Bonus

19.1K 2.1K 312
                                    

"Setan."

"Mian tuh setan! Dasar iblis!"

"Lo tuh cebol!"

"Bacot!"

"Gue punya mulut! Suka suka gue kalo mau ngebacot!"

"Sialan."

Rika dan yang lainnya menghela napas. Mereka kira, jika Gian dan Damian sudah resmi menikah, adu mulut macam ini akan berkurang. Ternyata sama saja. Tidak berubah.

"Padahal gantengan gue kemana-mana!"

Delikan tajam tak sanggup Gian tahan. Tangannya bergerak untuk ancang-ancang memukul kepala pria itu. Namun, segera ditahan oleh Reza yang untungnya duduk di sebelah pasangan tersebut.

"Sabar, Gi," ringisnya pelan.

"Ngga usah kepedean jadi orang!" seru Gian kesal.

Kali ini, balas Damian yang mendelik. Posisi tubuhnya yang tadi bersedekap dada dan tak menatap Gian, kini beralih ke arah suaminya itu.

"Gue ngga kepedean, anjir. Ini faktanya! Lo makin gede, terus jauh dari gue, ternyata makin gatal ya!"

Gian melotot tak terima, "Heh! Kalo ngomong hati-hati ya! Mian tuh ngga boleh asal tuduh kayak begitu! Aku--"

"Woi! Woi! Udahan napa?!" seru Rey kesal. Ia menatap sepasang suami suami yang baru saja menikah itu dengan tatapan tak habis pikir, "Kalian debatin apa sih, hm? Udah besar, udah nikah pula. Bertingkah dewasa dikit ngga bisa?"

Damian berdecih, sementara Gian merengut.

"Gian selingkuh."

"NGGA USAH FITNAH!"

"NGGA USAH TUDUH TUDUHAN, DAN NGOMONGNYA NGGA USAH PAKE URAT!" kesal Rika. Suaranya membahana hingga membuat ruangan itu hening seketika.

Gian beringsut mendekati Damian, dan memeluk sebelah lengannya karena ngeri. Sudah lama sekali ia tidak dihadapkan dengan tingkah bar-bar Rika macam ini.

"Inget jenis kelamin lo, woi!" seru Damian kesal sambil melempar sebungkus permen ke arah gadis itu. Lalu, melepas pelukan Gian dari lengannya, dan beralih merangkul tubuh tersebut, "Ngga berubah sama sekali emang lo ya. Ckckckck."

"T-tapi, Rika biasanya ngga teriak-teriak lagi kok," gumam Gian pelan.

Damian menoleh ke arahnya, "Oh ya?"

Helai rambut hitam itu bergoyang ketika si manis tersebut mengangguk, "Makanya Rey makin suka. Iya, kan?"

Rey berdecih. Hingga detik ini, dia sungguh tidak mengerti, kenapa dari sekian juta wanita hidup di bumi ini, harus Rika yang mencuri hatinya? Kenapa bukan Dinda saja? Atau wanita lain yang lebih normal dan lembut.

"Ngga usah ngedecih lo ya, anjing," delik Rika.

"Ngga pake maki bisa kali, lampir."

Reza kembali meringis. Kenapa gaya pacaran teman-temannya saling memaki semua? Apa gaya seperti ini memang sedang tren di Indonesia? Lalu, sepotong cake diletakkan di depannya. Reza menoleh ke arah orang yang meletakkan itu, lalu tersenyum, "Makasih."

Rambutnya diusap dengan lembut. Setelah itu, Rio melangkah menjauhi mereka. Mantan ketua kelas itu lebih memilih bergabung bersama gerombolan Kevin. Dia sedang tidak mau direcoki macam-macam oleh Rika.

Damian mengerjap, "Erm... ini... cuma perasaan gue, atau emang gue ketinggalan sesuatu? Tentang hubungan Eja sama Rio?"

"Oh?" Gian menatap sepasang mata cokelat itu dengan teduh, "Mian ngga tau? Mereka pacaran. Aku kira udah dikasi tau sama Rika."

Ma Boy [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang