MB : 7

23.7K 3.3K 243
                                    

Aku menghela napas dan mengusap wajahku gusar.

"Gi?"

"Bisa kalian keluar dulu? Aku mau mandi," ujarku pelan tanpa menoleh ke mereka.

Hening sejenak, hingga akhirnya Rika buka suara, "kami tunggu di bawah ya?"

Pintu kamarku terbuka, lalu tertutup lagi. Wajahku kembali kuusap dengan gusar, lalu mengambil salah satu bantal dan melemparnya dengan kesal.

"Eits!"

Sontak aku menoleh ke asal suara. Ternyata Damian masih berada di sini. Kedua alisku langsung mengerut sebal.

"Bukannya aku udah suruh keluar?" ujarku kesal.

Dia hanya tersenyum kecil dan menepuk kepalaku pelan, "katanya lo mau mandi? Gue tunggu di sini," lalu, ia mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Tangannya yang panjang mengambil bantal yang tadi aku lempar, dan berbaring di sebelahku.

"Ck! Aku pengen sendiri! Sana keluar!" seruku sambil mendorong tubuhnya. Tapi, tanganku langsung ditepis.

"Ngga boleh sendirian. Setan lewat baru tau rasa lo. Cepetan mandi sana!" Sekarang giliran Damian yang mendorong bahuku.

Aku berdecak kesal dan turun dari ranjang. Lalu, melangkah menuju kamar mandi yang memang berada di dalam kamar dengan kaki yang menghentak sebal.

"Mandi yang wangi ya~"

"Berisik!"

Dan Damian tertawa.

Ugh, menyebalkan sekali dia!

Aku segera melepaskan piyamaku begitu kamar mandi sudah ku kunci. Lalu, menghidupkan keran air untuk mengisi bathtub. Selagi menunggu airnya cukup penuh, aku memutuskan untuk menggosok gigi terlebih dahulu, setelah itu membasuh tubuh dengan menggunakan shower.

Begitu ku rasa air di bathtub sudah pas, shower ku matikan. Begitu pula dengan keran air tadi. Lalu, kucelupkan jariku untuk merasakan suhu airnya.

Loh? Kok dingin?

Eh? Eh, aku lupa atur suhu airnya ya?!

Aish, kenapa sial sekali?!

Rambutku, ku acak dengan frustrasi. Lalu, memutuskan untuk tetap berendam biarpun airnya dingin.

Tubuhku menggigil pelan. Lalu, menyamankan posisiku di dalam sini. Kepalaku mendongak. Menatap langit-langit kamar mandi yang berwarna putih.

Papa pasti kecewa sekali ya? Ugh, seharusnya waktu itu, aku diam saja. Bertindak sebagai korban seperti biasa, jadi semuanya tidak akan seperti ini.

Bodoh sekali.

Kedua mataku terpejam. Berendam dengan air dingin tidak buruk juga ternyata. Aku mendesah pelan. Semakin menyamankan posisi tubuhku tanpa membuka mata.

Rasanya enak sekali.

Nyaman.

Membuatku mengantuk dan-

"Woi! Lo mati ya di dalem?!"

Damian si perusak suasana. Hah, dasar.

"Pergi sana!" teriakku.

"Oh, masih hidup ternyata," ujarnya. Cukup kecil untuk dibilang seruan, tapi cukup jelas untuk aku dengar.

Apa maksudnya itu?! Dia mau aku cepat-cepat mati?! Kalau begitu, dia saja yang mati!

Dengan ogah-ogahan, aku beranjak dari bathtub dan membuka saluran yang berada di sana hingga air tadi terkuras habis. Ingatkan aku untuk berendam lagi nanti sore.

Ma Boy [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang