Aku menggaruk leherku pelan. Lalu, menatap Damian dengan tatapan memelas. Pelajaran bahasa Indonesia sedang berlangsung saat ini. Kami diberi tugas berkelompok dengan teman sebangku. Artinya, aku harus mengerjakan tugas ini bersama Damian. Tapi, dengan seenak udelnya, si Berandal di sebelahku ini malah melimpahkan semua pekerjaan itu kepadaku.
"Aku cari jawabannya, Damian nulis. Gimana?" tawarku. Ya kalo dia ngga mau mikir, itu satu-satunya jalan agar kami berdua sama-sama kerja.
"Tulisan gue jelek. Lo aja yang nulis," ujarnya.
"Oke, berarti Damian yang nyari jawabannya?"
"Gue bego. Lo aja yang nyari jawaban."
"Terus Damian bantu ngapain?"
"Bantu doa biar cepet selesai."
Bibirku melengkung manis. Wah, sangat membantu sekali. Hebat. Tangan kananku pun teracung ke atas. Menarik perhatian Pak Bani yang tengah duduk santai di depan.
"Pak, boleh ganti rekan kelompok ngga?!" seruku kesal.
"Loh, kenapa?" Bapak itu mengerutkan dahinya.
"Bapak masih nanya 'kenapa'?! Menurut Bapak kenapa?!" Aku ngegas.
Merasa jengkel lahir batin kepada Damian. Tiap kali disuruh mengerjakan tugas berdua, dia selalu begitu. Aku kan capek! Aku jadi sangsi kenapa dia bisa masuk ke SMA ini, yang notabenenya nilai akademik harus berada di atas rata-rata.
Tanganku ditarik turun oleh Damian. Ia berdecak, "Iya, iya, gue bantu. Cerewet," gerutunya.
"Bantu apa? Bantu doa?" tanyaku sinis.
"Gue bantu nyari, elah! Bantu mikir."
Aku mencebik. Mengeluarkan kertas dua lembar, lalu menulis namaku dan nama Damian di sana, serta hari dan tanggal.
"Oke. Kita mau nulis Teks Laporan tentang apa?" tanyaku.
"Tentang masa depan hubungan kita."
Aku mendelik tajam.
"Topik kucing bagus nih kayaknya."
Aku memutar bola mataku saat Damian mengucapkan itu.
"Yaudah, search aja tentang kucing," suruhku.
"Loh, pake hp gue?"
"Pake hp siapa lagi?"
Damian mendengus. Ia merogoh saku celananya untuk mengambil benda persegi tersebut. Lalu, mulai membuka aplikasi Chramenya dan mengetikkan apa yang aku suruh. Sementara aku sendiri, memilih untuk membaca buku paket kami, agar paham teks laporan ini harus diisi dengan apa saja.
"Yang ini, Yang?"
Aku menoleh menatap layar ponsel Damian yang ia tunjukkan ke arahku. Lalu, mengangguk, "Iya. Pernyataan umumnya dulu. Ntar baru gambaran khususnya."
"Umum yang kayak, kucing adalah blablabla gitu?" tanyanya.
Dahiku mengerut, tapi mengiyakan, "Ya. Yang blablablabla itu."
Apa coba blablabla?
"Yaudah, sini, gue diktein," ujar Damian.
Aku mengangguk dan kembali memegang pulpen.
"Kucing adalah jenis hewan mamalia.."
Dia berhenti. Menunggu aku selesai menulis, baru lah melanjutkannya lagi. Begitu seterusnya, tanpa ada perdebatan apapun. Ngga nyangka, suasana diantara kami bisa adem kayak begini.
"Ini sampe yang mana, Yang? Ngga mungkin ditulis semua, kan?"
Aku kembali menatap ke arah layar ponselnya, "Sampe peliharaan," ujarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Boy [SELESAI] ✔
Romance"Kalo Mian mau cari orang lain ngga masalah. Aku sadar diri kok." . . "Gue nerima apapun keadaan lo, Gi. Ngga ada orang lain yang bisa ngegantiin lo di hati gue." ---- Cover di atas dibuat oleh @baekfii CERITA INI MERUPAKAN HASIL REVISI. PUBLIKASI A...