Attar baru saja meletakkan ponselnya diatas nakas meja tempat tidurnya. Kemudian merebahkan tubuhnya ditepian kasur, memandang langit-langit kamarnya.
Mata kosong Attar melirik kearah jam yang menempel di dinding kamarnya. Satu subuh, batinnya. Attar mencoba untuk tidur, menaiki ranjangnya dan memeluk gulingnya. Tapi yang ada ia terbayang wajah seseorang.
Attar mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia akui, ia tidak dapat tidur karena masih memikirkan Alira yang meluapkan tangisnya karena melihat darah. Apa benar ada orang yang pengidap phobia darah?
Mengenai phobia darah memang pernah dipelajari waktu ia duduk dikelas 10, hanya saja Attar menganggap itu mitos. Secara, bagaimana bisa orang-orang takut dengan darah, padahal dalam tubuhnya juga darah. Menurutnya itu sama sekali tidak masuk akal.
Attar kembali meraih ponselnya dan membuka safari. Mencari tahu penyebab phobia darah. "Hemaphobia, wajah pucat, pingsan, eh, tapi untung aja deh tadi Alira gak pingsan." Attar menutup ponselnya setelah yang ia cari dapat. Masih kembali bergulat pada pikirannya tentang adik kelas yang tiap malam menghampiri tidurnya.
"Duh! Ini pasti bukan cuman karena masalah phobia, deh! Arghh!!" Attar membalik badannya hingga wajahnya tertutup dengan bantal kepala. Membuatnya tidak bisa bernapas.
"Olahraga kali ya?" tanyanya pada diri sendiri. Sedetik kemudian, Attar bangkit dari kasurnya. Menggerak-gerakkan badannya agar lelah dan pasti bisa tidur dengan cepat. Bukan lelah yang ia dapat, namun hatinya yang menggelitik dan perutnya yang seperti diterbangi berjuta-juta kupu-kupu. Alira juga belum bisa pergi dari pikirannya. Terbayang dengan senyuman manis adik kelasnya itu.
Sebuah notif tiba-tiba muncul dihalaman lockscreen ponsel Attar. Segera ia membuka, sambil kakinya yang berlari ditempat. "Ramalan?" sejenak Attar menghentikan kakinya. Official Acount yang ditambah kedalam kontak Attar oleh Deral membuat cowok itu berdecak, tapi ia juga penasaran.
#virgo : hari ini, besok, atau kedepannya, virgo akan lupa untuk caranya berhenti memikirkan doi.
Attar berdecak, kenapa ramalannya benar seperti yang dialaminya? Attar kembali menggeser chat dari OA tersebut kebawah.
#virgo : Antara takut mengungkapkan bahwa virgo mulai menyukai/mencintai si dia.
Attar melemparkan ponselnya keatas tempat tidur. Tidak mungkin yang dikatakan ramalan itu benar, seperti judulnya pasti hanya 'ramalan' jadi tidak perlu terlalu dipercaya. Namun, bagaimana memang hal itu benar-benar terjadi? Apa yang harus ia lakukan? Apa ia harus menanyakannya pada si pakar cinta Dema? Tidak mungkin. Yang ada ketiga sahabatnya pasti akan menjadikannya bahan lelucon. Mungkin Attar akan membuktikannya besok. Apa benar ia menyukai Alira?
• • •
"Ongpiang, alayu gambreng, nek ija pake baju rombeng," Deral, Retno dan Dema baru saja melalukan permainan anak kecil hanya untuk tau siapa yang akan mendapatkan batagor seharga 10.000 ribu rupiah. Deral dan Retno sama-sama memberikan telapak tangan, sedangkan Dema justru sebaliknya. Maka dari itu, Dema harus keluar dan meninggalkan jejak batagor kesukaannya. Kembali lagi kepada Retno dan Deral, mereka memilih bersuit sebanyak 1 kali.
Retno dan Deral sama-sama melayangkan tangannya keudara dan berhenti tepat didepan perut. Retno memberikan jari kelingking sedangkan Deral memberikan ibu jari. "Eh, eh ulang dong. Lo kelamaan, picik banget sih!" ucap Deral tak terima.
"Enak aja, sportif dong. Kalau mau, minta beliin noh sama Zara. Kan dia orkay, trus, suka sama lo lagi," ucap Retno sombong sambil mengambil bungkusan batagor tersebut.
"Dih, ogah, Zara jelek begitu, percuma kaya kalau wajah gak bisa dipermak."
"Dem, kestau, Dem." Retno memberikan aba-aba kepada Dema agar memperjelas Zara untuk hidup Deral.
"Mencintai seseorang, bukan berasal dari fisik. Tapi, lihat dari kebaikkannya sehingga membuat kita terjatuh didalamnya."
Attar menjatuhkan tasnya diatas meja karena ia juga baru tiba, dan langsung bergabung diantara sahabat-sahabat itu.
"Widiw, aa Attar datang, langsung ngambil posisi ae, napa bang?" tanya Dema menyentuh pundak Attar dan mengguncangnya.
"Ngantuk!" jawab Attar ketus.
"Ah, gue tau nih, pasti karena kepikiran Alira kan?" ucapan Deral langsung membuat Attar mendongak.
"Wiss, kenapa nih? Beneran?" tanya Dema penasaran.
"Gak, bukan dia alasan gue ngantuk."
"Hmm, angkat kaki yang mulai penasaran," ucap Dema sambil mengangkat kaki yang diikuti oleh Deral dan Retno. "Pintar, pintar."
Attar berdecak, percuma juga ia bohong dengan ketiga sahabatnya. Ujungnya, mereka bertiga akan tahu cepat atau lambat. Tapi, masih terlalu sulit untuk Attar bahwa ia memang masih kepikiran Alira selama berhari-hari, sejak kejadian ia kontak mata pertama kali dengan gadis itu dikantin. Attar mencoba mengingat mata itu, hanya saja, bayangannya masih terlalu kabut hingga ia tidak dapat mengenali.
"Eh, ada Alira!" Retno mengejutkan Attar, Dema dan Deral. Yang membuat mereka bertiga melihat kearah pintu masuk. Retno diam-diam mengamati Attar, mata cowok itu tak lepas dari Alira yang memang baru saja melewati pintu kelas mereka. Berbeda dengan Dema dan Deral yang langsung mengacuhkan pandangannya.
"Ketauan bege! Karena Alirakan?" tanya Retno, "gue udah duga banget, lo dari kemarin perhatiin dia terus sampai lupa kalau kita ada didepan lo." Retno menghardik.
Attar membisu dengan wajah datarnya. Apa yang diucapkan Retno memang benar. Hanya saja untuk mengakuilah yang menjadi masalahnya.
Dema memicingkan matanya, menatap goda ke Attar. Dema menaik turunkan alisnya, "jadi, ada yang lagi falling in love beneran nih?" ucap Dema sarkastis.
"Mata lo kelilipan ya?" Attar mengalihkan pembicaraan. Niatnya begitu, tapi Retno membantah dengan cepat.
"Jangan alihkan pembicaraan deh, Tar. Kita tau kok."
"Jangan sok tau deh." jawab Attar.
"Tar, gue sebagai teman lo yang paling dewasa. Gue mau jadi curhatan hati lo. Asalkan tentang Alira." Deral menepuk-nepuk dadanya bak gorila yang sedang mengamuk.
Attar berdecak, perutnya jadi terasa memanas akibat pembicaraan ini. Apa memang seperti ini rasanya jatuh cinta? Sudah berapa lama ia tidak merasakannya sampai ia lupa cara untuk menghentikannya. Attar harus bisa menstabilkan degup jantungnya, agar tak terdengar oleh teman-temannya dan juga Alira apabila cewek itu didepannya. Memikirkannya membuat Attar lapar.
"Makan yuk!" ajaknya pada ketiga sahabatnya.
"Ada apa gerangan?" tanya Dema pada Retno dan Deral ketika Attar sudah lebih dulu beranjak.
"Penting makan gratis!"
• • •
yeyeyee!!! Akhirnya update 2 partt😘
.
btw ongpiang alayu gambreng aku gak tahu penulisannya benar apa gak. jadi kalo salah comment aja yaa biar aku perbaiki😉 thx guyss

KAMU SEDANG MEMBACA
Alira untuk Attar
Teen Fiction{{ Cover by : @waygraphic }} "Pernah terpikir untuk mengakhiri hidup ini, Ra. Dan lo hadir merubah pikiran gue. Terimakasih Ira, untuk semua ajaran yang lo berikan ke, aku." _______ Pemicu terberat Attar menjadi seorang yang berengsek adalah permasa...