin dua sahabatnya itu.

"Eh-eh! Alira pelukan tuh, Tar!" seru Dema yang membuat Attar langsung mengalihkan pandangannya kembali pada Alira. Tapi yang ia dapat justru Alira masih bercengkrama pada cowok itu.

"Tercyduk abangnyaa.." kekeh Dema yang membuat Attar berdecak. Sama sekali tidak lucu. Padahal ia juga sudah menahan rasa cemburunya sekuat mungkin. Namun, Attar langsung mengembalikkan raut wajah datarnya.

"Ah! Gue gabung Deral, Retno dah. Bay abang tercyduk!" Dema segera berlari menghampiri Deral dan Retno.

Begitu pula dengan Attar. Cowok itu berjalan menuju Alira tanpa ada berpikir dua kali. Sudah termakan api cemburu.

Tibanya Attar didepan Alira, cowok itu langsung menarik pergelangan tangan Alira. Membuat sang pemilik tangan sedikit kaget. Begitu pula dengan ketua osis didepan Alira. "Eh, eh, tunggu," cegat ketua osis.

"Apa?" tanya Attar.

"Kalian berdua udah bisa latihan di aula, pulang sekolah nanti dari jam 2 pas sampai setengah tiga," lanjutnya.

Alira untuk AttarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang