Alira baru saja memasuki sekolah dan mendapatkan pemandangan yang cukup ramai. Terlihat disatu sisi lebih tepatnya tengah lapangan terdapat meja dan dua orang siswi. Alira mengenal dua orang itu Mega dan Audrey. Dua sejoli yang saling menempel dengan baju sekolah minimnya itu.
Alira tidak perduli dan tidak mau tahu apa tujuan Mega dan Audrey ada disana. Selama tidak mencampuri urusan mereka, Alira jalan sepenuhnya dengan santai. Namun, suara teriakan kencang dari toa yang menyebut namanya membuat Alira berhenti. Menoleh kearah sebaliknya.
"Lo, iya, lo yang pakai tas putih," ucap Mega dengan toa didepan mulutnya, "sini lo!" perintahnya tak terbantahkan.
Alira sebenarnya malas, untuk kedua kalinya ia berurusan dengan Mega. Dengan berat hatipun, Alira melangkah mendekati kakak kelasnya itu. Tiba saat didepan Mega, cewek dengan rambut cat biru bagian bawah itu mengambil spidol. "Bisa lebih dekat lagi gak sih?" ucap Mega sinis, namun kelihatan jijik. Ia memang meminta Alira untuk medekat namun jangan terlalu dekat ataupun bersentuhan karena menurutnya adalah bakteri.
Alira mendekat, menyisahkan dua setengah jengkal dari Mega. Mega menyuruh Alira untuk berbalik, sehingga membelakanginya. Lagi-lagi, Alira harus mengikuti perintah Mega jika tidak ingin berlama-lama dengannya. Dengan spidol digenggamannya, Mega menuliskan CHILI didepan tas Alira. Sehingga membuat semua yang membaca tulisan itu tertawa.
Alira bingung kenapa mereka tertawa. Apa ada yang lucu? Apa pakaiannya berantakan? Apa yang dilakukan Mega padanya? Alira berbalik, melihat Mega yang sudah menutup spidol tepat didepan wajahnya. "Apa yang kakak buat?" tanya Alira.
"Nothing, gue cuma kasih warna aja ditas lo yang buluk itu." ucap Mega meremehkan.
Alira melepaskan tasnya melihat didepan ada tulisan CHILI dengan besar. Mata Alira memanas, kerutan didahinya sudah terlihat. Selama Alira disekolah, tidak pernah Alira merasakan sekesal ini pada seseorang. Hanya saja tingkah Mega sudah diluar batas.
Mega mengibaskan rambutnya kebelakang, "kenapa? lo marah?" tanya Mega.
Baru saja Alira ingin mengumpat sejadi-jadinya. Kalau tidak ia ingat disini masih kawasan sekolah. Tiada hal penting yang harus diluruskan. Alira menarik nafasnya dalam, lebih baik melawan Mega dengan kata-kata yang membuat cewek itu terdiam.
Alira tersenyum sinis, sembari memakaikan tasnya lagi kepunggung, "kakak cantik, sayang otaknya gak dipakai." ucap Alira melangkah mundur dari Mega.
Ucapan Alira membuat keadaan memanas. Apa lagi dengan Mega yang tak terima dengan ucapan adik kelasnya itu. Mega maju mendekati Alira, "omongan lo dijaga ya!"
"Dijaga? Bahkan omongan saya masih biasa saja dibandingkan tulisan kakak ditas saya."
"Lo gak terima gue sebut begitu? Lo sadar dong, selama lo gak dekat dengan Attar gue gak pernah berurusan dengan lo!"
"Dekat sama siapa aja itu bebas, ada larangan? Tidak kan?"
Mega membuang toa kedasar lapangan terlampau kesal karena ucapan sembrono adik kelasnya itu. Alira yang ia kenal hanyalah gadis polos dan pintar disekolah, seperti yang dibicarakan Pattar dengannya. Namun, ucapannya membuat Mega kesal.
Keributan itu terjadi beberapa menit setelah Attar dan teman-teman datang memisahkan. Pada bagian kanan Attar menahan Alira, dan kiri teman-teman Attar menahan Mega. Mega memberontak ingin dilepaskan, namun apa daya kekuatannya lebih lemah dari pada tenaga-tenaga cowok disampingnya ini. "Lo semua gak usah modus ya pegang-pegang gue! Minggir!" ucap Mega tajam. Tapi, tanpa perintah Attar teman-temannya tidak akan melepaskan Mega walaupun cewek itu berpikiran seperti itu.
"Mega dan Alira! Ikut saya kekantor!" ucap Pattar baru saja tiba disekolah dan melihat pemandangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Attar melepas Alira dan teman-teman Attarpun melepas Mega. Kedua cewek itu berjalan bersisihan dibelakang Kepala sekolah mereka. Mega menatap sinis kearah Alira, namun Alira hanya berjalan tidak perduli.
•~•
"Saya tidak ingin kejadian seperti ini lagi terjadi," ucap Kepala Sekolah tanpa memperdulikan status apa yang ada pada kedua siswi didepannya. Baik Mega yang akan menjadi calon anaknya, dan Alira siswi berprestasi disekolah.
"Mega minta maaf kepada Alira dan bersihkan tulisan yang ada ditasnya itu."
Mega ingin sekali membantah, mana mau dia mengotori tangannya dengan sabun cuci hanya untuk membersihkan tas kusam seperti ini,"yaudahlah gak usah, aku beliin yang baru saja." tolak Mega dengan alasan yang lain.
Pattar menatap Mega tajam. Dasar calon Papa yang gak memihak! Kesel!!
"Bawa tas lo ke laundry gue yang bayar." ucap Mega gampang.
"Mega." panggil Pattar dingin.
Mega membuang nafas kasar sambil memutar bola matanya, "iya iya. Kemariin tas lo." Alira memberikan tasnya pada Mega dengan isinya yang sudah dikeluarkan.
"Mega bisa keluar, Alira tetap disini." ucap Pattar memberikan akses jalan untuk Mega dapat keluar dari ruangannya.
Mega yang merasakan kehadirannya tak dibutuhkan lagi, beranjak dari sana dengan berdecak dan menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil.
"Ada apa ya Pak?" tanya Alira.
"Begini, sebentar lagi akan ada Festival yang akan diadakan disekolah. Menurut pernyataan dari para guru serta anggota osis, kamu memiliki suara yang bagus. Saya meminta kamu untuk berpartisipasi dengan menyumbangkan suara kamu."
Alira mengangguk, "saya bisa saja Pak, tapi kenapa bapak yang memberitahukannya pada saya kenapa tidak anggota osis?"
"Saya menyuruh mereka untuk tidak membicarakannya langsung dengan kamu, karena ada permintaan lain dari saya."
"Permintaan apa Pak?" tanya Alira bingung.
"Bisakah kamu menyanyi dengan Attar sebagai pengiringmu?" jawab Pattar.
Alira terkejut, kembali ia dipertemukan dengan Attar. "Selama ini, saya kira nama Attar sudah sangat jelek diluar sana apa lagi didalam sekolah kita ini. Saya sebagai Ayah, tidak ingin nama Attar semakin merosot. Jadi, dengan bantuan kamu mungkin nama Attar sedikit demi sedikit menjadi lebih baik. Bisa Alira?"
Alira mengangguk mengerti, "bisa Pak."
"Attar itu sebelum masuk Smp kelas dua, nilainya selalu diatas 80, dia juga aktif diberbagai bidang musik dan olahraga. Tapi, sejak masuk Sma Attar mendapatkan pertemanan yang tidak baik, cenderung ganas dalam hal apapun sampai sekarang. Sehingga Attar menjadi seperti itu sifatnya. Padahal dulu, sifat Attar itu memang pendiam namun lembut. Tidak pernah berbicara kasar, ataupun ditakuti orang-orang."
Alira mendengar dengan seksama ucapan kepala sekolahnya itu. Iya yakin, bahwa sifat asli Attar itu pasti tidak seperti itu. Hanya saja, Attar pasti takut jika dianggap remeh oleh teman-temannya.
"Jadi saya harap, kamu bisa mengubah nama Attar menjadi lebih baik. Latihan kalian berdua akan saya atur dengan anggota osis. Tinggal tunggu nama kamu dipanggil saja sama mereka."
Alira pamit setelah mengucapkan ia setuju dengan usulan Kepala Sekolahnya. Mungkin, hari-harinya akan terasa lebih panjang dari sebelumnya. Selain les tambahan diluar, Alira juga harus ikut latihan dengan Attar.
• • •
Tbc!!
![](https://img.wattpad.com/cover/124025576-288-k292695.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alira untuk Attar
Fiksi Remaja{{ Cover by : @waygraphic }} "Pernah terpikir untuk mengakhiri hidup ini, Ra. Dan lo hadir merubah pikiran gue. Terimakasih Ira, untuk semua ajaran yang lo berikan ke, aku." _______ Pemicu terberat Attar menjadi seorang yang berengsek adalah permasa...